Part 3

594 159 19
                                    

Enggak dendam, tapi ingat

***
Suara yang begitu ribut membuat seorang gadis cantik yang sedang tertidur pun kini terbangun.

Dia melihat ke bangku depannya kini sudah ada Clara yang sedang duduk manis sambil memainkan bendah pipi berwarna gold. Dan di samping Clara ada Zea yang sedang membaca novel.

"Ck Ze, kenapa enggak bangunin gue? Kan Clara udah disini," kesal Retha menatap Zea

Zea dan Clara yang mendengar suara sahabat tersayangnya itu pun menoleh ke belakang.

"Elu tidur pulas bener, kita enggak tega ngebangunin nya," jelas Clara yang di anggukin Zea.

Retha menghela nafas berat.

"Ret, kata lo ada yang mau lo ceritain, apaan tu?" tanya Zea

Mendengar pertanyaan dari Zea membuat mimik wajah Retha berubah sedih.

Zea dan Clara yang menyadari perubahan Retha pun melirik satu sama lain.

"Retha, kalau lo ada masalah lo bisa cerita ke kita. Kita kan sahabat Ret, walaupun nanti kita enggak bisa ngasi saran apa-apa tapi setidaknya lo lega karena udah cerita ke kita tentang masalah lo," ujar Clara yang di anggukin Zea.

Retha memandang ke arah Zea dan Clara. Retha sudah mempercayai mereka berdua malah Retha sudah menganggap mereka sebagai kakak buat Retha.

"Hufft"

Helaan nafas Retha terdengar, dia mencoba untuk menceritakan semua kepada mereka tentang masalah keluarganya.

Zea dan Clara sudah mengetahui tentang masalah yang dihadapi Retha. Mereka juga tau alasan Retha jadi bad seperti ini ya karena masalah dengan keluarganya.

"Gue capek Ze, Ra. Gue cuma ingin semua ini berakhir, gue ingin semuanya kembali seperti semula. Gue ingin seperti dulu yang selalu di manja-manja sama keluarga gue. Gue enggak tau gue ada salah apa sama dia, sampai-sampai dia tega fitnah gue dan berakhir gue di benci sama keluarga gue sendiri. Gue capek..." lirih Retha.

Zea dan Clara memandang sedih ke arah sahabatnya. Retha bisa di bilang cewek kuat, ia menutupi semuanya dengan senyuman yang ia miliki.

"Lo yang sabar ya Ret, lo tau roda selalu berputar. Mungkin hari ini mereka benci sama lo, dan enggak pernah nganggap lo ada, tapi nanti bisa aja mereka yang nyari lo. Saat hari itu tiba gue yakin mereka bakal nyesel karena perbuatan mereka, dan semua yang udah di perbuat oleh Oliv bakal terbongkar jadi lo sabar aja," ujar Clara kesal dengan keluarganya Retha yang terlalu percaya dengan ucapan bohong Oliv. Rasanya ia ingin mencabik-cabik mulut Oliv.

"Bener banget yang di ucapin sama Clara Ret, lo tunggu aja ya hari penyesalan mereka. Inget Ret lo enggak sendiri ada gue sama Clara yang selalu ada di samping lo. Kita enggak akan biarin lo menanggung semuanya. Kalau ada apa-apa cerita ke kita, jangan di pendam," jelas Zea

Retha tersenyum mendengar ucapan sahabatnya. Ia bersyukur setidaknya masih ada mereka yang selalu menyemangatinya.

"Satu pesan gue ke lo Ret! Jangan pernah dendam sama orang yang udah nyakitin lo, jadiin itu semua sebagai pelajaran buat lo. Kalau lo balas perbuatan dia terus apa bedanya lo sama dia, tenang semua bakal ada balasannya. Biar Tuhan yang balas," lanjut Zea.

Retha mengangguk mendengar nasihat dari sahabat-sahabatnya.

'Tuhan, terima kasih sudah menghadirkan sahabat yang tulus, semoga persahabatan kami semakin erat' batin Retha dalam hati.

***

Kring... Kring

Bel istirahat telah berbunyi, kini ketiga gadis cantik tengah berjalan ke kantin. Di perjalanan banyak yang menatap sinis dan banyak pula yang menatap penuh kagum ke arah mereka.

Suasana kantin sangat ramai saat ini, mereka duduk di tempat biasa mereka. Tidak ada yang berani duduk di tempat mereka. Kalau ada yang berani duduk di tempat mereka, maka siap-siap aja jadi mangsa Retha.

"Ra, pesen gih! Hari ini kan jadwal lo!" suruh Zea.

"Oke sip, kayak biasa kan?" tanya Clara

Retha dan Zea mengangguk. Lalu Clara pergi untuk memesan makanan mereka.

Di saat menunggu pesanan, seketika suasana kantin jadi ribut karena di depan kantin ada segerombolan most wanted Pelita. Salah satunya ada ketiga saudara Retha dan ketiga teman kelas Retha siapa lagi kalau bukan Gavin cs. Mereka emang deket dengan ketiga saudara Retha dan teman-temannya. Tapi mereka nggak tau kalau Retha adik dari 3 sahabatnya itu.

"Ck berisik banget si. Norak tau nggak," kesal Zea.

Nggak lama Clara datang membawa pesanan mereka di bantu sama ibu kantin.

"Kenapa si berisik banget?" tanya Clara yang belum menyadari bahwa di depan kantin sudah ada kedelapan most wanted Pelita.

"Biasalah"

Clara yang mengerti dengan ucapan Retha pun hanya mengangguk.

Disisi lain kedelapan most wanted Pelita sedang mencari tempat kosong karena keadaan kantin saat ini sangat ramai. Kedelapan most wanted ini tidak lain itu, Gavin, Reyhan, David, Nevan, Kevin, Kenan, Nathan, Bagas.

Mata elang Reyhan melihat ke arah meja Retha, dan kebetulan disitu ada gebetannya siapa lagi kalau bukan Clara.

"Nah tu ada tempat kosong, muat kok buat kita semua!" seru Reyhan semangat.

David hanya memutar bola mata malas melihat Reyhan. Dia sudah hapal dengan tingkah sahabat gesreknya ini.

"Ck, bilang aja lo mau ketemu sama gebetan," ceplos David

"Wah sahabat yang pengertian, makin sayang deh aku sama kamu mas"

David yang geli mendengar perkataan Reyhan segera berpindah tempat ke sebelah Kevin.

"Gila lo Rey, kelamaan jomblo buat otak lo jadi gesrek," sahut Nathan.

Reyhan hanya mengerucutkan bibirnya ke depan. Membuat teman-temannya geli melihatnya.

"Uda deh ayok kita makan. Keburu bel nanti!" ajak Bagas, dan mereka langsung berjalan ke meja Retha.

"Holla ciwi-ciwi, kita boleh gabung kan?" tanya Reyhan sambil duduk di sebelah Clara.

Clara menatap jengah ke orang yang ada di sampingnya saat ini.

"Eh kutil badak! Lo bisa nggak sih satu hari tu biarin gue tenang!" kesal Clara.

Reyhan hanya tersenyum nggak jelas membuat Clara mengusap wajah frustasi. Reyhan melirik ke arah sahabatnya yang masih setia berdiri tanpa ada niat duduk di meja ini.

"Woy! Lu pada nggak mau duduk? Mau berdiri aja?"

Mendengar ucapan Reyhan baru mereka tersadar dan segera duduk. Lalu mereka segera memesan makanan untuk mereka makan.

Suasana meja yang mereka tempati mendadak canggung karena Retha memandang dingin ke arah 3 saudaranya, begitu pula sebaliknya. Teman-teman Retha yang sudah mengetahui masalah mereka sudah maklum. Sedangkan teman-teman Gavin hanya menatap bingung ke arah mereka ber-4.

'Gue kangen sama lo dek, apa keputusan gue dan orang tua kita selama ini benar? Gue bingung' lirih Kenan dalam hati.

'Gue pingin peluk lo sekarang juga twins. Gue pingin lo ceritain ke gue tentang beban lo selama ini. Gue tau lo sedih banget pastinya' batin Nevan sedih.

'Harusnya tadi pagi gue meluk lo, dan gue bisikin ke lo kalau semuanya akan kembali seperti semula' batin Kevin menatap Retha sendu.

Sedangkan Retha malas sekali dengan suasana seperti ini. Dari tadi ke-3 saudaranya memandang ke arahnya dengan tatapan berbeda. Dia berharap semoga bel cepat berbunyi.

'Ck, lama amat si bel nya. Kenapa pada liatin gue coba' batin Retha malas.

***

TBC

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang