10--Berdua Aja

481K 40.2K 4.9K
                                    

"Bar.."

"Hmm.." Bara bergumam pelan menyahut ucapan Dara. Cowok itu lebih fokus terhadap game yang ada di ponselnya daripada gadis cantik yang sedang mengandung anaknya itu.

"Bara ih.." Dara merengek pelan menggoyangkan tangan Bara.

Bara menghembuskan nafas kesal, kemudian menoleh menatap Dara yang sudah mengerucutkan bibir disampingnya. "Apa?" tanyanya.

Mengernyit heran kala tak mendapat jawaban dari gadis itu. Merapikan selimut yang menutupi bagian kakinya. Tangannya sudah bersiap untuk bermain game lagi saat mendengar ucapan Dara yang terkesan pelan.

"Maaf ya Bar.." gadis itu menautkan kedua tangannya di atas paha pertanda dia ragu dan gugup sekarang.

"Kenapa?" kini Bara memposisikan duduknya menghadap Dara.

"Mm.. Gara-gara gue lo nggak bisa sama Indah."

Bara mengangkat satu alisnya. Kemudian menggeram tertahan kala mengingat bahwa tadi gadis itu sempat bertemu dengan Indah. Berada cukup jauh, tapi Bara bisa melihatnya karena dia terus mengawasi gadis itu. Dan Bara yakin bahwa Indah berbicara sesuatu yang melibatkan dirinya kala itu.

"Gue gak suka sama dia!" ucapan Bara terdengar tajam. "Dan lo tau itu," lanjutnya.

"Tapi dia berharap sama lo Bar," ujar Dara menatap mata Bara.

"Nggak peduli!"

"Lo tau kalau gue ngerasa bersalah, tau nggak?" tangis Dara pecah. Dia merasa seperti perusak hubungan orang kali ini. Walau Dara tau bahwa ini tak ada sangkut pautnya dengan masalahnya dengan Bara. Tapi ia tau Indah berharap pada Bara atau.. obsesi?

Bara memegang bahu Dara dan langsung memasukan tubuh itu kedalam rengkuhan hangatnya.

"Gue jadi kaya pelakor." ujar Dara lirih masih dengan sesenggukan.

"Gak ada yang pelakor, lo disini istri gue dan dia nggak punya hubungan apa-apa sama gue." ucap Bara tegas. "Jadi, nggak usah dengerin ucapan si Indah yang menyangkut tentang gue!" lanjutnya merenggangkan pelukan mereka.

Bara menatap mata Dara yang sembab, kemudian menghapusnya. "Ngerti?" ujarnya.

Dara diam tak menjawab membuat Bara menghela nafasnya jengah. Cowok itu bangkit dari ranjang keluar kamar tanpa sepatah kata pun.

Dara tersentak, menatap Bara yang keluar. 'Bara marah?' pikirnya.

_ _ _

Bara merasakan elusan lembut dirambutnya. Menoleh kesamping, mendapati Dara yang duduk bersimpuh dilantai. Sedangkan cowok itu sedang tengkurap disofa ruang keluarga.

"Marah ya?" tanya gadis itu pelan.

Bara diam menatap wajah cantik istrinya. Menghembuskan nafas pelan kemudian bangkit dan duduk bersimpuh seperti apa yang Dara lakukan.

"Bar...!"

"Hmm.."

"Baraaaa.."

"Apa?" tanya Bara menatap Dara yang sudah memasang wajah melasnya.

Duh.. Manis gini gimana mau marah sih?

"Marah ya?" tanya Dara menatap Bara takut-takut.

"Huh.. Nggak," ucap Bara datar.

"Mmm.." Dara menggigit bibirnya pelan. "Yaudah gue boleh keluar ya?" ucapnya.

Bara mengernyit, "kemana?"

"Pengin makan sate!" ujar Dara berbinar. Entah kenapa membayangkan daging kecil yang ditusuk-tusuk itu membuatnya ngiler.

"Udah malem ini, besok aja ya?"

"Malem apaan baru juga jam sembilan!" maki Dara. Lagian kan jam segini masih banyak pedagang sate yang buka di jalanan.

Bara mendengus. "Ganti baju dulu!" pintahnya.

Dara menatap baju yang ia kenakan. Celana pendek setengah paha dengan kaus kedodoran milik Bara. Ya milik Bara, saat melipat baju Bara, gadis itu suka dengan wangi khas Bara yang terasa nyaman di hidungnya juga perutnya tentu. Sehingga tak sering mual-mual. Bara juga tak masalah, lagian itu hanya baju kan?

Ukuran Bara yang tinggi dan tegap membuat tubuh Dara tenggelam oleh kaus yang dikenakan. Dara malah terlihat lebih menggemaskan jika seperti itu, apalagi dengan rambut dicepol asal memperlihatkan leher jenjangnya.

"Udah ayo!" Dara menarik tangan Bara semangat setelah mengganti baju yang lebih tertutup. Mereka menggunakan mobil untuk mencari pedagang sate. Alasanya yaitu sudah malam. Sehingga udara dingin tak masuk ke tubuh mereka.

Dara langsung turun kala mobil Bara sudah sampai di depan penjual sate. Bara yang melihatnya hanya menggeleng kepala pelan. Sebegitu penginya sampai lari-larian untuk memesan hingga duduk di kursi.

"Wahh.." ujar Dara saat dua porsi sate ayam dihidangkan di atas meja.

"Mana!" Bara menarik satu piring sate itu.

"Ih., ini punya gue. Lo pesen sendiri!" cowok itu menganga, seriusan ini dua porsi penuh untuk gadis itu sendiri?

Ibu hamil emang gitu ya ngidamnya?

Bara diam. Lebih memilih bermain ponsel daripada memesan satu porsi untuk dirinya yang sebenarnya juga tidak lapar. Merasa tak ada yang menarik diponselnya, Bara menoleh ke arah ibu hamil yang sedang memakan sate dengan lahap itu. Sudut bibirnya terangkat, apalagi kala melihat mulutnya belepotan oleh sambal kacang.

"Ck, bocah." gumamnya.

"Udah.., ayo pulang ngantuk!" ujar Dara sambil menguap pelan.

Bara meraih tisu diatas meja. Mengelap mulut Dara pelan yang langsung membuat gadis itu membeku menatap Bara.

Menaikkan satu alisnya. "Ayo!" titah Bara sambil membuang tisu yang dipakai untuk mengelap mulut Dara.

"Bayar dulu!"

Bara mendengus. Udah nggak dipesenin, ditinggal makan sendiri, sekarang suruh bayarin?

"Untung istri," dengusnya kemudian berlalu untuk membayar.

_ _ _

Dara mengucek matanya pelan. Tanganya meraih ponsel yang berada diatas nakas.

00.27

"Astaga Bar!" ujar Dara terkejut saat melihat Bara yang masih melek dengan laptop yang ada dipangkuanya.

Bara menoleh. "Tidur lagi." ujarnya dengan mata yang kembali fokus ke laptop.

"Ngerjain apa?" tanya Dara pelan. Gadis itu bangkit kemudian menyenderkan tubuhnya ke kepala ranjang.

"Bukan apa-apa,"

"Apa sih?"  tanya Dara lebih kepo. Pasalnya ini sudah tengan malam. Dan dirinya ingin tau apa yang dikerjakan oleh suaminya itu.

Bara menghela nafas, menyingkirkan laptop yang ada dipangkuanya ke nakas. Kemudian menarik tangan istrinya itu untuk berbaring kembali keranjang. Tak lupa untuk mencopot kaus yang dikenakanya. Hal ini udah biasa. Dirinya suka tak nyaman kala mengenakan baju saat tidur.

"Itu apa tadi?" Dara masih kekeuh bertanya ke Bara.

"Bukan apa-apa,"

Dara cemberut, menatap wajah Bara yang sudah memejamkan matanya lelah.

_ _ _

ALDARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang