"Pulang sono!" ujar Bara dengan teganya mengusir kelima temanya."Yeee, iya iya. Orang udah dikasih makan juga,YUK PULANG WOI!!" ujar Bintang keras-keras tak tau malu.
"Nggak usak ngegas njir, budek kuping gue!" gerutu Altair.
"Budek budek aja lah," jawab Bintang cuek.
"Ngelunjak tu orang," ujar Gemma pada Altair.
"Iya, urat malunya udah putus," tambah Altair berbisik menatap Bintang yang berada disampingnya.
"APA LO BISIK-BISIK?!!"
"Eh, anjing," kaget Mars. "Sialan lo!, kaget gue," lanjut cowok itu menempeleng kepala Bintang.
"Pas pembagian otak kayakknya tu orang lagi bolos," Gemma meneruskan berbisik dengan Altair disampingnya.
"Dicolong otaknya," setuju Altair mengangguk.
"Kelilit kawat,"
"Cepet!" ucapan datar itu membuat Altair dan Gemma mendengkus. Ganggu aja!
"Iye iye sante Gel. Ngegas mulu! Gue bilangin Karin mampus lo,"
Rigel hanya memberikan tatapan tajamnya. Hal itu membuat Altair nyengir.
"Banyak bacot! Pulang cepet!" usir Bara tak sabaran.
"Eh, emang lo kurang ajar banget, kita itu tamu ini. Tamu!" ujar Mars nyolot.
"Btw, makasih ya Dar makananya. Besok-besok gue bakal kesini lagi deh," lanjut Mars setelahnya.
"Gak ada yang ngarepin!" ujar Bara ketus.
"Lah gue bilang sama Dara bukan sama lo!" bantah Mars tak terima.
"Sante njing!!!" teriak Mars langsung saat Bara memendang kakinya.
"Pulang!"
Mereka sudah sampai di depan pintu, langsung Bara mendorong tubuh teman-temanya agar keluar.
"Dar, Dar woi!" teriak Bintang menjulurkan kepalanya kedalam.
"Apa?" tanya Dara jengah.
"Leher lo tutupin itu, merah amat," ejek Bintang yang disambut tawa teman-teman yang lainya.
"BINTANG SIALAN. PULANG LO!!!"
Mata Dara kembali menatap tajam Bara saat sudah tak terdengar tawa mereka.
"Apa?" tanya Bara tersenyum geli.
"Gara-gara kamu ini!" sungut Dara kesal.
"Kenapa nggak ditutupin tadi?" tanya Bara merangkul bahu Dara untuk kembali ke sofa.
"Ya kan aku lupa!" teriak Dara.
"Ya jangan kesel sama aku dong," tangan Bara menyonyor kepala istrinya yang dihadiahi delikan tajam Dara.
"Udah jangan marah ah!" bujuk Bara.
Cowok itu berjalan ke dapur, membuatkan susu ibu hamil untuk Dara.
"Nih minum," ujar Bara menyodorkan segelas susu.
Dara menghela nafas. Kemudian mengambil gelas itu dari tangan Bara. Meminumnya dua kali tegukan hingga tandas.
"Sini duduk," Bara menepuk sofa disampingnya membuat Dara segera menuruti kemauan suaminya.
Setelah melihat Dara duduk, Bara segera merebahkan kepalanya ke paha istrinya. Memeluk perut sedikit buncit itu, sehingga wajahnya tenggelam diperut Dara.
Seperti biasa, jika sudah dalam posisi seperti ini tangan Bara pasti langsung menyingkap kaus kedodoran yang dikenakan Dara. Wajahnya juga terasa hangat saat bersentuhan langsung dengan kulit putih Dara.
"Geli ah," Dara berusaha menyingkirkan kepala suaminya.
"Emm," gumam Bara, matanya hampir menutup. Melanjutkan tidurnya yang tertunda.
Bel berbunyi nyaring membuat Bara mengumpat pelan. Ganggu mulu perasaan!
"Aku aja," sela Bara saat melihat istrinya yang berdiri.
Dara mengangguk mengiya kan. Ia masuk ke kamar untuk mengerai rambutnya yang dicepol atas. Menyisirnya sampai lembut.
Bara sendiri sudah berjalan menuju pintu, ingin mengumpati orang yang berani-berani menggangunya yang hendak masuk kealam mimpi.
Tapi sebelum itu matanya membulat kaget mendapati pria paruh baya yang berdiri saat pertama kali ia membuka pintu.
"Kakek," gumamnya sambil membuka pintu lebih lebar.
Reno hanya mengangguk, kemudian beranjak masuk. Dia duduk disofa tanpa dipersilahkan. Pikiranya sebenarnya kacau mengingat Bara yang tak memberi tau kabar-kabar tentang cucunya itu. Dan marah, ya marah karena Bara menolak perintahnya. Dan itu hanya karena perempuan sialan yang sedang mengandung bibit Bara.
"Ada apa?" tanya Bara tak basa-basi. Matanya mendapati Dara yang berdiri membeku di belakang Reno kemudian gadis itu melenggang menuju dapur.
"Salah jika saya berkunjung ke apartemen cucunya?" tanya Reno sinis mendengar ucapan Bara.
"Hemm," Bara hanya menanggapi dengan gumaman.
Keduanya terdiam sampai Dara datang membawa nampan berisi satu gelas teh hangat.
Reno menatap datar perempuan yang sekarang duduk disamping Bara.
"Gimana keputusan kamu?" tanya Reno tak basa-basi.
"Keputusan apa?" tanya Bara bingung.
"Bercerai,"
Bara terdiam sejenak dengan ucapan yang dilontarkan kakeknya, kemudian dengan yakin Bara menjawab.
"Bara nggak pernah mau cerai sama Dara,"
Reno terkekeh, "ayolah, kamu itu masih muda. Jangan menghabiskan waktu buat ngurus anak kamu maupun perempuan sialan itu,"
"Jangan ikut campur urusan Bara." ujar Bara tegas. Hatinya marah saat Kakek yang selama ini diseganinya mengatakan hal itu.
Kali ini Reno mulai serius. "Papa kamu kemaren dateng kerumah saya, buat apa? Cuma mau membela kamu lagi dan lagi,"
"Bagus itu," ujar Bara menanggapi dengan cuek.
Dara sendiri disampingnya hanya terdiam menunduk, memilin jarinya gelisah.
"Papanya Indah itu orang kepercayaan Kakek Bara, saya yakin dia calon yang terbaik buat kamu,"
"Ralat, mungkin lebih baik jadi calonya anda," ujar Bara datar menganti kosa katanya.
Reno menggeram rendah kemudian tersenyum tenang. "Saya punya dua pilihan," ujarnya tiba-tiba.
Bara terdiam menunggu kata-kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut Kakeknya. Sambil meminum teh yang ada dimeja, Reno tetap diam setelahnya.
"Aset keluarga Arcturus atau perempuan itu?"
Bara menatap Reno tak percaya. Bisa-bisanya berkata seperti itu.
"Sulit heh?" ujar Reno dengan tatapan mengejek.
Bara tersenyum manis. Susah apanya? Istri dan anaknya tak akan tergantikan dengan apapun!
"Tentu saja Bara pilih—" Bara sengaja menggantungkan ucapanya. Matanya melirik ke arah Dara yang seperti sedang menunggu ucapanya.
"Dara, dan anak Bara tentu aja," ujarnya yakin. "Bara nggak butuh itu semua,"
Mata Reno membelalak tak percaya, sialan! Rencana yang sudah disusunya gagal.
"Apa masih ada urusan?," tanya Bara.
"Silahkan pergi," ujar Bara lirih.
_ _ _
Vote and coment guys.
Salam sayang
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARA [SUDAH TERBIT]
Teen FictionNyatanya Bara itu Nakal. Bara itu Dingin. Bara itu kaku. Tapi bagaimana kalau si Badboy, dingin dan kaku itu akan menjadi seorang ayah?. Berbeda, Bara akan belajar menjadi ayah yang baik untuk calon anaknya. Hanya karena dijebak bersama seorang pere...