Glendy menatap tak suka pada sosok yang tengah berdiri di depan pintu rumahnya. Bryan --laki berkaos hitam lengan panjang tangannya itu berbalik setelah mendengar mobil yang terparkir di halaman rumah Glendy.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Glendy dingin, tatapan matanya menunjukan tak suka. Glendy melirik jam tangan di pergelangan tangannya, masih lama untuk Dean pulang.
"Dean tak di sini, jika itu yang kau cari," ucap Glendy dengan melangkah santai melewati Bryan, saudara tirinya.
"Aku ingin bicara denganmu, kau ada waktu?" Glendy menghentikan gerakan tangannya pada gagang pintu. Tak ada apapun yang ingin dia katakan pada saudara tirinya itu, Glendy membuka kunci pintu rumahnya. "Lima belas menit, tidak sepuluh menit," tawar Bryan lagi saat Glendy hendak melangkah masuk.
Glendy tetap melangkah masuk, tetapi tak menutup kembali pintunya. Bryan yang seperti diberi kesempatan akhirnya melangkah masuk.
"Waktumu lima menit, aku tak punya waktu untuk urusan kalian."
Bryan mengannguk. "Baiklah, jika begitu aku tak akan basa-basi." Glendy menoleh ke belakang, menatap Bryan datar. "Aku ingin kau menerima Ayahku seperti kau menganggap Ayahmu." Glendy tertawa sumbang, terkjut atas apa yang baru saja dia dengar.
"Kau gila?" Bryan menggeleng.
"Entah apa yang membuatmu membenci kami, tapi aku tak bisa melihat Mama sedih karena memikikanmu. Dia menginkan kau kembali."
Ada angin hangat yang menerpa hatinya, yang membuat hatinya seketika terasa hangat.
Glendy segera menggeleng menolak, menguatkan sifat keras kepalanya. "Aku tak peduli dengan apa yang kalian sebut keluarga, tapi jangan sembarang meminta sesuatu kepadaku. Ayahku tetap sama," yakin Glendy.
"Aku akan melakukan apapun, aku tak tahu apa yang membuatmu marah dan kecewa pada Mama kita--" Glendy tertawa saat Bryan menyebut ibu kita, terdengar aneh baginya. "Setidaknya aku minta, maafkan dia jika kau tak bisa menerima kami." Glendy hanya terdiam.
"Sebagai gantinya aku akan membantu rencanamu, membuka ulang kasus lama Ayahmu dan membuatnya bebas kembali." Glendy menggeleng tak percaya.
"Kau pikir kau bisa membuatku percaya?"
"Kau boleh melakukan apapun, bahkan hingga membenciku seumur hidup, tetapi aku minta jangan membenci ibumu sendiri. Dia telah terlalu sakit menerimanya selama ini." Glendy terdiam, Bryan menilik jarum jam di pergelangan tangannya.
"Sudah lima menit, mau tak mau aku akan tetap datang menawarkan bantuan lagi padamu." Bryan berbalik menuju pintu hendak kembali, meninggalkan Glendy yang masih mematung.
"Berhenti!" Suara Glendy membuat Bryan menghentikan langkahnya.
"Jika dalam rencana ini kau berhasil dan membuatku percaya, permintaanmu akan kupikirkan termasuk--" Glendy menggantungkan kalimatnya ragu. "Menerima kalian menjadi bagian keluargaku."
Tanpa Glendy sadari Bryan tersenyum, mendengar penuturan Glendy.
●●●
Glendy sibuk dengan diagram yang dibuatnya, dia menjelaskan setiap posisi jabatan setiap foto yang ada di diagramnya yang dia gambar pada papan kaca di ruang tengah yang sudah di sulap bagaikan markas.
"Jadi nyonya Kim, akan tiba besok dari perjalanannya dari Korea. Dia pemilik perusahaan DutyShop, yang akan menjadi salah satu tamu VVIP yang akan datang besok." Tiga orang lain mulai membaca lembaran kertas yang berisikan beberapa tamu undangan acara lelang besok. "Seperti rencana yang kita buat, kita harus bisa membuat tamu VVIP ini tak menyadari kebusukan Damar, sampai waktu yang kita tentukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
V.I.P ✔
Mystery / Thriller⚠️WARNING 18+⚠️ [COMPLETED] Ini tentang seorang anak yang melampiaskan dendam ayahnya yang tak menerima keadilan hukum. Hingga akhirnya memutuskan menciptakan aplikasi yang justru akan membuatnya memiliki masalah hukum. Dan VIP adalah nama yang dig...