Pagi itu
Di kediaman keluarga Wang.Tuan Wang sedang duduk menghadap meja makan sambil menikmati sarapan pagi, dan istrinya sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya, Wang Yibo dan Wang Yizhi.
Klik.... Tuan Wang menyalakan televisi.
"...kembali ditemukan mayat lelaki tanpa busana di tepi jalan sing-ju dengan kondisi mengenaskan. Dari beberapa jejak dan luka di tubuh korban, polisi menduga korban dibunuh tanpa perlawanan berarti. Pada korban ditemukan ciri-ciri kematian yang sama dengan 15 kasus sebelumnya. Hal ini menambah deretan jumlah kasus yang ...."
Tuan Wang dan istrinya memperhatikan dengan serius siaran berita tersebut tetapi tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara berisik yang diciptakan oleh Wang Yibo.
Brak!..Brak!...Blam!
Wang Yibo ke luar kamar dengan tergesa-gesa, menyeret tas punggungnya yang nampak berat.
"Wang Yibo!!!!!... buka dan tutup pintu pelan-pelan! nanti handle-nya copot!" teriak nyonya Wang. Yibo seperti tidak mendengar, ia terus lanjut turun ke lantai bawah lalu berteriak memanggil nama adiknya.
"Yizhi!...Yizhi..., mana gitarku? Cepat kembalikan!" Yang dipanggil segera memunculkan kepala dari balik pintu kamarnya yang terletak di lantai bawah.
"Masih kupinjam! Nanti saja, ya aku kembalikan!" Jawab Yizhi keluar kamar sambil menunjukkan gitarnya.
"Eh! Tidak bisa! Aku mau bawa gitarnya sekarang!" Yibo merebut gitar itu dari tangan Yizhi.
"Aduh, kak! Aku mau pinjam buat praktek di sekolah hari ini. Boleh ya?.. Ya?... Ya?" Yizhi berkata sambil memadukan kedua telapak tangannya memohon. Yibo melotot tak suka, nyoya Wang memicingkan matanya pada Yibo.
"Gak bisa! Aku juga mau pakai, udah janji sama Acheng dan Yuchen, kalau hari ini mau nyanyi di waktu istirahat, pesona Yibo harus tampil gemilang!"
Ngik!...
Tiba-tiba nyonya Wang menjewer kuping Yibo."Adudududuh ibu....sakit! kupingku nanti panjang nih!"
"Biarin aja!, siapa suruh kamu tidak mau kasih pinjam gitarmu. Cepat berikan gitarmu pada Yizhi!"
"Lho ibu 'kan tahu, bahwa ini gitar Yibo. Terserah Yibo dong mau kasih pinjam atau tidak. Jika Yizhi perlu kenapa gak beli aja sendiri!" Jawab Yibo seraya mengambil roti isi yang tersedia di meja makan.
"Kak! Yizhi tuh benaran butuh lho kak." Jawab Yizhi sambil memamerkan mata besarnya
"Gak!..... 'kan udah kemarin pinjamnya, jadi masa peminjaman sudah habis".
"Aduh kak, Yizhi tuh butuhnya sekarang, kemarin itu baru percobaan...."
"Masa bodoh ah! Lain dulu lain sekarang. Wek!" Yibo menjulurkan lidahnya. Membuat Yizhi kesal lalu menatap ayahnya minta bantuan.
"Yibo!.... Kamu pilih mau dilempar pakai sepatu atau ditabok pakai sandal?" kata tuan Wang santai.
Yibo Nampak berpikir sejenak. Wah gawat ini, ayah sudah ikut campur. Bukan masalah dilempar atau ditabok. Masalahnya sepatu yang dimaksud ayahnya itu sepatu bot besar, dan sandalnya itu sandal bakiak made in Jepang. Kalau itu mendarat di wajah, bisa dipastikan Yibo akan berkurang pesonanya.
"Yah, baiklah... sebagai orang yang bijak, sebaiknya memilih mengalah untuk menang. Nih gitarnya!" Yibo menyerahkan gitarnya pada Yizhi.
"Orang yang bijak itu gak akan menyebut dirinya bijak, Wang Yibo." Nyonya Wang menyahut ketika menuangkan teh untuk suaminya. Yibo cemberut lalu mengambil gelas yang baru saja diisi oleh ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing the Wind [SLOW UPDATE]
RandomSeperti angin sejuk yang menyapa, berhembus di sisiku dan berlalu, ku kejar kau berlari, meninggalkan jejak kerinduan pada setiap helai daun. Aku mengejarmu sampai hilang akal, ingin menahanmu dalam genggaman tapi tersadar kau tak mungkin kukejar, t...