Part 21

350 50 2
                                    

HAPPY READING 😍

Sudah menyayangi dengan tulus, namun yang didapat hanya sebuah penghianatan. Sekejam itukah cinta?

~ARETHA

"Vin, Ara lucu ya. Dia cantik mirip banget sama bunda," ucap Retha memperhatikan Ara yang sedang bermain dengan boneka beruangnya di taman belakang rumah Gavin.

"Cie uda manggil bunda aja ni," goda Gavin sambil mengacak rambut Retha.

"Ih a-apaan sih! Lagian nyokap lo yang nyuruh gue manggil bunda!"

"Ih pipi lo kok merah?" tanya Gavin jahil.

"Ih Gavin! Kok lo nyeselin si!" Retha memukul bahu Gavin berulang kali membuat Gavin mengaduh kesakitan.

"Woi sakitt Ret! Bringas banget si lo!"

Tanpa mereka sadari Nana melihat mereka dari balik dinding pembatas taman belakang.

Nana menatap sendu ke arah Retha, sungguh dia tak menyangka bahwa rumah tangga sahabatnya sedang tidak baik apa lagi dengan anak mereka sendiri, Retha

"Nama panjang kamu siapa Ta?" tanya Nana

Retha tersentak mendengar pertanyaan Nana.

"Aretha Nessa Orlin Bun,"

"Orlin?"

"Iya bun, kenapa?"

Nana terkejut mendengar jawaban Retha

"Jadi kamu anak Tania dan Damar?" pekik Nana.

"Bunda kenal sama Mama dan Papa?" tanya Retha bingung.

"Kenal sayang, mereka sahabat Bunda dan Ayahnya Gavin," jawab Nana.

"Oh gitu ya Bun."

Nana mengangguk. "Mereka kabarnya baik kan?"

"Baik kok Bun," balas Retha sendu.

Nana tentu sadar akan perubahan wajah Retha.

"Ada apa sayang? Semua baik-baik aja kan?"

Retha menggeleng. "Semuanya gak baik, sejak dia hadir di keluarga kita." ucap Retha tak sadar.

"Maksudnya?"

Retha mulai menceritakan semua masalah yang ada di keluarganya. Sesekali dia menintihkan air matanya. Terasa sesak jika mengingat semuanya.

Nana menatap sendu pada Retha. Tak menyangka jika rumah tangga sahabatnya akan seperti ini. Dan Nana juga merasa iba pada Retha, pasti berat melalui semuanya.

"Jadi gitu Bun ceritanya. Retha berani bersumpah Bun, Retha gak pernah ada maksud jahat ke Oliv. Retha senang Oliv menjadi bagian keluarga Retha. Tapi kenapa Oliv tega ngelakuin semua itu ke Retha?"

"Bunda percaya kan sama Retha?" Nana dapat melihat pancaran terluka dari mata Retha.

"Bunda percaya sama kamu sayang," balas Nana tersenyum lembut pada Retha.

Retha tersenyum. "Bunda jangan cerita ke Gavin ya, kalo Retha ini bagian dari keluarga Orlin. Selama ini mereka gak tau Bun. Retha di sekolah gak makai marga keluarga, jadi mereka gak ada yang tau kecuali orang terdekat Retha."

"Terus kenapa tadi kamu-" Nana menggantungkan ucapannya.

Retha mengerti arah bicara Nana. "Kenapa tadi Retha ngasih tau nama asli Retha?" Nana mengangguk.

"Retha juga gak tau Bun, kenapa Retha bisa kasih tau tentang hal sensitif seperti nama kepanjangan Retha," jelas Retha.

"Yaudah sayang gak pa-pa, dan bunda gak akan cerita ke siapa-siapa kok. Kamu tenang aja ya," ucap Nana.

"Pasti berat untuk kamu lalaui semuanya Ta," gumam Nana memperhatikan Retha dan Gavin yang sedang bergurau.

***

Oliv dari tadi terus saja ngedumel gak jelas. Ya, Kevin, Kenan, dan Nevan memang telah berada di kamar Oliv. Namun mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Kevin dan Nevan yang sedang bermain game online. Dan Kenan yang sedang memejamkan mata sambil mendengarkan musik menggunakan headphone nya.

Oliv? Dia sangat kesal. Dari tadi dia terus mengajak mereka untuk tidur namun meraka tak menggubrisnya.

"Woi Van yang bener lo mainnya elah!" ujar Kevin kesal.

Nevan berdecak. "Lo yang gak becus maen nya! Pake segala bilang gue lagi!"

"IH BANG KENAN, BANG KEVIN, NEVAN! KALIAN GAK DENGER AKU NGOMONG APA?!"

"Van, kayak ada yang ngomong tapi gak ada wujudnya kan?" tanya Kevin di sela permainannya.

"Iya bang, mirip sama sejenis..."

Kevin mengerutkan keningnya bingung. "Mirip sejenis apa?"

Nevan menahan tawanya. "Sejenis setan," jawab Nevan dengan melirik Oliv.

Kevin dan Kenan terbahak mendengarnya. Kenan dari tadi mendengarkan percakapan mereka, termasuk juga mendengar celotehan gak jelas dari Oliv. Namun dia hanya diam, terlalu malas menanggapi hal yang gak penting.

"Siapa setannya?" tanya Oliv polos.

Kevin, Kenan, dan Nevan saling berpandangan satu sama lain.

"Setan kok nanya setan," celetuk Kenan. Dan sedetik kemudian mereka ber-3 tertawa terbahak.

Oliv melototkan matanya. Oliv baru sadar bahwa yang sedang diceritakan oleh mereka ber-3 adalah dirinya sendiri, tetapi dia merasa bodo amat.

"Uda larut mending kalian naik ke ranjang terus kita tidur deh," sahut Oliv.

"Uda setan,"  ketus Kenan.

"Gak tau diri lagi! Ha-ha-ha" sahut Kevin dan Nevan.

"Hiks hiks, kalian kok hiks jahat hiks..." liriih Oliv.

"Lah bodo amat," gumam Kevin.

"Kalian hiks gak sayang hiks sama Oliv?"

"Drama cih," ketus Kenan.

"Buang-buang waktu sayang sama lo," gumam Nevan.

"Mending kita ngadem di luar! Di sini panas ada setan," cetus Kenan datar kemudian berlalu pergi dari kamar Oliv diikuti oleh Nevan dan Kevin. Meninggalkan Oliv yang sudah menggeram marah.

Entahlah sekarang baik Kenan, Kevin, ataupun Nevan mereka sudah muak dengan segala tingkah Oliv. Mereka mulai menyadari bahwa Oliv seperti selalu mencari perhatian dari kedua orang tua mereka.

***

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang