Aku menuruni anak tangga satu persatu. Melihat ke kiri dan kanan. Mencari sosok yang sempat dibicarakan oleh kakak Fito yaitu, Adi.
Aku berjalan mendekati motor yang sejak tadi diam, tak bergerak dan tak berubah barang satu centi pun. Karena tidak ada yang mengendarai, bagaimana bisa bergerak. Motor kan benda mati.
Aku terus berjalan hingga jarakku dan motor itu semakin dekat, hanya beberapa langkah saja jaraknya. Aku berjalan pelan-pelan, ku sentuh spion motor itu.
" Stiker yang waktu itu " Kataku lirih.
" Jadi benar, kamu kemari. Apa kamu takut menampakkan dirimu dihadapanku. Sampai kamu engga keliatan batang hidungnya di dalam " Tersenyum.
Mengsusap spion motor " Kenapa kamu harus takut, aku memang kecewa dan marah. Tapi bukan berarti hubungan kita berakhir. Kita masih bisa menjadi teman kan ".
" Heh, teman? Mana mungkin kita bisa menjadi teman. Mana ada teman yang tega melakukan hal seperti itu ".
Mengusap air mata " Hey princess, don't cry. Untuk apa kamu masih menangisi dia lagi. Memang rasanya masih perih, terkadang menghujam jantungku. Rasanya sesak, menangis secara tiba-tiba pun tidak mampu membuat aku merasa lega " Sedari tadi aku berbicara kepada diriku sendiri, seperti orang bodoh.
" Maaf " Aku langsung membalikkan badanku ke arah suara yang tak asing untukku. " Aku minta maaf ".
" Maaf? " Aku berjalan mendekati laki-laki itu.
" Aku bener-bener minta maaf. Pipit ".
Aku mendongakkan kepalaku keatas, menahan air mata agar tak jatuh dari pelupuk mataku. " Setelah semua hal yang aku alami, setelah semua hal yang membuat aku merasa kecewa. Bahkan hampir membencimu sepenuhnya. Baru sekarang kata maaf terucap dari mulutmu " Aku berbicara sambil terus mendongak, aku takut nantinya aku kelepasan menangis di hadapannya lagi.
" Aku tau, kamu sakit. Aku tau kamu pasti kecewa. Aku minta maaf dan mungkin permintaan maaf ku ini bisa dibilang terlambat. Meski terlambat aku bener-bener tulus mau minta maaf. Dan tolong lihat ke arahku saat aku sedang berbicara kepadamu " Aku langsung menatapnya.
" Untuk apa? ".
" Ha? ".
" Untuk apa ada kata maaf, jika nantinya maaf itu tidak berguna. Kamu minta maaf cuma buat menutupi diri kamu bahwa kamu itu bersih. Bahwa kamu itu suci, bahwa kamu itu, engga pernah salah. Gitu? ".
" Apa kamu tau ? " Katanya.
" Tak tau dan aku mungkin tidak ingin tau. Aku lelah berbicara seolah-olah formal dan puitis denganmu ".
" Kalo aku minta dikasih kesempatan untuk kedua kalinya, apa aku boleh? Aku menatap kedua bola matanya, begitu juga dengan dia.
" Di dunia ini mungkin ada kesempatan buat mereka yang bener-bener ngerasa bersalah. Atau buat mereka yang nggak sengaja ngelakuin hal yang seharusnya ngga dilakuin. Tapi buat kamu, apa yang harus aku kasih kesempatan kedua?. Sudah jelas kamu sengaja berselingkuh, kamu sengaja buat aku sakit. Apa kamu tau aku sakit " Aku berusaha menahan amarahku.
" Aku tau maka dari itu kasih aku kesempatan kedua, kasih aku kesempatan buat menebus semua kesalahan aku ke kamu waktu itu ".
Aku tersenyum " Lalu kemana kamu waktu aku selalu tanya sebenernya apa kesalahan aku ke kamu sampai, kamu tega ngelakuin hal kaya gitu ke aku. Terus kamu yang sekarang ini minta kesempatan kedua untuk apa, bukannya kamu yang dulu memutus hubungan?. Atau, jangan-jangan Sinta ngebuang kamu yaa? " Dia terdiam tak menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal Dari Kata Teman ( TAMAT )
Teen FictionBELUM REVISI, JIKA ADA SALAH PENEMPATAN KATA MOHON MAAF. Cerita ini adalah kisah hidupku yang ku tulis saat aku pertama kali bertemu dengannya, namun ku revisi sedikit mengenai nama tokoh. Menceritakan tentang kisah cintaku dengan Adi orang yang ku...