Dua truk kontener telah terparkir di pintu belakang bangunan dua lantai bercatkan putih itu.
Delapan orang pekerja, berbaju sama berseragam setelan putih mengangkut barang dari dalam lantai basement dimasukkannya menuju bagasi, untuk kemudiam mereka antar.
"Jadi, barang yang asli ada di truk yang pertama?" Bryan mengulang ucapan Dean sebelumnya, memastikan.
"Kupercayakan padamu." Dean menepuk bahu Bryan sebelumnya mendekat pada rombongan dengan seragam setelan putih yang sama seperti Dean kenakan.
Dean membenarkan letak topinya. Dia menerina daftar lift barang dari sosok yang sejak tadi mengecek barang yang masuk.
Dean yang tengah dalam perannya itu, segera menerima daftar list tersebut setelah menerima tanda tangan. Masuk ke dalam salah satu truk, untuk kemudian bertugas untuk mengirim barang.
Bryan tersenyum miring, sekarang adalah bagiannya. Setelah bagasi kontener yang satunya telah dikunci, Bryan segera masuk. Tak seperti Dean, laki-laki itu bahkan tak mengambil list. Dia segera menyakakan mesin mobilnya, dan membawanya melaju cepat.
"Shit. Anak itu!" umpat Dean saat Bryan telah mendahuluinya, berangkat terlebih dahulu.
"Bryan kau tahu dibawa ke mana trukmu itu kan?" Dean mencoba mengajak bicara Bryan yang berada di depannya dengan alat komunikasi yag terpasang di balik pakian mereka.
"Kau tak perlu mengulangnya."
Awalnya perjalanan tampak lancar. Dean dan Bryan membawa truk mereka secara beriringan dengan kecepatan sedang, sebelum Dean berhasil menangkap sesuatu yang ganjal dari kaca spionnya. Mobil sedan hitam, membuntut dari belakang sejak tadi.
Mencoba memastikan, Dean mencoba membawa laju truknya lebih cepat, dia membawa truknya mendahului Bryan yang sejak tadi di depannya. Benar dugaanya, mobil itu turut melajukan kecepatannya.
"Bryan, sepertinya kita diikui," peringat Dean dengan masih melirik kaca spionnya.
"Lalu bagaimana sekarang?" Sama dengan Dean, Bryan turut melirik kaca spionnya.
"Glendy!"
"Ya, aku tahu situasi kalian. Yuta telah menuju ke sana. Kita gunakan rencana kedua," sahut Glendy, yang sejak tadi mengikuti percakapan mereka dari audio yang mereka pasang.
Dean sedikit menepikan truknya, memberi Bryan jalan. Bryan membawa truknya cepat, mendahului Dean, sementara di belakang Dean mencoba menurunkan laju mobilnya.
Sayangnya mobil sedan itu tampak hendak mengejar Bryan, terbukti dari laju mobil itu yang bertambah. Tak mau kecolongan. Dean menutup jalan, selalu memposisikan truknya tepat di depan mobil.
Di depan mereka ada perempatan, tanpa ragu Bryan belok kanan, sedangkan Dean melaju lurus mengantarkan barang di dalam bagasinya menuju alamat yang dituju.
"Yuta sudah sejauh mana?" Dean mulai khawatir, pasalnya sedan itu ikut membelok, mengekor di belakang Bryan.
"Tenang saja, Yuta sudah di sana."
Benar saja, Yuta sudah berada di depan truk yang dikemudikan Bryan. "Kau ambil alih dari sini." Bryan segera mendahului truk Yuta.
Berakhirlah aksi balap-balapan dengan sebuah truk dengan mobil sedan.
"Yuri." Gadis dengan nama yang dipanggil itu segera turun di jalan dengan sepeda montornya.
"Kau ini memang merepotkan." Yuta mendengar ejekan dari adiknya sedikit kesal, meski harus dia tahan.
"Turunkan kecepatan kalian."
"Apa? Jangan gila kau!" Yuta teriak menolak, hingga suaranya melengking terdengar di earphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
V.I.P ✔
Mystery / Thriller⚠️WARNING 18+⚠️ [COMPLETED] Ini tentang seorang anak yang melampiaskan dendam ayahnya yang tak menerima keadilan hukum. Hingga akhirnya memutuskan menciptakan aplikasi yang justru akan membuatnya memiliki masalah hukum. Dan VIP adalah nama yang dig...