Part 6

501 122 6
                                        

Kalau aku bisa meminta, aku hanya ingin meminta pada Tuhan untuk mengambil nyawaku saja. Rasanya duniaku sudah benar-benar hancur saat ini.

***

Suara dentingan sendok terdengar saat ini. Kini keluarga Retha sedang makan malam bersama, tanpa Retha pastinya.

"Ma, Retha buat ulah lagi ya hari ini?" tanya Oliv yang membuat keadaan menjadi canggung sekarang.

"Dia kan selalu mencari ulah, bahkan hampir tiap hari dia selalu begitu. Kamu jangan seperti dia ya sayang. Kamu anak yang baik beda dengan dia yang urakan. Papa harap kamu jangan sampai ngecewain Papa dan Mama," sahut Damar.

Oliv tersenyum sinis mendengar ucapan Papanya. Ia yakin sebentar lagi Retha bakal di usir dari rumah ini.

"Jadi, kalian jangan ada yang ngikutin jejak anak nggak tau diri itu ya, yang bisanya buat malu keluarga. Terkhusus kamu Oliv, Mama nggak mau kamu seperti dia," ujar Tania.

"Mama sama Papa tenang aja aku nggak bakal ngecewain kalian."

Kenan, Kevin, dan Nevan hanya diam tanpa suara. Lagi-lagi Retha yang selalu di salahkan. Mereka sudah tau sejak lama kalau Oliv sangat membenci Retha.

Sedangkan di sisi lain tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar ucapan mereka dari awal sampai akhir, Retha. Retha tadi hanya ingin mengambil minum di dapur, tapi ketika di tangga ia mendengar namanya di bawa-bawa dan ia sudah menduga pasti Oliv yang memulai duluan dan ternyata benar.

'Gue cuma berharap semoga lo berubah Liv, dan kita bisa seperti dulu lagi' lirih Retha sedih.

***

Hari ini Retha berangkat bareng Zea dan Clara, karena paksaan Clara tentunya. Suasana mobil sangat ramai karena mereka bertiga bernyanyi bersama.

"Kok tumben si cunguk nggak jemput lo Ra?" tanya Retha penasaran.

Cunguk yang mereka maksud adalah Reyhan. Orang yang tiap hari selalu mengganggu hidup Clara.

"Lo nggak tau aja Ret, tadi pagi jam 5 pagi ni bocah uda ada di depan rumah gue. Ganggu gue tidur banget," kesal Zea.

"Yee, lo gitu amat jadi temen. Asal kalian tau ya tadi malam si Reyhan maksa buat pergi bareng dia. Gue ogah sih, risih tau nggak. Setiap jalan pasti selalu ngeluarin gombalan recehnya. Sakit kuping gue dengernya," ketus Clara.

"Uda gitu ya, masa bonyok gue malah suka lagi sama dia. Mereka setuju kalau gue sama tu cunguk," lanjut Clara kesal, karena orang tuanya sangat menyukai Reyhan katanya Reyhan sopan beda sama cowok-cowok yang pernah Clara bawa kerumahnya.

Retha dan Zea tertawa ngakak melihat penderitaan Clara.

"Gila! Pande bener dia ngambil hati bonyok lo," takjub Retha yang di anggukin Zea.

Dan berakhir suasana mobil penuh dengan suara tertawa ketiga gadis ini.

Mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Lalu berjalan menuju kelas mereka, tapi saat di pertengahan jalan ada tangan yang mencekal lengan Retha.

"Eits selamat pagi cewek jadi-jadian," sapa Gavin dengan wajah tengilnya. Retha hanya merutuki nasibnya saat ini. Dia bersyukur beberapa hari ini tidak pernah berjumpa dengan Gavin karena Gavin dan teman-temannya sering bolos.

"Ck! Lepasin tangan lo dari lengan gue!" bentak Retha.

"Ih enak aja! Lo nggak kangen gitu ke gue? Kan uda beberapa hari ini kita nggak jumpa. Pasti di kelas lo selalu mikirin gue kan?" tanya Gavin dengan percaya dirinya.

Retha memutar bola mata malas mendengar ocehan Gavin. Tingkat percaya dirinya sangat tinggi membuat Retha jengah melihatnya.

"Lo siapa gue emangnya? Nggak penting banget mikirin spesies makhluk kayak lo!" bentak Retha.

Gavin tersenyum miris. Gavin sudah lama suka mungkin bahkan cinta ke Retha. Tapi dia nggak berani ngakuin ke Retha karena sepertinya Retha sangat membencinya. Saat ini yang ia lakukan hanya bisa menjahili Retha agar bisa berada dekat dengannya.

"Gue bisa buat lo jatuh cinta ke gue dalam sekejap," ujar Gavin menaikkan alisnya menggoda Retha.

"Dan gue yakin setelah lo jatuh cinta ke gue, pasti lo nggak bakal bisa jauh-jauh dari gue," lanjut Gavin.

"Coba aja kalau bisa!" tantang Retha tersenyum sinis lalu mengajak Zea dan Clara pergi meninggalkan mereka semua.

"Yah bebeb Cla kenapa pergi. Nanti pulang sekolah bareng gue ya!" teriak Reyhan pada Clara yang dibalas tatapan tajam oleh Clara.

Sedangkan teman-teman Reyhan hanya menghela nafas malu melihat kelakuan satu temannya yang kurang waras.

"Vin, lo beneran ada rasa ke Retha?" tanya Kevin. Ia tidak mau adiknya disakiti lagi, sudah cukup keluarganya yang membuat dia menderita.

"Iya gue uda lama ada rasa ke Retha. Ntah kenapa gue ada firasat kalau Retha banyak menyimpan rahasia. Gue bakal perjuangin dia sampai dia jadi milik gue," ucap Gavin tulus.

"Perjuangin kalau emang lo serius ke dia. Tapi jangan pernah lo nyakiti dia apa lagi sampe buat air matanya keluar sia-sia!" sahut Nevan.

"Kalau sampai lo nyakiti Retha, gue orang pertama yang bakal hajar lo habis-habisan!" lanjut Kenan menatapnya dingin lalu pergi dari hadapan mereka.

"Gue sama Nevan juga bakal ngabisin lo tanpa ampun kalau lo sampe buat Retha nangis!" ujar Kevin yang di anggukin Nevan, lalu pergi dari hadapan mereka semua.

Ucapan mereka ber-3 membuat tatapan bingung dari semua teman mereka.

"Ada hubungan apa tuh 3 curut sama Retha?" tanya David penasaran.

"Ye si onta! Kenapa nanyak ke kita? Kita juga kagak tau!" balas Nathan yang di anggukin mereka semua, sedangkan David hanya cengengesan.

"Vin kayaknya ucapan mereka ber-3 nggak main-main deh!" seru Bagas.

"Iya gue tau bang! Tapi ada hubungan apa mereka dengan Retha ya?" tanya Gavin.

"Udahlah nanti kita juga tau sendiri. Mungkin mereka ber-3 belum mau cerita ke kita. Jangan paksain mereka buat cerita, mereka juga punya privasi. Nanti juga mereka bakal cerita dengan sendirinya," ucap Reyhan bijak.

"Tumben otak lo jernih," sahut David. Lalu mereka meninggalkan Reyhan yang menggeram kesal.

"Sialan emang! Selalu gue kayaknya yang di nistain," gerutu Reyhan.

***

TBC

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang