Part 28

346 42 2
                                    

Happy Reading

•••

"Cla, lo gak ada niatan buat nyemangatin gue gitu?" tanya Reyhan memainkan gitarnya.

Clara menoleh sengit. "Gak penting nyemangatin lo," balas Clara sinis.

Reyhan mencibir pelan. "Dasar cewek! Kebesaran gengsi, ntar gue berpaling nyaho lo," celetuk Reyhan menyindir Clara.

Clara menatap sebal ke Reyhan. Rasanya ia ingin menimpuk mulut Reyhan dengan buku novel yang sedang Zea baca.

"Lo berdua sehari gak berantam gak bisa ya? Sumpek gue dengernya!" cetus Zea kesal. Pasalnya karena mereka ribut, Zea tidak fokus membaca novel favoritnya.

Sedangkan Reyhan dan Clara hanya cengengesan mendengar celotehan Zea.

"Nah diem kan lo berdua! Dari tadi kek diem, gue tu capek mau tidur bentar. Gara-gara latihan basket tidur gue jadi gak teratur," ucap David.

"Alay lo! Gue aja biasa aja tu gak selebay lo," balas Reyhan sinis.

"Oh iya, latihan kalian uda sampe gimana?" tanya Retha mengusap kepala Gavin yang bersandar di pundaknya.

"Uda lumayan maksimal kok Ta," jawab Gavin sambil memejamkan matanya karena usapan lembut dari tangan Retha.

"Eh guys gue lihat di grub sekolah katanya ada murid baru lagi ya?" tanya Zea menutup ponselnya.

"Iya? Cowok atau cewek Ze?" tanya Clara antusias.

Reyhan hanya mendengus kasar mendengar pertanyaan Clara. "Kalo anak barunya cowok kenapa?" tanya Reyhan sengit.

Clara menatap Reyhan sinis. "Gue jadiin gebetan," balas Clara.

Retha tersenyum remeh. "Rey, kayaknya uda gak ada harapan lagi buat lo ngejer Clara. Liat, dia aja kayak gak nganggap lo ada. Padahal selama ini dia tau lo tulus sama dia," Clara melebarkan matanya mendengar perkataan Retha. Ingin rasanya ia menyela ucapan Retha namun gengsi terlalu besar.

Sedangkan Reyhan, ia seperti menimbang keputusan. "Lo benar juga Ret. Capek sih ngejer orang yang sama sekali gak ngehargai kita. Hm mungkin saatnya gue nyerah," ujar Reyhan tersenyum pedih.

"Jangan!" Clara sontak berteriak kala mendengar Reyhan akan menyerah mengejarnya.

"Kenapa lo?" tanya Nevan bingung.

"L-lo bilang lo tulus cinta dan sayang sama gue, terus kenapa lo mau nyerah?" Clara berbicara dengan raut kekecewaan.

Reyhan hanya terkekeh sendu. "Seseorang juga punya rasa capek disaat perjuangannya selama ini cuma dianggap angin lalu. Sama seperti gue, ya mungkin saat ini saat yang tepat untuk gue melepaskan lo dengan orang yang lo cinta nantinya."

"Karena mencintai yang benar-benar itu disaat gue mengikhlaskan orang yang gue cinta bahagia dengan orang lain. Walaupun hati gue sakit tapi gue akan bahagia ketika orang yang gue sayang bahagia," lanjut Reyhan.

Clara tersentak mendengar ucapan Reyhan. Ia tak menyangka bahwa Reyhan akan benar-benar berhenti memperjuangkan Clara.

Saat ini Clara merasa dunianya seperti hancur. Ntahlah yang jelas ia sangat tidak rela.

Yang lainnya juga sama terkejut dengan ucapan Reyhan, tak menyangka bahwa dia akan berkata demikian. Namun hanya ada satu orang yang melihat mereka dengan tersenyum mengejek.

Retha. Ia yang dari tadi melihat adegan Reyhan dan Clara dengan senyum remeh.

"Kenapa muka lo ketat gitu?" tanya Retha kepada Reyhan yang sedang menatap ke tempat duduk Clara.

Saat ini hanya mereka berdua yang ada di dalam kelas. Sedangkan yang lainnya ada di kantin. Kenapa Retha bisa di kelas, ya karena Retha belum mengerjakan tugas kimia. Sedangkan Reyhan tadi dia bilang bahwa dia sedang bad mood.

"Gue gak tau harus buat apa lagi Ret. Selama ini gue uda berusaha semampu gue tapi hasilnya sia-sia. Clara sama sekali gak liat ke arah gue," ujar Reyhan sendu.

Retha tersenyum smirk. Ia tau akan berbuat apa untuk membuat Clara sadar akan perasaannya. Lalu ia membisikkan sesuatu yang membuat Reyhan tersenyum.

"Lo yakin ini bakal berhasil Ret?" tanya Reyhan sedikit ragu.

Retha mengangguk mantap. "Gue yakin."

"Thanks Ret," Reyhan tersenyum setidaknya dengan ini, mungkin dia ada peluang untuk meluluhkan hati Clara. Ah tidak mungkin sudah luluh namun lagi-lagi gengsi Clara yang terlalu besar.

'Gue uda yakin rencana ini bakal berhasil,' batin Retha.

Samar-samar Retha melihat Reyhan tersenyum padanya dan ia membalas dengan mengedipkan matanya kepada Reyhan.

"K--"

"Selamat pagi anak-anak!" ucapan Clara terpotong karena pak Sam datang ke kelas mereka diikuti gadis berambut ikal.

Yang lain hanya menatap dan berbisik-bisik tentang gadis baru tersebut. Kecuali satu orang yang menatap gadis itu dengan tatapan datar.

"Kelas kalian kedatangan teman baru. Bapak harap kalian dapat berteman baik dengannya! Nak silakan perkenalkan dirimu!"

Gadis itu tersenyum dan mengedarkan pandangannya kepenjuru kelas ini. Tatapannya jatuh kepada seorang cowok yang juga menatapnya dengan datar.

"Hai semua, perkenalkan nama gue Aurelia Salsabila. Gue pindahan dari Bandung, gue harap kalian bisa nerima gue dengan baik."

Gavin. Sedari tadi Gavin yang menatap gadis yang tak lain adalah Aurel dengan tatapan datar.

"Baiklah Aurel kamu silakan duduk di bangku kosong itu," Tunjuk pak Sam pada bangku kosong di pojok kanan.

Aurel berjalan dengan senyum merekah, saat melewati bangku Gavin dia sedikit membungkukan badannya dan membisikkan sesuatu yang mambuat Gavin memggeram marah.

"Hai mantan tersayang. I'm back,"

Nevan menepuk pundak Gavin pelan. "Dia bisikin apa ke lo?" tanya Nevan setengah berbisik takut yang lain mendengar. Gavin hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Tanpa mereka sadari Retha melihat semuanya. Saat Aurel tersenyum kepada Gavin, saat Gavin menatapnya dengan datar dan saat Aurel membisikkan sesuatu kepada Gavin.

Hanya saja ia tak dapat mendengar apa yang dibisikkan oleh Aurel.
"Aneh," gumam Retha pelan.

Zea mengerutkan kening bingung. "Apa yang aneh Ret?" tanya Zea sedikit berbisik. Namun Retha hanya diam tak membalas pertanyaan Zea membuat Zea mendengus kasar.

Oliv dari tadi menatap Aurel dengan tatapan tidak suka. Ia merasa jika Aurel dengan Gavin ada hubungan yang sepesial dulunya.

Merasa ada yang memperhatikan, Aurel menoleh kepada Oliv dengan alis yang berkerut.

"Kenapa lo ngeliatin gue sebegitunya? Kagum lo sama gue?" tanya Aurel sinis.

Oliv hanya memutar bola mata mendengar pernyataan Aurel.

"Pd amat lo," gumam Oliv pelan namun Aurel masi bisa mendengarnya.

Aurel tersenyum smirk. "Gue denger lo benci banget sama Retha ya?" tanya Aurel menyentak Oliv.

"Kenapa emangnya?" balas Oliv.

Aurel mengedikkan bahunya acuh. "Gue mau ngajak lo kerja sama," ucap Aurel.

Oliv memgerutkan keningnya bingung. "Kerja sama apaan?" tanyanya bingung.

Aurel membisikkan sesuatu kepada Oliv membuat Oliv merasa bimbang.

Aurel yang melihat itu lantas terkekeh remeh. "Katanya lo benci sama dia, ya salah satu caranya lo harus ngikutin rencana gue," ujar Aurel.

"Oke gue mau," balas Oliv dengan senyum sinis melihat ke arah Retha.

TBC

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang