Part 12

393 76 1
                                        

Part ini mengandung kekerasan:(

Happy Reading:)

***

"Hufftt" Retha berkali-kali menghembuskan nafas gusar. Angin yang berhembus di taman kini mengganggu fikirannya. Entah apa yang akan di perbuat oleh Oliv nantinya, hal itu yang sedang mengacaukan fikirannya. Awalnya Retha bersama dengan Zea dan Clara duduk di bangku taman, tapi tiba-tiba Clara dapat telfon katanya ada urusan mau tak mau Zea harus ikut Clara karena tadi Zea pergi dengan dijemput Clara.

"Lama-lama gue bisa mati kalau gini terus. Setiap gue pulang kerumah itu nenek sihir pasti selalu ngompor-ngomporin Mama sama Papa. Apa sih mau tuh orang, semua uda dia miliki. Masa iya dia mau gue pergi dari rumah itu baru dia tobat. Dih ogah banget emang dia siapa bisa ngusir gue dari rumah itu. Tapi gue capek..." gumam Retha memandang kebawah.

"Enggak-enggak Retha yaampun bego banget sih! Kalau gue pergi dari rumah itu yang ada Oliv bakal besar kepala. Big No gue gak mau. Tapi kalo gue diusir gimana dong?" tanyanya pada diri sendiri.

"Ya kalo lo diusir lo kerumah gue aja! Gitu aja susah!" sahut seseorang yang dari tadi mendengar perkataan Retha.

Retha mendongak keatas untuk melihat siapa yang berbicara padanya. Sedangkan orang yang ditatap Retha hanya menampilkan cengirannya.

"Mbak Silla ihh! Lo kayak hantu tau gak tiba-tiba nongol!"

Silla hanya terkekeh dan langsung duduk disamping Retha. Silla menatap wajah Retha yang terlihat banyak fikiran. Retha sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.

"Sini bersandar di bahu gue! Gue tau lo lagi banyak fikiran." Silla langsung menarik kepala Retha untuk bersandar dibahunya. Nyaman itulah yang Retha rasakan saat ini.

"Dengerin gue Ret! Lo masi punya gue, jangan sungkan untuk cerita ke gue tentang masalah lo. Gue gak akan biarin keluarga lo nyiksa lo terlalu dalam. Lo uda gue anggap seperti adik kandung gue, gue gak akan segan-segan buat mereka nyesel karena uda buat adik kecil gue sedih!"

Retha tersenyum mendengar ucapan Silla. Dia bersyukur masi ada orang yang peduli dengannya. "Gue terharu nih."

Silla terkekeh mendengarnya, lalu menoyor kening Retha "Ck alay lo!"

"Ish merusak suasana lo!" Retha mengusap keningnya dengan kesal sedangkan Silla hanya terkekeh.

"Ret gue harus ke Cafe ni sekarang," ujar Silla sambil melihat jam ditangannya.

"Gue mau ikut deh. Eh tapi kalo gue ke Cafe otomatis gue pulangnya lama dong. Ih ntar dirumah si nenek sihir bakal ngomong macem-macem lagi ke Mama. Gimana dong?" tanya Retha dengan raut khawatir. Ia tak takut atas semua perlakuan Mamanya nanti karena ia sudah terbiasa dengan semuanya. Hanya saja entah kenapa saat ini perasaannya tak enak.

"Gue juga bingung, yaudah lo pulang aja la Ret dari pada tuh nenek sihir ngomong macem-macem ke Mama lo kan."

"Hufft... Yaudah deh. Gue duluan ya, tolong handle Cafe ya Mbak!" Retha melangkahkan kakinya pergi dari taman meninggalkan Silla yang menatap sedih ke Retha.

"Lo gadis kuat Ret. Gak akan gue biarin mereka nyakitin lo terlalu dalam..." gumam Silla memandang punggung Retha.

***

Retha menatap pintu rumahnya dengan datar.
Rumah yang dulu memberi dia kenyamanan sekarang baginya rumah itu seperti neraka. Lalu ia memberanikan diri untuk membuka pintu rumahnya.

"Nih dia Ma orangnya baru nyampe!" Tunjuk Oliv kepada Retha yang baru saja melangkahkan kakinya kedalam. Retha hanya menatap datar.

"Oh jadi kamu sudah berani bohong ke Mama? Kamu izin mau lari pagi ternyata kamu malah pacaran!" Mama menatap Retha dengan tajam. Tapi tak membuat Retha takut.

"Kata Oliv kamu ngusir dia iya?! Padahal Oliv hanya mau bilang ke kamu kalau cowok yang ada sama kamu itu gak baik, tapi kenapa kamu ngusir dia?!" Tuduh Mama ke Retha yang membuat Oliv tersenyum miring.

Retha memutar bola mata malas, Oliv telah bicara yang tidak-tidak kepada Mama. "Ngusir? Retha gak ada ngusir dia Ma!"

"Oh kamu sekarang sudah berani menjawab?!"

Retha benar-benar muak dengan semuanya. 'Salah aja gue, nanti gue diem salah. Gue ngomong pun salah. Apa sih mau mereka' batin Retha jengah.

Retha mengedarkan matanya sepi itulah yang dia lihat. Kemana ketiga Abangnya itu biasanya kalau lagi ribut gini mereka selalu ada tapi ini gak ada.

"Ngapain kamu? Mau nyari perlindungan dari Abang-abang kamu?!" Tania menyadari tatapan Retha yang seperti mencari orang.

"Nggak"

"Alah percuma! Sekarang dirumah hanya ada gue, Mama, dan lo! Jadi lo gak akan dapat pembelaan dari mereka! sinis Oliv.

Tania melirik ke Oliv seakan mengerti tatapan itu Oliv langsung menyeret lengan Retha dengan kasar menuju gudang.

Retha terus berontak tapi tenaganya tak kuat. Cekalan Oliv begitu kuat membuat lengan Retha memar.

Brakk

Tania menendang pintu gudang dengan keras membuat pintu itu langsung terbuka. Melihat itu membuat Oliv langsung mendorong Retha sampai dia tergeletak di lantai.

"Sshh..." Retha merintih sakit. Dia baru tersadar bahwa ternyata dia sedang berada di gudang. Lalu tatapan Retha beralih ke Oliv yang berjalan ke pintu untuk mengunci pintu gudang agar tak ada yang mengganggu.

Tania berjalan ke arah Retha lalu menarik rambut Retha hingga membuat beberapa helai rambutnya rontok.

"Kamu tau apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Tania yang masih menarik rambut Retha. "Kamu telah berbohong kepada saya!" lanjut Tania.

"Aku gak bohong Ma! Aku tadi memang lari pagi, terus aku gak sengaja bertemu temen cowok aku. Aku gak bohong Ma, Oliv yang bohong ke Mama! " jelas Retha menahan sakit.

"Berani sekali kamu menuduh Oliv! Jelas-jelas kamu yang salah!"

"YA TAPI EMANG DIA YANG BOHONG MA!" teriak Retha dengan spontan membuat Tania menatap Retha tajam.

"Dan sekarang kamu juga berani teriak di hadapan saya?!"

"M-maaf Ma, Retha gak bermaksud"

"Cih banyak alasan lo!" cibir Oliv dengan senyum sinis yang sedari tadi menghiasi wajahnya.

"Oliv pegang tangan dia!" Dengan senang hati Oliv berjalan ke arah Retha lalu memegang tangan Retha dengan kuat membuat Retha meringis karena jari kuku Oliv yang tajam menembus ke kulit tangan Retha. Dan Oliv sengaja akan hal itu.

Tania berjalan kesudut ruangan untuk mengambil tali pinggang yang tergeletak di lantai. Pergerakan Tania tak lepas dari pandangan Retha. Retha berdoa semoga Mamanya tidak berbuat hal yang aneh.

Tapi sepertinya doa Retha kali ini tak dikabulkan. Tania langsung melibaskan tali pinggang itu dengan kuat ke kaki kanan Retha.

Ctass...

Suara ringisan Retha terdengar memilukan. Ia ingin menangis sekerasnya sekarang tapi ia tak mau, itu sama saja akan membuat Oliv senang.

Tak puas dengan apa yang di buatnya, lalu Tania melibaskan lagi ke kaki kiri Retha membuat Retha semakin meringis. Yang tadi saja masi terasa sakit sudah ditambah satu lagi.

Mamanya yang dulu selalu ia banggakan sekarang seperti iblis baginya. Hanya karena omongan palsu Oliv mereka semua berubah, Retha benci jika mengingat semuanya.

Lihatlah bahkan sekarang Tania tak merasa menyesal telah melukai putrinya. Ia bahkan tertawa bahagia melihat Retha kesakitan.

"Mama jahat, Mama berubah. Aku rindu Mama yang dulu..." lirih Retha menatap sendu Tania.

Setelah mengucapkan perkataannya, Retha langsung ambruk tak sadarkan diri.

Melihat itu Oliv tersenyum miring sedangkan Tania hanya menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Oliv beranjak keluar dengan senyum yang mengembang, meninggalkan Tania yang terus menatap Retha.

***

TBC

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang