Hi... Dear Readers
Happy Reading.....
Di apartemen Yuchen.
Yibo bukan pertama kalinya menginap di apartemen Yuchen. Terlalu sering malah. Jika ia telah membuat suatu masalah dan ia sedang dimarahi oleh ayah atau ibunya, maka ia akan pergi menginap di apartemen Yuchen, dan bisa 2 hingga 3 hari lamanya. Yuchen pun sebenarnya bukan orang lain, dia masih terbilang sepupu jauh dari Yibo, karena sudah beda marga. Yuchen bermarga Chao. Karena masih ada hubungan keluarga, ayah dan ibu Yibo tidak khawatir jika Yibo menginap dengan Yuchen.
Setelah masuk ke dalam apartemen Yuchen, Yibo segera menghubungi ibunya, dan memberitahu bahwa ia menginap di rumah Yuchen, setelahnya ia pergi mandi sementara Yuchen menyiapkan baju ganti untuk Yibo, menyiapkan obat untuk luka luar dan memar, kemudian pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam karena Yuchen tinggal sendiri, keluarganya tinggal di tempat yang berbeda.
Yibo belum bisa melupakan kejadian yang baru saja ia alami. Ini adalah pengalaman pertamanya berkelahi dengan lawan sungguhan. Biasanya ia hanya ikut kompetisi bela diri di sekolahnya maupun antar sekolah. Kalah dan menang ia sudah mengalaminya. Ia jadi teringat perkataan ayahnya bahwa pertarungan real dengan kompetisi itu berbeda. Kompetisi yang resmi itu ada aturannya, ada persyaratannya, dan selalu ada wasit yang menengahi ataupun melerai peserta yang adu tinju. Sementara pertarungan real sama sekali tidak ada aturan, tidak ada jiwa sportif dan tidak mengenal kasihan. Yibo meraba pipinya dan rahangnya yang membengkak. Dahinya yang lebam dan bibirnya yang sedikit terluka. Ia sedikit mendesis saat lukanya terkena air hangat. Tak hanya di wajah, lebam-lebam itu juga ada di paha, punggungnya, dan di lengannya.
"Aish... kapan aku kena pukul?" Yibo tak menyadarinya. Memang luka itu baru akan terasa sakit setelah beberapa waktu berlalu.
"Hai Wang Yibo yang tampan, lihat betapa buruk keadaanmu sekarang. Kalau seperti ini bagaimana gadis-gadis akan tertarik padamu?"
Yibo menatap bayangan wajahnya di cermin, oh bagaimana tampilannya besok di sekolah? Semua orang pasti akan melihatnya, wajah tampannya akan terlihat buruk. Jadi Yibo berniat tidak masuk sekolah saja besok. Mungkin lewat satu atau dua hari, wajahnya akan membaik.
Yibo kemudian melihat sekujur tubuhnya di cermin, kemudian menggelengkan kepala melihat beberapa bekas lebam itu.
Saat Yibo mengambil handuk yang tersampir di dinding, ia tak sengaja melihat bayangan tubuhnya di dinding, lalu tiba-tiba saja bayangan sosok yang menatap kobaran api itu kembali melintas.
"Hm....aduh...kenapa jadi ingat dia lagi. Tapi sosok belakangnya saja terlihat tampan. Siapa dia?...kenapa aku jadi mengingatnya?" gumam Yibo sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sayang sekali, tak bisa melihat wajahnya. Uh!...aku penasaran. Eh....apa-apaan sih, kok aku jadi memikirkan laki-laki itu. Aku kan juga laki-laki. Aih...Yibo, kau memalukan" gumam Yibo seraya keluar dari kamar mandi, lalu memakai baju piyama yang sudah disiapkan Yuchen, setelah itu keluar kamar mencari Yuchen untuk gantian mandi.
----
Yibo berbaring di kasur yang empuk sambil memandang langit-langit kamar. Setiap Yibo menginap, Yibo tidak tidur sekamar dengan Yuchen, Yibo akan tidur di kamar khusus tamu. Dan malam ini Yibo kembali merasa gelisah yang tidak tahu apa sebabnya. Sebentar-sebentar ia membolak balik badannya, sepertinya tak ada posisi tidur yang nyaman malam ini. ingatan Yibo terus berputar pada kejadian yang baru saja ia alami dan rasa penasaran pada sosok yang paling mengganggu pikirannya. Akibatnya sepanjang malam Yibo tak dapat tidur dengan tenang.
Esok paginya Yibo memang benar tidak berangkat sekolah, ia memilih diam di rumah Yuchen saja. Dia tidak seperti Yuchen. Acheng dan Zanjin yang tetap percaya diri walaupun mukanya memar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing the Wind [SLOW UPDATE]
CasualeSeperti angin sejuk yang menyapa, berhembus di sisiku dan berlalu, ku kejar kau berlari, meninggalkan jejak kerinduan pada setiap helai daun. Aku mengejarmu sampai hilang akal, ingin menahanmu dalam genggaman tapi tersadar kau tak mungkin kukejar, t...