Part 17

357 65 2
                                    

Happy reading 😍

Sebesar apa usahaku, kalau kau memilih dia. Aku bisa apa?

~Gavin~

Gavin menghempaskan tubuhnya ke kasurnya. Sangat melelahkan hari ini, tapi mengingat kejadian tadi lelahnya mendadak hilang.

Saat dia mengecup tangan Retha, saat Retha mengusap kepala Gavin. Ah membayangkan kejadian tadi membuat senyum Gavin merekah.

Tapi tentang pernyataan Retha suka sama cowok lain membuat senyumnya memudar. Dia tersenyum kecut. "Beruntung banget tuh cowok, lah gue? Cinta gue bertepuk sebelah tangan. Sadboy banget gue," gumamnya dengan tatapan miris.

"Kalo kamu emang suka sama cewek itu, kamu harus perjuangin!" sahut Yuda, Ayah Gavin yang dari tadi sudah ada di dalam kamar Gavin saat Gavin senyum-senyum sendiri.

"A-ayah? Sejak kapan Ayah disini?"

Yuda mendengus mendengar pertanyaan anaknya itu. "Sejak kamu senyum-senyum sendiri macem orang gila!"

Gavin melototkan matanya tak terima. "Sembarang!"

"Lagian kamu pengecut banget jadi cowok!" sinis Yuda. "Kalo emang suka sama tuh cewek ya ungkapin ke cewek itu! Giliran doi punya gebetan situ malah uring-uringan!" tambahnya.

"Gavin takut dia gak suka sama Gavin Yah!"

"Setidaknya kamu sudah mengungkapkan perasaan kamu! Urusan dia mau balas perasaan kamu atau tidaknya itu belakangan Vin!"

"Tapi Yah-"

"Kamu sangat pengecut! Belum dicoba sudah menyerah. Kalo dia nolak kamu ya kamu harus buktiin ke dia kamu serius dengan dia!" Potong Yuda.

"Ayah benar! Terima kasih Yah," ujar Gavin dengan senyum yang mengembang.

Sekarang tugas Gavin harus bisa menyakinkan Retha bahwa Gavin sangat mencintai Retha. Ya Gavin harus berusaha.

Gavin mengambil handphonenya untuk chatingan dengan seseorang.

****

Kali ini keberuntungan berpihak pada Retha. Saat sampai rumah hanya ada ketiga Abangnya sedangkan orang tuanya dan Oliv tak ada di rumah.

Retha duduk di belakang rumahnya. Di sana terdapat beberapa tamanan yang tumbuh dengan subur. Dia ingat dulu sebelum semuanya seperti ini, Retha sering menanam beberapa tanaman bersama Tania, Mamanya.

Tak hanya itu, dulu saat hari libur pasti keluarga Retha akan mengadakan piknik kecil-kecilan di taman ini. Gelak tawa menghiasi sekitar taman ini kala itu.

Kilasan masa lalu yang begitu indah kembali terngiang di ingatannya. Tak dipungkiri bahwa saat ini Retha sangat rindu dengan kenangan dulu. Kenangan yang ntah kapan akan diulangnya ah atau bahkan tak akan pernah terulang lagi.

Ting

Suara dari handphone Retha membuyar lamunan Retha. Ia membuka handphonenya dan mengerutkan keningnya bingung karena nomor yang tidak dikenal.

+62 812******
Save nomor gue!

Siapa?

+62 812******
Gavin

Retha mengerutkan keningnya bingung, darimana dia mendapatkan nomor Retha. Retha tak ambil pusing ia langsung menyimpan nomor Gavin dengan nama kontak Cowok Sebleng😈

Dapet nomor gue dari mana?

Cowok Sebleng😈
Dari grup kelas

Retha tak membalas pesan terakhir dari Gavin, karena ia tau Gavin pasti akan mengajak ia ribut dan saat ini Retha tak mood untuk berdebat dengan pria itu. Retha tersenyum kala mengingat kejadian tadi siang, saat dimana Gavin bersikap manis padanya.

Tapi senyum Retha memudar saat ia mengetahui bahwa Gavin menyukai wanita lain. Huh masalah keluarganya aja belum selesai ini sudah muncul masalah percintaannya yang terlalu rumit menurutnya.

Sedangkan di tempat lain Gavin sedang bergerutu tidak jelas.

"Dasar cewek bar-bar pesan gue di read aja!" kesalnya. "Gimana mau pdkt kalo pesan aja cuma di read," tambahnya.

Gavin ditambah kesal saat mengingat Retha menyukai pria lain. "Sial! Siapa sih cowok yang disukai sama Retha, cih paling masi gantengan gue!"

"Bang Apin kan memang anteng," sahut Ara adik Gavin yang tiba-tiba muncul di samping Gavin.

"Woi bocah ngejutin aja! Kamu masuk dari mana ha?" kesal Gavin mengelus dadanya. "Untung gue gak punya riwayat jantung!" gumamnya pelan.

Ara hanya terkekeh melihat Gavin kesal.

"Abang Apin lucu," ujar Ara membuat Gavin melototkan matanya.

"Buset gue dikata lucu," gumam Gavin. "Kamu fikir Abang lagi ngelawak?" tambahnya dengan membawa Ara kepangkuannya.

Ara hanya tertawa kecil melihat Abangnya itu. "Abang Apin lagi cuka cama cewek ya?"

"Iya tapi cewek itu nggak suka sama Abang, gimana dong?" curhat Gavin pada Ara.

"Cewek yang Abang cuka itu antik ndak?"

"Cantik lah," sahut Gavin antusias. "Tapi sayang dia bar-bar," gumam Gavin terkekeh geli mengingat tingkah Retha.

"Antikan mana cama Ala?" tanya Ara.

"Sama aja. Semua yang namanya cewek pasti cantik dong," ujar Gavin jahil membuat Ara memukul lengan Gavin.

"Ih Bang Apin antikan mana cama Ala?" kesal Ara yang masi memukul lengan Gavin.

"Aduh uda dong nanti lengan Abang keseleo gimana? Ni ya dengerin Abang, Ara itu cantik, begitu juga dengan Bunda dan cewek yang Abang suka," Penjelasan Gavin membuat Ara mengerutkan keningnya.

Gavin yang paham dia langsung tertawa. "Kamu tau semua cewek itu cantik," ujar Gavin menyentil hidung Gavin.

Ara tersenyum mendengar penjelasan Gavin.

"Bang kalo Ala cuka cama cowok boleh gak?"

"Boleh tapi nanti kalo Ara uda besar!"

Ara menggeleng tak terima. "Ala maunya cekarang!"

"Gak boleh Ara! Tunggu kamu besar baru boleh!"

Mata Ara berair dan, "Huaa Bunda!! Bang Apin jahat!! Huaaa!!" Ara menangis dan berlari keluar dari kamar Gavin meninggalkan Gavin yang menatap Adik kecilnya dengan tatapan tak percaya. Aneh fikirnya.

****

Hai-haii👋
Gaje ya? Iya tau kok.
Hft aku ga pande ngetik cadel gitu:v jadi ya maap kalo berselemak:v

See you 😍

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang