Semua orang terkejut, tersentak kaget. Tak terkecuali Bara, namun sebisanya cowok itu menampilkan raut tenang, walaupun dalam hatinya sudah menggeram marah.
"Mau ngaku kalah, atau dia bakal tewas," ujar Randu meremehkan. Pisau yang ada ditanganya diarahkan ke leher perempuan itu.
Mata Bara menelisik, bagian pelipisnya yang sedikit berdarah, sudut bibir sobek, pipi lebam. Pandangannya beralih ke bawah, tangan yang tergores, lutut yang berdarah. Matanya tambah menggelap, apalagi ini menyangkut orang yang berarti dihidupnya.
Semuanya diam, tak ada yang berontak atau berbicara. Mereka tak mau mempertaruhkan nyawa kali ini. Hanya diam menunggu jawaban ketua mereka.
Bara melangkah maju, saat sampai dihadapan Randu. Cowok itu menatap tajam musuhnya. Tanganya mengepal mendengar bisikan Randu.
"Lo pikir gue gak lihat tuh cewek siapa?, mau lo nambah laju kecepatan, jangan lupa gue gak rabun."
"Lepasin!" ujar Bara menggeram marah.
"Loh buat apa?, ngaku kalah dulu dong," ujar cowok itu lalu tertawa.
Hal itu menjadi kesempatan buat Bara, cowok itu langsung menyambar pisau yang ada di tangan Randu yang sedang sibuk tertawa. Menarik tangan perempuan itu sehingga jatuh di pelukanya.
"Bangsat!!" maki Randu berusaha menarik Dara dari pelukan Bara.
"Lama amat," keluh Bintang yang langsung dihadiahi tatapan tajam mereka. Apalagi posisi laki-laki itu yang sudah duduk selonjoran di jalan.
"Gue udah bilang jangan bikin khawatir," desis Bara berbisik. Tanganya terus memeluk posesif tubuh Dara yang terdiam kaku.
"Gemm," panggil Bara sambil menoleh kebelakang.
"Siap boss," ujar Gemma langsung membawa Dara mundur, menjauh dari lokasi tawuran.
Dara terdiam sampai mereka terduduk diatas bebatuan. Agak jauh dari lokasi namun masih bisa terlihat.
Sedangkan Bara sendiri langsung melayangkan pukukulan pukulan kepada Randu diikuti anak-anak lainya. Mungkin jika orang lain yang diganggu, Bara tak akan semarah ini. Tapi ini menyangkut istrinya, apalagi gadis itu sedang mengandung. Bara bersumpah jika ada apa-apa yang terjadi pada anak dan istrinya, cowok yang dihadapanya ini yang pertama ia bunuh.
"Anjing!!" maki Bara menendang dada Randu saat mengingat luka yang ada ditubuh gadis itu yang memang cukup parah.
Otot lehernya mengencang, tatapan yang membunuh itu yang menggabarkan betapa marahnya Bara.
"Jadi?" ujar Randu masih tersenyum meremehkan meskipun sudah banyak luka ditubuhnya. "Itu beneran pacar lo kan?"
"Berarti salah dong kalau gue tadi nampar dia." ujar Randu setelahnya pura-pura meringis, "mana kenceng banget lagi,"
Cukup. Bara tak tahan, laki-laki itu menerjang Randu membabi buta. Randu tersungkur tapi Bara masih tak bisa mengontrol emosinya.
"Bangsat!!, berdiri lo anjing!!" Bara mencengkram kerah Randu, mengangkat cowok itu. Tangannya ia layangkan pada muka Randu yang sudah dipenuhi luka.
"Bar.. Udah woi, mati anak orang ntar."
Rigel langsung menarik kerah belakang Bara melihat marahnya cowok itu yang sudah kelewat batas. Banyak yang terluka, namun mereka bisa mengatakan menang kali ini. Tapi melihat Bara yang tak mau berhenti membuat mereka menganga. Cowok itu terus memukuli Randu sampai orang itu hampir pingsan. Gila memang. Entah kenapa Bara jadi se emosi itu.
