Terima kasih untuk semua rasa sakit yang ada. Semoga dengan rasa sakit ini membuatku menjadi dewasa dalam menyikapi suatu hal.
***
Jam menunjukkan pukul 19.00 yang artinya sekarang adalah waktunya untuk makan malam. Semua anggota keluarga Retha telah berada di meja makan untuk makan malam bersama.
Berbeda dengan Retha, ia saat ini sedang berada di balkon kamarnya. Ia sedang menatap ke arah bintang-bintang dan bulan yang bersinar di malam hari yang gelap ini. Retha ingin seperti bintang dan bulan yang selalu menyinari gelapnya malam, yang selalu di pandang indah oleh semua orang.
Tok...Tok...
Lamunan Retha buyar saat ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Ia segera keluar untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.
Ceklek
"Non, ini makanan untuk non. Non belum makan kan?" tanya asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah Retha.
Retha melihat makanan yang di bawa oleh pembantunya, jujur perut Retha saat ini sangat lapar.
"Makasih bik. Lain kali bibik enggak usah repot-repot, nantik kalau Retha lapar Retha bisa ambil sendiri," ucap Retha sambil mengambil makanan yang di bawa oleh pembantunya.
Bibik tersenyum mendengar ucapa anak majikannya ini.
"Ck, manja banget sih, makanan aja harus di anterin. Berasa jadi ratu ya," sindir Oliv yang kebetulan ia ingin memasuki kamar yang ada di sebelah Retha.
Retha hanya meliriknya saja tanpa ada niat mau balas. Percuma orang kayak gitu di ladenin.
"Bibik ke dapur dulu ya non. Kalau butuh apa-apa panggil aja," ucap bibik lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Enak ya jadi lo, keluarga utuh, hidup berkecukupan, banyak yang sayang. Gue iri sama lo," ucap sinis Oliv.
Retha hanya tertawa miris mendengar ucapan Oliv.
"Gue emang punya keluarga yang utuh, tapi gue nggak pernah dapat kasih sayang lagi dari keluarga gue. Hidup gue emang berkecukupan, tapi tanpa kasih sayang dari keluarga semua itu nggak ada gunanya! Dan lo bilang banyak yang sayang sama gue? Lo salah! Nggak ada yang sayang sama gue lagi! Dan lo bilang lo iri ke gue? Lo iri dari mananya? Apa yang mau lo iriin dari gue? Sementara lo punya semuanya yang nggak bisa gue miliki lagi..." lirih Retha menahan tangis.
Retha langsung masuk ke dalam kamar dengan sedikit membanting pintu kamarnya. Membuat Oliv tersadar dari lamunannya.
'Apa gue keterlaluan ya sama Retha. Dia nggak sebahagia yang gue kira. Gue uda ambil semua dari Retha. Ah nggak-nggak! Gue nggak boleh luluh gitu aja sama ucapan Retha. Gue harus bisa buat dia pergi dari rumah ini' ucap Oliv sinis.
***
Sedangkan di kediaman keluarga Raymond mereka sedang makan malam dengan sedikit candaan yang di lontarkan oleh Gavin dan adik kecilnya yang masih berusia lima tahun.
"Bang Apin jelek," ujar adiknya Gavin sambil memeletkan lidahnya.
"Enak aja! Abang itu ganteng tau. Kamu tau ya banyak cewek-cewek yang ngantri pingin jadi pacar Abang," sahut Gavin dengan percaya dirinya.
'Tiara Amanda Raymond'
Adik cantik Gavin yang sering di sapa Ara, kini menatap abangnya dengan tatapan bingung dengan perkataan abangnya itu.
"Pacal itu apa bang? Bisa di makan nggak? Kalau bisa Ala mau punya pacal yang banyak," ucap Ara cadel.
Gavin tersedak mendengar ucapan adiknya itu, sedangkan kedua orang tuanya menatap Gavin horor.
"Jangan nodai fikiran adik kamu Gavin!" seru Ayah Gavin menatapnya tajam.
Gavin hanya terkekeh geli melihat tatapan dari Ayahnya.
"Ara sayang, kamu sekarang masih kecil. Nanti kalau uda besar Ara baru tau apa arti pacar, oke" jelas Gavin berharap adiknya tidak menanyakan hal itu lagi.
Mata Ara berbinar mendengar ucapan abangnya.
"Nanti kalau Ala udah becal pokoknya Ala mau punya pacal banyak. Bial bisa ngalahin Abang," ucap Ara antusias.
Habislah hidup Gavin, kini ia di tatap horor oleh kedua orang tuanya. Sedangkan Gavin ia hanya tersenyum nggak jelas ke arah Ayah dan bundanya.
'Mampus gue, bisa-bisa uang jajan di potong bunda ni' batin Gavin lirih.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA [On Going]
Teen FictionTerlihat kuat di luar namun rapuh di dalam. Ia selalu berusaha agar tak melihatkan sisi lemahnya. Banyak cobaan yang harus ia lalui dari keluarga, pertemanan, bahkan percintaan yang membuat ia kembali rapuh seperti dulu. Baginya dunia terlalu kejam...