36. Buku (2)

278 28 6
                                    

Vote dan komentar ditunggu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Huft " Karena aku sedikit kelelahan, setelah menyapu akupun merebahkan tubuhku di sofa.

Ku taruh tangan kananku diatas dahiku.

" Buku tadi " Seketika aku berdiri karena teringat akan kiriman box dari Adi aku bergegas ke depan teras.

" Box apa ini mb " Kata ibuku memasuki rumah aku yang terburu-buru seketika berhenti karena terkejut.

Pipit : " Bukan apa-apa " Ku raih kotak berwarna silver dari tangan ibuku.

Linda : " Yakin bukan apa-apa " Aku hanya tersenyum.

Pipit : " Bapak mana bu kok cuma sendiri " Mencari keberadaan bapak.

Linda : " Gak tau tadi bilang mau beli barang jadi ibu diturunin di depan " Berjalan ke ruang tengah.

Pipit : " Oh " Mengganguk pelan sambil mengikuti ibu dari belakang.

Linda : " Udah makan belom mb? " Tanya ibu.

Pipit : " Belom buk, tadi abis nyapu halaman belom sempet makan " Jelasku sambil menaruh box di atas kursi di ruang tengah.

Linda : " Yaudah gih cuci tangan ibu tadi beli sate sapi kesukaan kamu " Mendengar sate sapi aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci tanganku.

Linda : " Kotak apa ini " Membolak-balikan kotak yang ku taruh di atas kursi.

Pipit : " Eitss " Manarik kotak dari tangan ibu dengan secepat kilat. " No no no, ini aku punya " Aku tersenyum ibu hanya menggeleng-geleng.

Linda : " Jadi gitu ya, kalau gak boleh jangan harap bisa makan sate " Ibu ku berbalik mengancamku, itulah ibuku. Jika menginginkan sesuatu tidak diberi tahu maka ancaman kesukaan yang akan menjadi sasarannya.

Pipit : " Ibuu..... " Aku memanyunkan bibirku ke atas. " Ini tu bu, kotak dari pujaan hati yang senyumnya semanis gulalai " Mengangkat kotak yang ku raih dari tangan ibu tadi.

Linda : " Iya udah mb taruh dulu di kamar terus makan ".

Aku pun masuk ke dalam kamar ku meletakkan box tadi di atas kasur. Aku berjalan keluar kamar, tapi aku berbalik lagi lalu menatap box tadi tanpa sadar aku tersenyum.

" waiting me " Kataku lirih.

Aku pun makan dan melahap sate sapi kesukaanku rasanya benar-benar nikmat di lidahku. Seusai makan aku pun mandi untuk membersihkan diriku yang sudah lengket dengan keringat. Setelahnya aku masuk  ke dalam kamar, ku rebahkan tubuhku di kasur, ku pandangi sekilas box tadi dan lagi-lagi aku tersenyum.

Aku duduk untuk membuka box dari Adi untuk yang ke dua kalinya. Terlihat jelas foto-foto Adi dalam album polaroid yang dia kirimkan bersama dengan deary miliknya.

Aku merebahkan tubuhku lagi dan membaca saksama kata demi kata dalam deary Adi, satu hal yang membuatku bingung. Kenapa setiap aku dan Adi bertukar deary selalu saja milik Adi jauh lebih kosong dari milikku. Milik Adi hanya berisi beberapa kata dalam setiap lembar bahkan milik Adi masih banyak kertas-kertas yang kosong yang belum sempat Adi tuliskan sebuah kata. " Aneh " Kataku dalam hati.

Saat aku membuka lembar pertengahan ada kertas kecil terjatuh di wajahku seketika aku duduk dari sesi rebahanku. Ku temukan sebuah foto Adi bersama wanita.

" Kaya kenal tapi siapa " Kataku sambil membolak-balikan foto tersebut tertera di belakang foto sebuah nomor telepon yang tertanda Sinta. " Sinta anak komandan kalo gak salah, kenapa bisa di dalem deary si fotonya mana sama Adi " Aku mulai kesal ku lempar deary Adi ke dalam box dan aku meraih ponselku.

Berawal Dari Kata Teman ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang