Happy Reading
Mila begitu terkejut ketika namanya disebut. Semua orang yang berada di koridor sekolah melihat ke arah Mila dan Anisa yang sekarang tepat berada di tengah-tengah lapangan.
"Itu siapa sih? Bikin gue malu aja," gerutu Mila kesal dengan orang yang telah menyebut namanya tadi.
"Ihhh, kamu malahan malu. Kalau aku digituin mah senang, mana ada coba, cowok yang mau ngelakuin begituan kalau nggak sayang banget sama tuh cewek," omel Anisa.
"Mana tau dia juga ganteng loh," timpal Anisa lagi yang sedang membayangkan dirinya juga diperlakukan seperti Mila.
"Kan nggak pasti. Kalau nyatanya tukang bakso gimana?" bela Mila.
"Enak dong. Bisa makan bakso tiap hari, nggak perlu susah-susah ngeluarin duit buat beli deh," jawab Anisa yang entah masih sadar atau tidak.
"Kalau nyatanya ommes gimana? Lo masih senang?" tanya Mila lagi yang tidak habis pikir dengan temannya ini.
"Enak dong, kan bisa....., eh, mana enak. Lo ada-ada aja deh Mil." Seketika Anisa sadar.
"Enak apa?" tanya Mila menggoda.
"Ihhh, lo mesum ya Mil." Anisa sudah mulai kesal dengan Mila.
"Idihhh, gue nggak ada tuh berpikiran kayak gitu. Lo ja yang otaknya langsung geser." Mila membela dirinya. Sedangkan Anisa hanya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Jadi, bagaimana Mila? Apakah kamu menerima cinta saya?" tanya laki-laki itu kembali.
Mila rasanya ingin menghilang saja dari sekolah ini. Dia benar-benar sangat malu.
"Ada dua opsi. Kalau kamu pergi dari lapangan itu, berarti saya ditolak. Tapi, jika kamu masih disitu dalam hitungan sampai lima, maka kamu telah menerima cinta saya." Laki-laki itu memberikan Mila pilihan.
Ketika mendengar pilihan itu, Mila segera berlari sekencang mungkin diikuti oleh Anisa di belakangnya.
"Huuuuuuuuuuuu," sorak seluruh siswa kepada laki-laki itu karena telah ditolak.
"Itu di kantor nggak ada guru apa? Sekolah macam apa ini," protes Mila saat berlari, membuat nafasnya ngos-ngosan.
"Milaaaa, lo nanti pasti bakal nyesal karena udah nolak gue. Gue sayang banget sama lo," teriak laki-laki itu histeris di microfon, membuat semua orang menutup telinga karena suara cempreng yang membuat telinga mereka sakit.
"Lo sayang siapa?" Suara yang tidak asing bagi seluruh murid juga terdengar di dalam microfon.
"Ya sayang Mila lah. Emangnya lo tadi nggak dengar?" jawab laki-laki itu masih dengan suasana hati yang sedih. Sedangkan semua murid yang mendengar suara perempuan tadi sudah bisa memastikan bagaimana nasib laki-laki itu.
"Berani ya kamu?" Seketika laki-laki itu langsung sadar bahwa orang yang sekarang berada di belakangnya adalah guru terkiller di sekolah ini.
"Alamak, mati dah gua." Masih dapat didengar oleh semua murid suara laki-laki itu yang sudah mulai ketakutan.
"UDIIIINNNNN, KAMU PIKIR INI SEKOLAH PUNYA BAPAK KAMU HAH?" Suara yang begitu keras menggelegar di area sekolah dengan hebatnya. Semua murid bahkan guru termasuk kepala sekolah menutup telinga dengan begitu kuat, takut nanti jika gendang telinga mereka akan pecah.
"AMPUN BUKKKK."
Mila sampai di kantin dengan Anisa. Mereka berdua langsung memesan minuman untuk melepaskan rasa haus.
KAMU SEDANG MEMBACA
MilDa ☑️
Teen FictionSELESAI Tahap revisi Awal pertemuan seseorang terkadang memang tidak disengaja. Begitu juga dengan Mila dan Daniel yang bertemu karena sebuah kecelakaan kecil. Mereka menghadapi berbagai konflik. Semuanya selalu dihadapi bersama. Dibantu oleh temann...