31 Shoot Up

69 18 2
                                    

Sandra tampak geram, wajahnya memerah menahan kesal. Dia adalah sosok yang dikenal tenang, tak ada yang menyangka, Damar bisa membuat wanita itu kesal main, pasalnya panggilannya sejak tadi diabaikan oleh Damar.

Awas saja kau pria berengsek, maki Sandra.

Hingga akhirnya entah panggilan keberapa puluh kali, akhirnya Damar mengangkatnya. Terdengar suara berat pria itu berdeham sebelum menyapanya.

"Hai kau Brengsek! Beraninya kau mengabaikanku setelah menipuku!"

"Sepertinya banyak kesalah pahaman, aku bisa jelaskan. Kita bisa bertemu jika kau mau," tawar Damar, sayangnya Sandra tak dapat lagi mendengarkan mulut manis pria busuk itu.

"Kau gila? Kau pikir bisa menipuku?" Damar tergelak.

"Tentu saja tidak, bagaimana bisa aku menipu calon besanku." Kali ini Sandra yang tergelak terkejut karena tak percaya.

"Besan? Kau gila. Aku membatalkannya. Aku sama sekali tak ingin memiliki hubungan apapun lagi dengan manusia busuk sepertimu."

"Benarkah?" Damar melirik putranya Sean, yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. "Bagaimana mengatakannya, tetapi putraku sepertinya sudah sangat menyukai putrimu---" Damar menjeda kalimatnya, saat Sandra kembali melontarkan makiannya. "Aku yakin kau akan terkejut jika mendengarkan ini, tetapi Alluna, putrimu itu tengah bersama putraku, Sean. Dan sepertinya mereka akan menjadi pasangan serasi, mereka terlihat cocok," bohong Damar, yang tentu saja tak langsung didengarkan oleh Sandra.

"Kau gila? Kembalikan putriku. Sekali kau macam-macam kau akan habis ditanganku!" ancam Sandra, Damar sedikit menjauhkan telinganya saat Sandra berteriak di dalam telepon.

"Maka dari itu datanglah, jika kau ingin bertemu dengannya." Setelahnya panggilan ditutup secara sepihak oleh Damar.

Sandra melempar ponselnya asal, wanita itu menjambak rambutnya kesal. Alluna putrinya.

●●●
Dua Tahun lalu.

Sandra segera meminta managernya untuk memesan tiket penerbangan tercepat agar dia bisa kembali ke negaranya setelah mendengar kabar jika ibunya meninggal. Sayangnya permintaanya ditolak oleh managernya itu, Sandra sudah memiliki beberapa kontrak yang sudah dia tanda tangani, dan jadwal yang tak bisa dia batalkan begitu saja. Belum lagi dia juga harus mengurus visanya. Hari itu harinya dipenuhi rasa cemas akan keadaan putrinya.

Setelah akhirnya dia kembali menginjakan kakinya di tanah air. Dia dikejutkan fakta lain, adiknya bersama suaminya telah menjual putri kesayangannya.

"Kau gila? Apa kau tak malu dengan dirimu. Kau bahkan tak bisa disebut manusia!" Amarah Sandra memuncak kala itu, dia tak habis pikir, bagaimana Tara---adiknya justru menjual putrinya.

"Jangan berlagak suci dengan mengatakan semua itu. Kau pikir apa yang selama ini kau lakukan, kau hanya sibuk dengan karirmu. Melupakan putrimu bersama ibu." Sandra menampar pipi Tara kencang. "Kau pikir untuk apa aku bekerja sampai meninggalkan putriku, aku hanya ingin dia bahagia. Dan sekarang kau telah menhancurkan semuanya, aku tak akan pernah memafkanmu."

Hari itu, setelah mendengar kabar dari kepolisan jika Alluna dirawat di rumah sakit.Sandra segera berlari menuju ke rumah sakit dengan perasaan kalut --hampir saja dia kehilangan putri semata wayangnya. Sayangnya, semenjak hari itu pula, Alluna menutup dirinya, hubungan mereka terasa canggung. Meski terkadang Sandra bersikap dingin, dalam hatinya dia berusaha apapun, agar gadis itu selalu bahagia --meski mungkin salahnya menunjukan rasa sayang belum benar.

●●●

Damar tertawa dari seberang ponselnya. Pria itu tak menyangka, seorang berpengaruh seperti Kim Soohe akan menghubunginya terlebih dahulu seperti ini. Belum lagi, wanita tak itu tak henti melontarkan ancaman padanya.

V.I.P  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang