Damar membuang seluruh barangnya yang berada di atas meja kerjanya, saat salah satu orangnya memberinya informasi jika kepergainnya ke Beijing dibatalkan ---
Rencananya kacau, kini tinggal menunggu waktu saat polisi akan segera mendatanginya.
Dalam ruangan kerjanya, dengan sinar lampu yang temaram Damar mengamuk tanpa ampun, menghancurkan apapun yang dia lihat dengan tongkat golf yang sejak tadi digenggamnya. Suara riuh gaduh tak terdengar hingga keluar, karena memang ruangannya
●●●
Semua tampak was-was saat membuka hasil petisi yang mereka ajukan untuk kejaksaan untuk membuka ulang kasus yang menjerat Candra.
Glendy tampak gugup, terbukti dengan tangannya yang sejak tadi basah berkeringat. Yuri tak kalah gugup, gadis itu tanpa kasar menggigit kuku jari tangannya. Dean melirik Glendy, tetapi adiknya menggeleng ---dia tak ingin membukannya. Akhirnya kini Bryan bersiap dengan cutter di tangannya untuk membuka amplop coklat berisikan jawaban atas permohonan sidang ulang.
Ekspresi tak terduga keluar dari lima anak manusia di ruangan tersebut. Glendy dan Dean yang menangis haru, Yuri dan Yuta yang bersorak, serta Bryan yang tak henti bernapas lega karena senang.
Petisi mereka disetujui, tinggal selangkah lagi agar Candra bisa bisa mengikuti sidang ulang.
Ini semua adalah buah keberhasilan kerja keras mereka.
"Selamat," ucap Bryan memberi tangannya untuk berjabat tangan. Glendy diam melihat uluran tangan Bryan, sejak awal hubungan mereka memang canggung ---Dean yang merasakan kecangguangan itu pun hendak membalas uluran tangan adik tirinya itu menggantikan Glendy. Hal mengejutkan terjadi, Glendy memberi dekapan hangatnya pada Bryan, menepuk punggung adiknya itu. Lalu tak lama dia segera menjauhkan tubuhnya, melepaskan dekapan layaknya saudara tersebut.
"Kita berhasil." Glendy tak bisa menutupi rasa leganya yang menggebu di dadanya. "Aku juga akan menepati janjiku."
Tak ada yang tahu bukan, bagaimana jalan tuhan memainkan takdir.
●●●
Nama yang tertera di layarnya membuat Glendy tak ragu mengangkat panggilan yang selama ini dia tunggu. Ingin sekali dia mendengar kabar dari manusia yang dia yakini kuat akan mendekap di penjara memggantikan ayahnya.
"Halo apa kabar, keponakaku," sapa Damar membuat, Glendy menggeram tak suka.
"Aku tak mengakui hubungan apapun denganmu, bahkan sejak awal kita tak memiliki hubungan darah berengsek!" Damar tergelak tawa, reaksi Glendy membuat hati Damar sedikit tergelitik.
"Santai, aku hanya ingin mengundangmu datang. Aku ingin melihat sebarapa jauh tikus kecil sepertimu dapat bermain." Glendy menoleh ke belakang, euforia masih dirasakan oleh mereka.
"Kau pikir aku bodoh menuruti permintaanmu?"
"Ayolah, akan kukirim alamatnya, dan aku harap kau datang sendiri." Setelahnya panggilannya terputus. Ponsel miliknya kembali bergetar, kali ini pesan masuk ---menunjukan sebuah alamat.
●●●
Glendy berjalan nekat, dia melajukan mobilnya menuju alamat yang baru saja didapatinya, jingga akhirnya mobilnya berhenti pada sebuah bangunan modern, dan terkesan mewah. Glendy membuka pintu mobilnya dan segera keluar.
Tanpa takut dia melangkah menuju pintu utama. Seolah dia memang sudah dinantikan seluruh penjaga mempermudah jalan masuknya, mereka membatunya sejak awal dia memasuki gerbang.
Tak ada rasa takut, yang ada rasa amarah. Glendy memiliki firasat kuat, jika Alluna gadia itu tengah berada di tempat yang sama di mana dia berpayung dan menginjak kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
V.I.P ✔
Mystery / Thriller⚠️WARNING 18+⚠️ [COMPLETED] Ini tentang seorang anak yang melampiaskan dendam ayahnya yang tak menerima keadilan hukum. Hingga akhirnya memutuskan menciptakan aplikasi yang justru akan membuatnya memiliki masalah hukum. Dan VIP adalah nama yang dig...