Part 7

479 115 12
                                    

Aku ikhlas dengan semua penderitaan yang saat ini ku alami. Aku percaya bahwa Tuhan tidak tidur, aku yakin mereka akan merasakan apa yang selama ini aku rasakan
~Aretha~

***

Saat ini Retha sedang menunggu bis untuk pulang ke rumah. Dia pulang agak lama karena tadi ada urusan dengan salah satu guru. Ia berdecak sebal karena dari tadi nggak ada bis yang lewat.

Tin tin

Suara klakson mengalihkan pandangan ke arah cowok yang tengah menaiki motornya. Retha menatap malas ke arah cowok yang saat ini ada di hadapannya.

"Mau bareng nggak?"

Melihat Retha yang hanya diam membuat cowok tersebut membuka suara lagi.

"Lo mau bareng gue nggak? Jarang-jarang loh gue ngajak cewek, biasanya cewek yang selalu ngajak gue," ucap cowok tersebut menaikan alisnya.

"Dih pd amat, amat aja nggak pd macem lo," balas Retha nggak jelas.

"Yaelah Ret, mau nggak lo? Udah mau malem ni."

Retha menatap sekitar, benar sudah mau malam dan mendung pasti sebentar lagi hujan.

"Yaudah terpaksa ni gue," sahut Retha menaiki motor.

Retha semakin kesal di buatnya. Dari tadi cowok yang di hadapannya ini nggak nyalain motornya.

"Mau lo apa sih?! Cepetan nyalain motornya terus jalan!"

"Mau gue lo peluk dulu gue baru gue jalan," ujarnya santai.

"OGAH!" teriak Retha.

"Yaudah jangan salahin gue kalok lo jatoh, gue mau ngebut,"

Cowok tersebut lantas langsung mengendarai motornya dengan kecepatan penuh membuat Retha mau tidak mau harus memeluk laki-laki ngeselin ini.

"GAVINN! PELAN-PELAN BEGO!"

Cowok yang sedari tadi membuat Retha kesal adalah Gavin. Sedangkan di dalam helmnya Gavin hanya tersenyum nggak jelas.

"Kan gue uda bilang peluk gue. Lo mah ngeyel!"

Retha yang terlanjur kesal hanya diam saja tak menanggapi ucapan Gavin barusan.

Saat di perjalanan tiba-tiba rintikan hujan turun perlahan, Gavin langsung memberhentikan motornya ke tepi jalan untuk menunggu hujan redah.

"Kita neduh di sini dulu ya, nggak mungkin kita terobos gitu aja," sahut Gavin.

"Yaudah," ucap Retha langsung duduk di susul dengan Gavin.

Hujan yang semakin deras membuat Retha menggigil kedinginan. Tangannya bergetar dan wajahnya sedikit pucat.

Gavin yang melihat Retha seperti itu pun langsung membuka jaketnya dan memakaikannya ke Retha.

Retha yang menerima perlakuan Gavin sontak menoleh ke Gavin. Pandangan mereka bertemu. Mata mereka menatap lekat satu sama lain. Serta detak jantung mereka pun secara tak sadar berdetak dengan begitu cepat.

Ntah perasaan apa yang mereka rasakan saat ini, apakah itu cinta? Ntahlah, hanya mereka yang tau.

Retha yang tersadar pun segera mengalihkan pandangan ke arah lain begitu juga dengan Gavin.

"Cantik," gumam Gavin yang samar-samar di dengar Retha. Retha yang mendengar itu membulatkan mata tak percaya. Apakah dia salah dengar atau tidak.

Gavin menggosok-gosokkan tangannya karena udara saat ini sangat dingin. Ia menoleh ke Retha, gadis itu tengah menguap menahan ngantuk.

Gavin menarik kepala Retha untuk bersandar di bahunya. Retha hanya diam tak berkutik karena saat ini ia sangat lelah dan mengantuk.

Retha semakin mengantuk ketika Gavin mengusap kepala Retha dengan pelan. Retha mulai memejamkan mata perlahan menikmati elusan yang di berikan Gavin padanya.

"Gue suka sama lo Ret, bahkan cinta. Tapi gue nggak berani ngakuin ke lo, gue takut lo tambah benci ke gue, setiap gue di deket lo jantung gue berdetak nggak karuan Ret," gumam Gavin yang masi mengelus kepala Retha.

Retha dengar semua yang di ucapkan Gavin, ia tidak tidur ia hanya memejamkan mata aja.

'Gue sama macem lo Vin. Setiap di dekat lo jantung gue juga berdetak dengan cepat. Gue nggak tau perasaan apa ini. Tapi yang jelas gue selalu merasa nyaman saat di dekat lo' batin Retha.

***

Kini mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Retha. Setelah hujan reda, Gavin mengantarkan Retha pulang.

"Ret, gue cabut ya,"

"Thanks tumpangannya. Oh iya jaket lo nanti gue cuci dulu, nggak pa-pa kan?" tanya Retha.

"Buat lo aja, yaudah gue pulang dulu ya," Gavin segera mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.

Retha yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Lalu ia segera masuk karena sekarang sudah malam pasti dia akan di marahin abis-abisan nanti.

Retha hanya menghela nafas kasar, lalu ia masuk ke rumah dan berjalan ke arah kamarnya. Baru mau menginjakkan tangga, tiba-tiba ada suara yang berhasil membuat langkahnya terhenti.

"Abis dari mana lo?" tanya Oliv. "Anak cewek kok jam segini baru pulang," tambahnya.

Retha memutar badan malas dan melirik ke arah mantan sahabatnya itu.

"Mau gue pulang jam segini atau bahkan gue nggak pulang sama sekali itu bukan urusan lo!"

"Cih, atau lo abis macem-macem ya, makanya jam segini baru pulang?!" tuduh Oliv.

Retha memutar bola mata malas, "Kok lo kepo banget sih sama kehidupan gue!"

"Aduh ada apa sih kalian ini! Kenapa malam-malam ribut?!" tanya Tania menghampiri mereka.

"Retha baru pulang jam segini, abis main sama om-om mungkin," ucap Oliv sinis.

Tania yang mendengar perkataan Oliv langsung menjambak rambut Retha dengan kuat tanpa mau mendengarkan alasan Retha kenapa ia pulang larut.

Lirihan sakit terdengar dari mulut Retha tapi ia tidak bisa apa-apa.

"DASAR ANAK NGGAK TAU DIRI! MURAHAN KAMU!" bentak Tania nyaring.

Plak

Satu tamparan berhasil meluncur di pipi Retha.
Ia hanya pasrah, mungkin sekarang yang ia lakukan hanya bisa diam. Tapi tidak untuk nanti. Ia berjanji akan membalas mereka semua.

"Terserah Mama mau bilang apa! Aku ngebela diri pun nggak guna. Karena pasti Mama akan percaya dengan dia!" tunjuk Retha ke Oliv.

"Tentu saya akan percaya dengan Oliv! Karena ia adalah putriku jadi nggak mungkin dia berbohong padaku!"

"Suatu saat nanti kebenaran akan kalian dapatkan! Dan ku pastikan kalian akan menyesal!" ujar Retha lari ke kamarnya.

"Tuhan sampai kapan semua ini berakhir..." lirih Retha.

***

TBC

ARETHA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang