HAPPY READING:)
***
Minggu yang cerah ini Retha sedang lari pagi di sekitar kompleks rumahnya. Dia memakai celana training dengan dibalut baju kaos lengan pendek serta sepatu berwarna putih kesayangannya.
Retha berlari dengan santai sesekali menyeka keringatnya yang jatuh. Fikirannya melayang disaat dulu setiap hari libur pasti dia beserta ketiga saudaranya selalu lari pagi bersama. Dia gak menyangka bahwa semua itu tak bisa dia lakukan lagi sekarang. Ingin rasanya dia menyalakan takdir, takdir yang membuat dia seperti ini. Tapi Retha percaya suatu saat nanti semua akan kembali seperti dulu lagi.
Bugh
Karena keasyikan melamun Retha sampai tak sadar jika ada yang menabraknya dan sialnya dia jatuh tersungkur ke tanah membuat lutut serta lengan kanannya berdarah.
"Aduhh!" pekik Retha kesal.
"Sory-sory gue gak sengaja," ucap seseorang yang menabraknya.
Retha mengangkat kepalanya dan betapa terkejutnya dia melihat siapa yang berani menabraknya.
"IH SUMPAH YA! LO TUH KAYAKNYA HOBI BANGET BUAT GUE JATOH!" teriak Retha kesal.
Seseorang yang diteriakin Retha spontan menutup telinganya. "Eh suara lo uda mirip toa mesjid tau gak!"
"Ya lo jalan gak liat-liat, asal nabrak orang aja!" kesal Retha.
"Hehh! Yang ada lo jalan pakek segala melamun! Melamunin apaan sih lo?" tanyanya. "Oh gue tau! Lo pasti lagi ngelamunin gue ya?" tambahnya dengan menaikkan alisnya.
Retha memutar bola mata malas. "Dih ngapain juga gue ngelamunin lo, ga bermutu."
"Dih sok gengsi lo!"
"IHH GAVINNN! SUMPAH YA LO TUH NGUJI KESABARAN GUE!" teriak Retha kesal.
Ya orang yang menabrak Retha tak lain ya Gavin. Cowok yang selalu nguras kesabaran Retha."Uda jangan marah-marah ntar lo cepat tua," kekeh Gavin membuat Retha semakin kesal.
"Sialan lo!"
Gavin terkekeh melihat Retha kesal.
"Sini gue bantuin berdiri," Gavin mengulurkan tangannya ke Retha. Dengan sangat terpaksa Retha menerima uluran tangan Gavin. Dengan terpaksa loh ya.
"Thanks," ucap Retha singkat.
Gavin melirik luka yang ada di lutut dan lengan Retha membuat ia merasa bersalah.
"Ret gue beli kapas sama obat merah dulu ya. Biar gue bersihin luka lo," ucapnya lalu pergi dari hadapan Retha.
Sepeninggalan Gavin, Retha selalu meringis sakit karena lukanya tadi sangat perih.
"Gila perih banget," gumam Retha sambil mengipas-ngipas lukanya berharap agar perihnya sedikit menghilang.
Mata Retha melirik ke Gavin yang berlari kecil ke arah Retha. "Lama banget sih lo!"
"Ye sabar elah! Lo fikir tuh warung kagak jaoh apa?!" sinis Gavin. "Sini deketan biar gue obatin!" tambahnya.
Retha bergeser agar mendekat ke Gavin. "Pelan-pelan awas kalau sampe sakit!"
"Iye bawel"
Gavin menuangkan sedikit obat merah ke kapas yang telah dia beli. Dengan perlahan ia mengoleskan ke luka Retha sambil meniupnya agar tak terlalu perih.
Retha memandangi wajah Gavin tanpa kedip. Baru kali ini dia menatap mata Gavin dari dekat. Bola matanya yang tajam membuat siapa saja yang melihatnya langsung jatuh hati.
Jantung Retha mendadak berdetak dengan cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA [On Going]
Genç KurguTerlihat kuat di luar namun rapuh di dalam. Ia selalu berusaha agar tak melihatkan sisi lemahnya. Banyak cobaan yang harus ia lalui dari keluarga, pertemanan, bahkan percintaan yang membuat ia kembali rapuh seperti dulu. Baginya dunia terlalu kejam...