Happy Reading
Baru beberapa langkah, Daniel berfirasat bahwa di dalam gudang itu ada seseorang. Untuk memastikan, Daniel kembali menuju depan pintu gudang.
"APA ADA ORANG DI DALAM?" teriak Daniel karena suara hujan yang begitu deras.
Seketika pintu gudang dipukul-pukul dengan keras.
"TOLONG, Hiksss." Perempuan yang berada di dalam gudang itu berteriak dengan tangisan yang menyertainya.
JEDUARRRRR.....
Suara petir kembali menggelegar membuat wanita di dalam terpekik keras.
"Minggir, gue bakalan dobrak pintu ini." Daniel mencari ancang-ancang untuk mendobrak pintu gudang yang terbuat dari kayu itu. Sekali, dua kali dobrakan, namun pintu itu masih juga belum terbuka. Lalu Daniel mengumpulkan seluruh tenaganya dan mendobrak pintu untuk yang ketiga kalinya. Akhirnya pintu itu terbuka lebar.
Hal yang pertama dilihat Daniel adalah suasana yang begitu gelap di dalam gudang. Namun, sekarang telah diisi sedikit cahaya dari luar karena pintu yang telah terbuka.
Daniel melihat seorang perempuan yang menangis dengan tubuh yang bergetar hebat. Daniel mendekati perempuan itu dan memegang bahunya. Seketika perempuan itu langsung memeluk Daniel dengan begitu erat, seakan jika terlepas sedikit saja maka dirinya tidak akan selamat.
Daniel membawa perempuan itu ke luar gudang. Perempuan itu masih dengan eratnya memeluk tubuh Daniel dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang Daniel, membuat baju seragam yang dipakai Daniel ikutan basah karena air mata perempuan itu.
Daniel yang penasaran siapa wanita itu mengangkat kepalanya, wanita itu mendongak.
"Mila?" Daniel begitu terkejut melihat orang yang sekarang memeluknya. Hati Daniel terasa teriris karena melihat keadaan Mila yang begitu kacau. Mata yang sembab, hidung berair dan memerah, serta rambut yang acak-acakan.
Mila masih menangis. Daniel pun membalas pelukan Mila dengan erat dan menggusuk punggung Mila berharap dapat memberikan perlindungan dan ketenangan.
Cuaca semakin dingin, Daniel melepaskan jaket yang dikenakannya lalu memakaikan ke tubuh Mila yang begitu dingin.
"Lo kenapa bisa ada di sini?" tanya Daniel.
Mila tidak menjawab, dia masih setia menangis. Daniel yang paham akan kondisi Mila mengurungkan niatnya untuk bertanya kembali.
Daniel membawa Mila untuk duduk di bangku yang berada di depan gudang. Mila hanya menuruti saja.
"Kita tunggu hujan reda dulu ya, setelah itu baru pulang." Mila mengangguk.
Daniel menelepon Rafli untuk menjemputnya ke sekolah menggunakan mobil. Mengingat dia yang menggunakan motor membuat Mila nanti kedinginan saat dalam perjalanan.
Daniel membawa Mila menuju gerbang sekolah karena hujan yang sudah mulai reda. Saat sampai di sana, bertepatan mobil Rafli juga menuju ke arah mereka.
"Ini kenapa?" bingung Rafli saat ke luar dari mobil.
"Nanti aja. Lo bawa motor gue, biar gue yang bawa mobil lo." Daniel melemparkan kunci motor ke arah Rafli, dan disambut dengan baik oleh Rafli.
∆∆∆
"Astaga non, nona kenapa? Kok bisa kayak gini?" panik bi Inah.
"Nanti aja aku jelasin bi. Kamarnya Mila di mana, Bi?"
"Ayo, bibi antar." Daniel mengikuti bi Inah menuju kamar Mila.
Sesampainya di kamar, bi Inah segera mengambil baju ganti untuk Mila dan menggantinya. Sedangkan Daniel menunggu di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MilDa ☑️
Teen FictionSELESAI Tahap revisi Awal pertemuan seseorang terkadang memang tidak disengaja. Begitu juga dengan Mila dan Daniel yang bertemu karena sebuah kecelakaan kecil. Mereka menghadapi berbagai konflik. Semuanya selalu dihadapi bersama. Dibantu oleh temann...