Lagi badmood nih. Bikin aku ketawa, kek. Tega amat kalian.
Happy Reading aja lah ha.
Daniel menarik tangan Mila menuju rumah pohon kecil dan sederhana. Daniel terlebih dahulu menaiki rumah pohon itu, sesampainya di atas Daniel melihat ke bawah, dan ternyata Mila masih berdiri di bawah sambil memandang dirinya.
"Ayo naik," ajak Daniel memandang Mila dari bawah.
Mila hanya membalas dengan gelengan kepala.
"Why?"
"Gue takut ketinggian, nanti jatoh kayak dulu," cicit Mila.
Daniel yang begitu banyak ingin diperlihatkannya kepada Mila dari atas pohon ini akhirnya tidak jadi, kerena Mila yang tidak mau menaiki rumah pohon.
Di dalam rumah pohon itu hanya bisa memuat dua orang saja. Jika mau berjalan, kita harus menunduk agar kepala kita tidak terbentur karena tingginya yang tidak begitu mencapai.
Sedangkan panjangnya hanya dua ratus meter dan lebarnya seratus lima puluh meter. Tempat itu cukup untuk tiduran. Di dalamnya hanya tersedia tempat tidur tipis yang terbuat dari gabus, dua buah bantal serta satu selimut. Disudut ruangan juga terdapat meja kecil yang diisi beberapa bungkus makanan dan minuman.
Tempat itu sangat rapi, meski yang menempatinya adalah seseorang laki-laki.
Mila hanya memandangi Daniel dari bawah. Dia sangat ingin ke atas dan melihat pemandangan dari atas sana yang sudah pasti sangat indah.
Mila hanya bisa membayangkan tanpa melihat real. Padahal, hanya tinggal langkah sedikit lagi maka Mila akan bisa melihat apa yang dibayangkannya. Mungkin lebih bagus dan indah dari apa yang sekarang dibayangkannya.
Saat asik memikirkan pemandangan yang indah, tanpa sadar ternyata Daniel sudah turun dan berdiri di sampingnya.
"Lo ngelamunin apa?" tanya Daniel, sebab dari atas tadi dia memanggil Mila, tapi tidak dijawab oleh Mila. Hingga Daniel memutuskan untuk turun.
"Eh, enggak kok. Cuman ngebayangin pemandangannya dari atas aja. Pasti indah kan?" tanya Mila begitu antusias.
"Kalau gitu ayo naik," ajak Daniel lagi.
"Nanti aja deh, gimana kalau kita ke sungai itu dulu?" Saat awal memasuki tempat favorit Daniel ini, Mila pertama kali tertarik kepada sungai yang begitu bersih dan tenang, serta terdapat jembatan kayu yang menjorok ke sungai.
"Ayo." Mila dengan cepat berlari menuju sungai itu, tidak lupa dengan senyum manis yang selalu tercetak di bibirnya.
Daniel hanya mengikuti dari belakang dengan senyum yang begitu tipis, bahkan mungkin tidak terlihat.
"Ayo, cepetan ke sini. Lo tengok deh, sungainya indah banget." Dari tadi Mila tidak henti-hentinya memuji sungai ini.
"Gimana kalau kita mandi? Lo penasaran kan, gimana rasa airnya," ajak Daniel.
Mila begitu antusias, tapi semangatnya mulai memudar karena dia tidak membawa baju ganti.
"Lo pake baju gue aja, di dalam rumah pohon itu gue ada bawa baju." Daniel berkata seolah-olah tahu apa yang dipikirkan oleh Mila tadi.
"Beneran?"
"Iya, ambil aja di sana?" suruh Daniel.
"Tolongin dong, gue kan nggak bisa manjat," pinta Mila. Daniel mengalah dan pergi mengambil baju ganti untuk Mila serta mengganti bajunya.
"Nih." Daniel memberikan bajunya yang besar kepada Mila. Mila mengambilnya dengan perasaan senang. Entah kenapa, saat berdekatan dengan Daniel, Mila selalu merasakan hati yang senang dan jantung yang berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MilDa ☑️
Teen FictionSELESAI Tahap revisi Awal pertemuan seseorang terkadang memang tidak disengaja. Begitu juga dengan Mila dan Daniel yang bertemu karena sebuah kecelakaan kecil. Mereka menghadapi berbagai konflik. Semuanya selalu dihadapi bersama. Dibantu oleh temann...