Bara menghembuskan nafasnya keras. Rasa tak puas masih memenuhi hatinya. Dia tak rela istrinya menjadi korban seperti sekarang ini.
Mereka berkumpul ketempat Dara dan Gemma berada. Beruntung sekali cowok itu, tak ikut bertempur sehingga mampu tersenyum mengejek yang membuat mereka mendengus keras.
Banyak dari mereka yang menanyakan atau meminta maaf ke Dara karena gadis itu terbawa dalam masalah mereka. Namun ucapan Bara yang menyuruhnya langsung ke markas membuat mereka bergegas. Mereka menjauh pergi, menjalankan motornya untuk mengobati luka-lukanya disana. Biarlah si Bara yang menyelesaikan masalah.
Bara perlahan menghampiri gadis yang masih melamun diam. "Maaf ya?" ujar cowok itu mengelus surai rambut gadis didepanya. Bara perlu berjongkok untuk menyamakan tingginya sejajar dengan Dara.
"Pengen pulang," ujar Dara lirih, suaranya tertahan ditenggorokan.
"Ke markas dulu oke? Kita obatin lukanya,"
Dara tak menjawab, tapi mengulurkan tangan minta dibantu untuk berdiri. Tenaganya terlalu lemah saat ini. Tapi Dara bersyukur, Randu tak tau jika dia hamil. Karena kalau cowok itu tau maka yang menjadi incaran bukan dirinya, melainkan juga melukai perutnya.
Bara memasangkan helm ke kepala gadis itu, sedikit menyibak rambut yang menempel pada luka Dara yang masih basah.
Gadis itu diam tidak menangis, tapi Bara tau gadis itu menyimpan ketakutan dari dalam matanya. Dan lagi, tangan gadis itu mengerat dipelukanya, bergetar. Bara bisa merasakan itu.
_ _ _
Bara tak peduli keadaan disekitarnya, cowok itu menarik lengan Dara pelan memasuki markas tanpa menghiraukan tatapan bingung teman-temannya yang sedang duduk-duduk untuk mengobati luka masing-masing.
Tanpa bicara saja Bara sudah tau apa yang ada dipikiran para brandal itu.
Setelah mendudukan Dara pada kursi, Bara mengambil obat merah dan kapas untuk mengobati luka gadis itu. Bara memilih kursi belakang untuk mereka berbicara, sehingga mereka tak melihat ataupun mendengar pembicaraan nanti.
"Sini!,"
Dara diam, sedikit meringis kecil kala Bara mulai mengobati lukanya. Wajahnya fokus dengan wajah Bara yang bahkan lukanya lebih parah darinya.
"Cerita!,"
"Hmm?" tanya Dara pelan, kemudian mengangguk.
"Tadi, pas nunggu lo di tempat biasa, mereka datengin gue," Dara menghentikan ucapanya sejenak. Menelan ludah gugup. "Terus maksa, disuruh ikut ke markas mereka."
"Ini?," tanya Bara menunjuk luka-luka Dara.
Mata Dara memanas. "Ditampar, dipukul, kegores," ujarnya yang langsung memeluk suaminya. Menumpahkan tangisan yang sedari tadi di pendam.
"Takut tau," adunya menangis sesenggukan.
Bara mengusap-usap punggung istrinya, mencoba memenangkan. Berbeda dengan hatinya yang sudah ingin menghajar wajah Randu lagi.
"Papa kamu nakal banget, udah bolos mana tawuran lagi," Bara tersenyum tipis mendengar ucapan Dara ditengah tangisanya.
Dara melepaskan pelukanya, kemudian tersenyum lebar. Meski wajah sembab masih terpatri diwajahnya. "Sini gue obatin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARA [SUDAH TERBIT]
Teen FictionNyatanya Bara itu Nakal. Bara itu Dingin. Bara itu kaku. Tapi bagaimana kalau si Badboy, dingin dan kaku itu akan menjadi seorang ayah?. Berbeda, Bara akan belajar menjadi ayah yang baik untuk calon anaknya. Hanya karena dijebak bersama seorang pere...