Dara membuka matanya perlahan. Jam menunjukan pukul 23.27. Tak ada siapapun disampingnya, dan Dara tak kaget. Mereka pisah kamar. Dara yang mau tentunya. Setelah Bara mengatakan hal yang cukup menusuk hatinya. Bara sendiri tak menahanya, cowok itu hanya tetap menatap tajam kearahnya sampai ia masuk ke kamar sebelah.
Seperti biasanya, gadis itu bangun tengah malam karena haus. Dara mendesah pelan kala tak mendapati air minum di nakas. Dengan kesal Dara menyibak selimutnya, berjalan menuju dapur.
Dara tetap berjalan acuh walau hatinya penasaran apa yang dilakukan Bara tengah malam seperti ini. Iya, disana Bara didepan televisi dengan laptop menyala duduk memunggunginya. Ini memang tak pertama kali bagi Dara melihat Bara yang suka bergadang mengerjakan sesuatu seperti itu. Tapi setiap ditanya laki-laki itu akan mengalihkan pembicaraan.
Dara mulai menuangkan air ke gelas. Suara-suara kecil yang timbul membuat Bara menoleh karena jarak mereka tak terlalu jauh saat ini.
"Ngapain?" tanya Bara datar, walau hatinya masih panas akan kejadian tadi sore, tapi ia tak bisa mengabaikan istrinya begitu saja. Apalagi pengawasanya yang kendur karena Dara lebih memilih tidur sendiri.
"Minum," jawab Dara seadanya. Rasa kantuknya hilang setelah mencuci muka, sehingga lebih memilih duduk disofa yang dijadikan tempat bersendernya punggung Bara.
Keadaan hanya hening, Dara menoleh menatap laptop Bara yang menyala. Terdapat beberapa kalimat yang ia tak tau maksudnya.
Hatinya tergerak saat melihat Bara yang menyenderkan kepalanya ke kursi dan menutup mata kelelahan.
Gadis itu langsung beranjak dari duduknya menuju dapur, kemudian kembali membawa secangkir teh hangat yang ia taruh disamping laptop Bara.
Hal itu membuat Bara membuka mata, menoleh menatap Dara yang berlalu ke kamar, bukan kamar mereka tentunya.
Bara tau hubungan mereka yang renggang akhir-akhir ini adalah salahnya. Karena sikap gengsinya yang terlalu tinggi dan cemburunya yang berlebihan. Tapi cowok itu juga bingung bagaimana setelahnya.
_ _ _
"Awwh.. Mars Anjeng! Sakit, rambut gue rontok bangsat!"
Mars tak peduli, laki-laki itu menjambak rambut Bintang kasar. "Lo ngapain jalan sama gebetan gue?" tanya Mars geram.
"Hah?" bingung bintang. "Oh yang adek kelas itu ya?"
"Iya oncom!"
"Gebetan lo nggak cuma satu Mars, inget itu!" ujar Bintang yang berubah pekikan kala Mars menjambak rambutnya lagi.
Tak peduli dengan urusan kedua orang itu, Altair dan Gemma asik bermain game. Begitu pula dengan Rigel. Sedangkan Bara hanya diam memikirkan sesuatu terlihat sesekali mengecek ponselnya.
"RONTOK BENERAN KAN!"
"Eh gak sengaja asli," ujar Mars gelagapan.
"Berisik!" ketus Riget tetap fokus pada ponselnya.
"SINI GAK LO!" bentak Bintang. Tanganya mulai menjambak rambut Mars brutal.
"Iya Awh..... Sakit. Ampun njeng!"
"Anak monyet!" gumam Bara pelan melirik sekilas ke arah mereka yang sudah saling cakar dan jambak-jambakkan. Saat ini mereka berada di rooftop. Sekedar untuk mengosongkan pikiran. Berbeda dengan Bara yang saat ini pikiranya kalut.
Sekali lagi. Bara memeriksa ponselnya, berharap ada kabar ataupun pesan yang masuk. Pertama kali setelah pernikahan pisah ranjang dengan Dara membuat tidurnya tak nyaman. Jika biasanya ada guling yang akan dia peluk semalaman ataupun perut yang ia ciumi sesuka hati, sekarang tidak lagi.
Bangun tidur pun juga terasa asing. Dara tak membangunkanya, menyiapkan seragamnya ataupun mengomelinya panjang lebar. Sarapan utamanya ketika pagi.
Cowok itu menghela nafas pelan. Dengan mantap ia mengetik kata demi kata untuk istrinya.
Aldebaran
Jangan marah terus. Gak cantik
Temuin gue ya? UKS
Rasanya beda banget sumpah, biar gue jelasin akar permasalahan kita.Hanya berharap Dara bisa menemuinya sekarang. Bara bangkit berjalan menuju UKS.
_ _ _
Saat ekspetasi tak sesuai realita. Itulah yang dirasakan Bara. Bukan Dara yang datang menemuinya, namun cowok itu malah harus bertemu dengan orang yang diduga sebagai akar permasalahan mereka kali ini. Indah.
"Kok disini Bar?" tanya Indah lembut. Bukan, dilembut-lembutkan.
Bara hanya menatapnya sekilas, kemudian melengos.
"Bar," panggil Indah ragu, tanganya memengang tangan Bara yang langsung ditepis kasar cowok itu.
Indah tak tinggal diam. Tanganya lebih erat memeluk lengan Bara. UKS terasa sepi karena Bara mengusir mereka untuk keluar. Tujuanya yaitu agar ia lebih leluasa berbicara dengan Dara. Tapi sekarang Bara menyesali tindakanya tadi.
"Mau lo apa?" tanya Bara pelan, sarat kemarahan.
"Eh tadi Papa bilang kalau besok kita ada acara makan malam sama Kakek kamu," ujar Indah antusias tapi membuat Bara jengah.
"Lepas!" Bara menyentak kasar tangan Indah membuat cewek itu terkejut.
"Kamu apaan sih Bar?" cicit Indah.
"Lo yang apaan!"
"Kamu nggak bisa gitu bales perasaan aku?" tanya Indah sendu.
"Cih.. Gue tau, apa yang ada diotak lo!" ujar Bara penuh penekanan.
"Apa? Aku cinta kamu. Itu aja, kamu nggak pernah bisa ngehargain itu ya Bar?. Kakek kamu aja ngerestuin hubungan kita." Indah berujar menatap Bara.
"Lo pikir gue bego? Mau apa lo? Harta kakek? Dengan cara lo ngemis-ngemis kaya gini, gue lebih yakin sama pemikiran gue,"
"Lo itu nggak cinta, tapi obsesi,"
"Aku cinta kamu," ujar Indah keukeh.
Bara mendengus, memberi pengertian pada orang keras kepala memang sulit. Gadis itu tetap bertahan dengan pendiriannya.
"Minggir!" sentak Bara menyingkirkan tubuh Indah yang menghalaginya untuk keluar.
"Aku bisa buktiin!"
"Lo-"
Cupp..
Dengan kurang ajarnya Indah mecium bibir Bara. Sedangkan Bara terdiam kaku.
Ceklek
"O-oh.. Maaf,"
_ _ _
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARA [SUDAH TERBIT]
Fiksi RemajaNyatanya Bara itu Nakal. Bara itu Dingin. Bara itu kaku. Tapi bagaimana kalau si Badboy, dingin dan kaku itu akan menjadi seorang ayah?. Berbeda, Bara akan belajar menjadi ayah yang baik untuk calon anaknya. Hanya karena dijebak bersama seorang pere...