27. D-1

56 18 4
                                    

Semua orang terlihat sibuk, mengangkut barang dari truk hingga menyiapakan lampu penerangan atau pun tugas lainnya. Semua bergerak, tak ada yang tidak.

"Hei kau, Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang, bunga yang kuminta adalah mawar putih untuk di bagian depan!" Gadis yang bertugas sebagai pelayan itu terkejut, saat atasannya menegurnya.

Gadis itu segera memungut mawar merah yang sebelumnya telah dia susun, untuk kemudian dia tukar.

"Maaf, baik akan saya ganti." Setelah meminta maaf, gadis itu segera berlari ke belakang membenarkan kesalahannya.

Yuri tersenyum senang. Ini kesempatanannya. Dia masuk dengan tiga buket mawar putih, menyusunnya sesuai tempatnya, dia melihat sekitarnya ---memastikan tak akan ada yang lihat aksinya, perlahan dia mengeluarkan kamera berukuran kecil dari saku seragamnya, lalu diletakannya di antara bunga yang dia susun.

"Hai, kau yang di sana?" Yuri segera menoleh ke belakang. Dadanya berdetak sangat cepat, sebisa mungkin dia menutupi kegugupannya, meremas ujung apron yang menutupi bagian depan seragamnya.

"Sedang apa kau?" Yuri terdiam, memikirkan sedikit kalimat yang meyakinkan. Bisa saja, misinya kali ini gagal.

Wanita itu menghampirinya melihat sekilas apa yang baru dia kerjakan, membuat degup jantung Yuri kian bergemuruh. Keringat dingin terasa menjalar di tubuhnya.

"Aku... hanya--"

"Kau ini lambat sekali. Cepat kau urus meja sana, kerjamu sangat lambat." Setelahnya wanita itu pergi Yuri bernapas lega.

"Sialan!" maki Yuri.

"Dilarang mengumpat saat bekerja," ingat Glendy dari interkorm yang terpasang di balik seragam gadis itu.

Yuri paham jelas, jika itu sindiran untuknya.

"Diamku Brengsek," umpat Yuri, kali ini untuk manusia yang baru saja bersuara di balik interkorm.

Yuri segera bergegas menyusun meja, seperti yang wanita itu perintahkan. Tak lama Dean masuk dengan seragam yang berbeda. Dean mengenakan seragam reparasi lampu, memastikan  lampu yang terpasang.

"Jika kau sudah melihat Dean kau bisa keluar." Yuri segera keluar, setelahnya.

Gadis itu segera menuju ke dalam mobil melepaskan sanggul rambutnya, melempar apron yang semula dia kenakan dan melepaskan sepatu berhak yang dia kenakan dan digantinya menjadi sneakers.

"Gila, hampir saja. Dasar wanita gila," maki Yuri, Yuta sejak tadi hanya terkikik melihat tingkah Yuri.

Yuri meloleh ke belakang di mana kakaknya duduk. "Awas saja kau!" ancam Yuri dan tak diindahkan oleh kakaknya.

"Kerja bagus, kita bisa memantau mereka mulai sekarang." Ucapan Glendy membuat Yuri menoleh, menyaksikan rekaman dari kamera yang dia pasang melalui layar laptop yang berada di pangkuan Glendy.

"Bagaimana dengan Dean?"  Yuta ikut bersuara dari bangku belakang. Kini adalah giliran Dean yang beraksi, Yuta dibuat penasaran dihantui rasa was-was.

"Percayakan saja padanya," balas Glendy dengan nada yakin.

●●●

"Bisakah kau pastikan kabel yang di sana?" tanya rekannya pada Dean, laki-laki itu mengangguk dan segera menuju ruang operator melihat kabel yang dimaksud.

Dean melirik layar komputer yang berisikan rekaman kesibukan di pintu masuk. Dean sempat melihat sekeliling, lalu meraih salah satu kartu nama di atas meja, setelahnya Dean keluar dari ruangan itu,  meninggalkan bangunan dan segera menuju mobil hitam yang telah menunggunya.

V.I.P  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang