13. Opportunity

129 45 27
                                    

Tak seperti sebelumnya Yoan lebih pintar kali ini. Dia mengutus anak buahnya mendatangangi tempat yang sudah Glendy putuskan, di sana berdiri pria muda dengan rambut plontos dengan setelah jas hitam kemeja putih. Glendy, tahu di balik jasnya -tepatnya di balik saku jas pria tersebut tersimpan senjata api yang tentu saja ilegal.

"Sayang sekali bosmu tidak datang, dia melewatkan bertemu dengan Mr," ujar Glendy, dia yakin pria di depannya ini bahkan belum mengerti siapa itu Mr dan mengapa dia diutus ke sana malam itu. "Bosmu ternyata pengecut!" Mendengar kalimat Glendy, pemuda tersebut segera meraih pistolnya dan mengacungkan sejajar dengan kening Glendy.

Meski terkejut, Glendy masih berusaha tenang dengan mode siaga.

"Keep calm." Glendy menatap dari ujung kepala hingga bawah berusaha mencari celah. Glendy berdecih, "Bawahannya juga temperamen," gerutu Glendy seolah tak paham dengan posisinya yang tengah ditodong. Alih-alih diam agar peluru tersebut tak menembus kepalanya, Glendy justru berkomentar dengan mudahnya.

Glendy menghitung dengan jarinya yang sejak tadi bergerak memghitung di samping tubuhnya, hingga saat hitungan kelima --tendangan dari kanannya sukses membuat pemuda tersebut jatuh dengan lutut tertekuk terduduk di atas tanah dan sukses menyingkirkan senjata api tersebut dengan tangannya yang tak kala cekatan.

Glendy yang sekarang berbeda, dia adalah remaja yang menuju dewasa. Tahu dunia tak pernah adil. Dia belajar melindungi dirinya sendiri, dan bela diri adalah salah satunya.

"Katakan pada bosmu aku ingin bertemu langsung dengannya atau jika tidak, biarkan aku yang menemuinya di kadangnya jika perlu."

Tak mendengarkan pemuda tersebut justru meraih kakinya hendak membanting tubuhnya, tetapi reflek lututnya yang bagus berhasil menghantam wajah pemuda tersebut hingga darah keluar dari lubang hidung pemuda tersebut.

"Aisshh... aku tak ingin melukaimu mulanya, tapi apa boleh buat, kau terlihat main-main denganku," Glendy berjongkok di samping pria yang tengah terjatuh tersebut. "Tak buruk, kau hanya mengompres sedikit wajahmu, hidungmu belum patah." Glendy berusaha meraih wajah lawannya itu meski tangannya ditepis kencang. "Kau menolak niat baikku." Glendy kemudian berdiri dan berjalan menjauh, lalu kembali berbalik menoleh ke belakang. "Jika besok Tuanmu masih tak datang, aku tak ragu untuk mematahkan hidungmu."

●●●

Dari perkelahian tadi Glendy berhasil menyisipkan GPS dalam pakaian lawannya. Tanda merah tersebut terus bergerak hingga akhirnya berhenti pada sebuah lokasi. Saat ini dari layar ponselnya, Glendy dapat memantau dan menemukan tempat persembunyian Yoan.

"Kena kau!"

Glendy tersenyum puas di tempatnya. Dia membayangkan bagaimana dia akan bertemu mangsanya. Kali ini Yoan tak bisa lepas seperti sebelumnya.

●●●

Dalam setengah jam tempat yang tengah dia masuki akan diserbu polisi. Dengan hardfile berisikan data penggelapan dana Yoan, Glendy berjalan dengan mode siaga.

Kedatangannya segera disambut dua penjaga pintu masuk. "Aku hanya ingin mengirim ini pada Tuanmu." Glendy berkata sambil mengangkat tangannya menunjukan apa yang dia bawa. Tak percaya penjaga tersebut tetap menahannya, lalu dari interkom yang dipasang pada tubuh mereka, penjaga tersebut bertanya pada sesorang di dalam.

Mereka menepi, sepertinya dia sudah diperbolehkan masuk. Glendy tak menyangka Yoan akan menyambutnya seperti ini.

"Aku tak pernah mengira, orang yang berhasil mengelabuiku adalah seoarang pemuda sepertimu." Yoan berjalan mendekat dengan wajah sumringah dengan tangan membentang di kedua sisi tubuhnya.

V.I.P  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang