18. Take Down

70 22 6
                                    

Akhirnya Glendy mendapat kesempatan, para penjaganya itu sepertinya mabuk. Sayang sekali, mereka tak sepintar yang dia kira. Perlahan Glendy berusaha menggeser tubuhnya, hingga akhirnya mendekat pada dua botol minuman keras yang tak jauh berada di dekatnya. Sangat sulit meraihnya, karena tangannya yang masih terikat kuat. Rasa perih rasa pada ikatan tali di tangannya, karena terlalu memaksakan. Glendy berhasil meraih botol yang diinginkan dan berusaha memecahkannya, dengan memukulnya ke bawah.

Bunyi pecahan botol yang disebabkan oleh Glendy, membuat mereka terbangun meski hanya setengah sadar. Glendy hanya diam, berusaha tenang --agar tak ketahuan.

"Berisik kau sialan, kau mengganggu tidurku!" Salah satu dari mereka mendongakkan wajahnya. Bogeman mentah Glendy dapatkan dari pria itu, meski tak terlalu kencang karena pelaku yang tengah mabuk. Sementara, yang lainnya melanjutkan tidurnya tak peduli.

Brukk

Pria itu jatuh tak sadarkan diri setelahnya. Cepat-cepat Glendy meraih sepotong pecahan kaca. Glendy berusaha keras memotong tali yang menjerat tangannya, sesekali pecahan itu justru melukai tangannya. Setelah akhirnya putus, dia segera melepaskan ikatan pada kakinya, lalu mencoba berdiri.

Rasa sakit membuat kakinya sulit berdiri, dengan langkah terseok. Glendy berusaha tetap tenang agar berhasil kabur. Setelah dia berhasil keluar gudang tersebut, dia menutup pintu besi itu lalu menguncinya, menggemboknya.

Akhirnya Glendy dapat menghirup udara luar, dia berusaha menikmati udara malam yang menusuk tubuhnya. Perjalannya masih panjang, tempat di mana dia disekap rupanya tempat sepi, jauh dari keramaian kota.

Langkahnya tertatih, rasa sakit menjalar tak dihiraukannya, meski dengan langkah terseok -- dia harus selamat. Hingga tak jauh dari tempatnya berdiri, dia matanya menemukan sebuah keramaian. Dari jarak yang cukup jauh, Glendy mengenal dua sosok di antara mereka, dari belasan pria bersetelan sama, akhirnya dia pun melangkah maju, sebelum datang pisau dari arah belakangnya menodong hendak menusuk.

"Kau pikir, kau akan lepas dengan mudah," ancaman itu membuat Glendy terdiam, pandangannya menatap ke arah kedua orang di sana -Alluna dan Dean. "Sayang sekali, aku tahu kau ingin menemui mereka. Aku akan membuat kalian bertemu, tenang saja. Ini janjiku padamu." Tak lama sebuah kain hitam menutup pandangannya.

●●●

Alluna menjerit di tempatnya, seorang pria berhasil menjadikannya sandera, membuat Dean diam menghentikan aksinya. "Kau tak bisa apa-apa sekarang, jika ingin dia selamat, maka menyerahlah." Dean mengakat kedua tangannya di samping telinga.

"Lupakan aku, kau pergilah. Aku baik-baik saja."

"Alluna kau percaya padaku?" tanya Dean pada Alluna dan dijawab dengan anggukan yakin. "Diam dan tutup matamu apapun yang terjadi, aku sebenarnya tak ingin melakukan ini karena tak mau kau tahu." Dengan ceoat Alluna menutup mata. Tak lebih satu menit kemudian, pegangan pria yang menahannya melepas, gadis itu hanya dapat mendengarkan teriakan dan erangan yang dia yakini para preman sialan itu. Tetapi selanjutnya dia merasakan tubuhnya dibekap dan mulai berguling di atas tanah sebelum akhirnya, dia merasakan dinginnya air.

Alluna membuka matanya, saat dadanya mulai sesak karena tekanan air yang menekan pernapasannya. Gadis itu segera berenang ke atas mencoba mengambang, menghirup banyak-banyak udara yang dia bisa.

"Kau gila, bagaimana jika aku tak berenang?" Alluna berceloteh kesal, masih dengan napas yang sesak.

"Maka mayatmu yang mengambang akan ditemukan besok di sini," sahut Dean santai, dan laki-laki itu segera berenang menuju tepian.

"Jawaban yang mengejutkan, bagaimana aku bisa mengenal orang sepertimu," gerutu di belakang dengan tubuhnya yang juga ikut membuntut di belakang Dean. "Tapi bagaimana bisa?"

V.I.P  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang