48--Sebuah Fakta

319K 33.4K 7.1K
                                    


Bara menatap bangunan megah dihadapanya. Sudah bertahun-tahun ia tak pernah kesini lagi sejak kepindahanya. Langkah kakinya mengikuti Allard untuk masuk kedalam. Foto-foto terpampang nyata, foto keluarga besar Allard, ibunya dan adapula foto dua orang anak kecil laki-laki yang berpose didepan kamera dengan raut tegangnya. Mungkin mereka berdua sudah diciptakan untuk berwajah datar dari lahir.

Banyak fotonya dan foto Allard disini, terakhir matanya menuju foto dirinya dan Allard saat kelulusan sekolah dasar. Foto yang diambil sebelum dia pindah. Rumah lamanya terletak disamping rumah Allrad. Tidak pernah dijual ataupun dihuni kembali. Bara tak tau alasanya.

"Allard!"

Wanita tua berjalan tergopoh-gopoh menghampiri mereka dengan celmek yang tersampir ditubuhnya.

"Bi," Allard dengan sopan menyalimi wanita tua itu. Setidaknya wanita yang selalu menyambutnya dengan antusuias jika ia kembali kerumah ini.

Bara terdiam, menatap wajah yang masih sama seperti dulu. Mata Bi Ika beralih menatapnya. Kemudian menutup mulutnya terkejut.

"Bara! Astaga!"

Pelukan hangat Bara dapatkan. Ia tak kalah memeluknya erat. Wanita yang telah mengisi masa kecilnya. Pembantu di rumah Allard. Orang ini yang sering menghabiskan waktu untuk menjaganya dan Allard saat bermain.

"Bibi seneng, kenapa nggak main kesini," ujar Bi Ika menghapus air mata yang keluar dari sudut matanya.

Bara hanya terkekeh membalasnya.

"Kita duduk dulu Bi," ajak Allard menggiring mereka ke ruang keluarga.

"Kamu tumben juga pulang," ujar Bi Ika menatap tajam Allard. Tak segan, dua laki-laki itu sudah dianggapnya sebagai anak. Sedari dulu.

"Males," jawab Allard singkat.

"Males ketemu Bibi gitu?" tanya Bi Ika sedih.

"Bibi tau alasan aku," jawab Allard kalem.

Umur Bi Ika sudah tua. Bahkan mungkin hampir sama seperti Reno, Kakeknya. Mungkin hanya terpaut beberapa tahun. Bi Ika bukan bekerja disini. Mungkin dulu ia sebagai pembantu. Namun karena umur wanita itu yang sudah tua jadi ia hanya istirahat. Walau kadang ngeyel mau bantu-bantu.

"Bi," panggil Bara pelan.

Bi Ika menoleh, "apa hmm?" tanyanya lembut.

"Bara mau Bibi cerita sesuatu," ujar Bara. Dahi keriput wanita itu mengerut.

"Cerita apa?"

"Tentang Kakek," jawab Bara kemudian membuat Bi Ika tersentak. Allard sendiri hanya memperhatikan.

"Maksudnya?"

"Reno, Kakek Reno," ucapan itu membuat Bi Ika lebih terkejut lagi.

"Bibi kenapa?" tanya Allard mengintimidasi.

"Reno?" ulang Bi Ika lirih. Bara dan Allard mengangguk.

"Dia teman Bibi dulu, asal kamu tau. Bibi dulu ikut ibu Bibi yang bekerja jadi pembantu di rumah Allard juga. Dari kecil. Usia Bibi sama dia terpaut hampir 4 tahun. Dia selalu ngajak main Bibi. Selalu baik sama Bibi. Nggak kaya yang satunya," terdengarlah penjelasan dari mulut Bi Ika. Meskipun suaranya terdengar serak.

Bara sedikit mengernyit heran mendengar kalimat, 'yang satunya'. Itu siapa?

"Yang satunya? Siapa maksud bibi?" tanya Bara heran.

"Rizal, namanya Rizal. Dia laki-laki yang jahat. Sangat jahat." ujar Bi Ika lirih.

Kata-kata itu membuat mereka menerka-nerka. Apa yang dilakukan oleh laki-laki yang namanya Rizal?

Bi Ika mulai melanjutkan ucapanya. "Dia selalu sinis sama Bibi. Entah karena apa. Suatu saat Kakek kamu dijodohkan dengan perempuan. Cantik. Namun sayangnya satu, dia adalah kekasih Rizal,"

"Hubungan keduanya mulai rengang saat itu. Saling melempar kebencian. Hubungan Bibi sama istri Kakek kamu juga baik. Dia sudah menerima statusnya. Kami bersahabat dekat. Bagaikan keluarga, apalagi sudah bersama-sama dari kecil,"

Bara dan Allard tetap diam walaupun merasakan sesuatu arti yang janggal dari kalimat tersebut. Bi Ika terus melanjutkan ceritanya. Airmata mengalir disudut matanya tanpa bisa dicegah. Seolah masalalu keluarga keduanya adalah hal yang buruk, sangat buruk bahkan.

"Rizal sering mengancam Reno, entah bagaimana caranya. Reno bahkan pernah mengalami depresi yang berlebihan. Namun semua orang yang disampingnya selalu menyemangati. Termasuk Bibi dan suami Bibi. Teror terus menerus datang dalam hidup mereka." Bi Ika menghentikan ceritanya. Menghapus air mata yang semakin deras membasahi matanya.

"Kenapa Bibi tau?" tanya Allard heran.

"Kita sahabatan dekat Lard. Mereka selalu cerita masalahnya kepada suami Bibi maupun sama Bibi," jelas Bi Ika.

Wanita paruh baya itu menghembuskan nafas pelan sebelum melanjutkan ceritanya.

"Sampai Istri Kakek kamu hamil. Mereka sudah saling mencintai. Tapi itu yang semakin menyulut emosi Rizal untuk menghancurkan keluarga kecil yang hampir sempurna itu,"

"Saat ayah kamu lahir, keadaan semuanya mulai tenang. Tanpa teror yang Rizal berikan." mata merah Bi Ika menatap mereka sendu. Rasanya kelu untuk mengucapkan hal ini.

"Umur ayah kamu waktu itu 5-6 tahunan kalau nggak salah," Bi Ika menerawang.

"Kejadian itu terjadi, membuat terkejut seluruh orang. Terutama keluarga besar kita. Rem mobil Kakek kamu blong. Menabrak truk yang melaju kencang dijalanan. Semuanya hancur,"

"Hancur?" beo Bara parau. Terlalu bingung untuk menebak.

"Mobilnya disabotase. Polisi sudah mencari siapa pelakunya tapi tak kunjung menemukan. Kasus itu ditutup tanpa adanya pengadilan."

"Tapi keluarga mencurigai satu orang, Rizal. Dan dugaan itu benar. Tapi entah kenapa keluarga kamu menutup rapat-rapat mulutnya."

"Kakek Bara? Reno?" tanya Bara lirih. Matanya mulai memanas.

"Dia hilang, bagai ditelan bumi. Bibi tidak tau kemana laki-laki itu. Bahkan Bibi melihatnya terakhir dirumah sakit saat setelah kecelakaan," tangis Bi Ika tumah deras.

"Bi? Bibi nggak bohong kan?" Bara merengek mengoyangkan tangan Bi Ika. "Kakek masih ada. Dia yang selalu mengekang Bara selama ini Bi..," ujar Bara parau.

"Dia bukan Reno Bara, dia Rizal,"

Satu fakta yang Bara ketahui saat ini. Dan itu sangat melukai hatinya.

Allard berdehem. Matanya memerah. "Rizal siapanya Reno Bi?" tanyanya dengan suara parau.

"Mereka kembar,"

_ _ _

Vote and coment guys

Kalau ada yang mau ngasih kritik atau saran tentang cerita aku biasa dm ya.

Gimana perasaanya sekarang?

Salam sayang

ALDARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang