"Hoek.."
"Hoek..hoek..."
Satu lagi rutinitas Dara dipagi hari. Ke kamar mandi. Rasa mual diperutnya tak bisa ditoleransi lagi, ini sudah terjadi sebelum Dara menyadari bahwa ada makhluk kecil tumbuh diperutnya. Dan Dara seperti sudah mulai menikmati perannya sebagai ibu hamil.
Setelah menggosok gigi dan cuci muka, Dara bergegas keluar dari kamar mandi. Matanya melirik jam tangan didinding.
05.27
Beralih ke arah Bara yang masih tertidur pulas diranjang. Teringat tadi malam dirinya mengajak Bara tidur satu ranjang membuat pipinya memanas. Apalagi tangan besar Bara yang mengelus lembut perutnya. Tapi Dara juga heran kenapa seberani itu meminta ke Bara, atau mungkin ini yang dinamakan ngidam?, ia juga tak begitu tau.
Sebenarnya kesedihan itu juga masih ada dihatinya. Bayangkan saja, masa depannya rusak karena musuh Bara yang menjebak mereka. Dan harus menikah dengan orang yang sama sekali tak pernah dekat dengan nya. Impianya yaitu menikah dengan orang yang mencintainya dan hidup bahagia selalu. Tapi terkadang takdir memang selucu itu. Mempermainkan mereka tanpa bisa ditebak akhirnya.
Lebih memilih beranjak dari kamar daripada mengasihani hidupnya yang rumit. Dara bersiap untuk membereskan apartemen dan masak untuk sarapan sebelum mereka pergi ke sekolah.
Ia memang tak begitu mahir dalam hal masak memasak. Tapi jika makanan yang mudah tanpa menggunakan bumbu-bumbu rempah kompit dirinya bisa. Karena tak begitu repot untuk mengingat bahan-bahanya.
_ _ _
Mata Bara mengerjap pelan kala mendapat tepukan yang cukup keras dipipinya. Hal pertama kali dilihat adalah Dara yang sudah rapi memakai seragam. Bara diam menyibak selimutnya.
Tadinya memang ia akan tidur disofa, tapi karena permintaan Dara jadi berakhir di ranjang. Dan mungkin ia akan ketagihan tidur diranjang dan tak mau pindah. Bagaimana jika mau pindah jika mendapat guling yang nyaman sepanjang tidurnya. Bukan tak sadar, dia sadar tadi malam tanganya memeluk pinggang Dara erat, tak lupa juga kepalanya yang terasa nyaman diceruk leher Dara.
"Mandi, terus sarapan."
Ucapan itu membuyarkan lamunan Bara. Kemudian mengangguk pelan, "iya," jawabnya.
Bara mengacak rambutnya pelan lalu masuk ke kamar mandi.
.....
Bara menatap capcay sayur serta ayam goreng yang tersaji di meja pantry. Pilihannya untuk menikah tak seburuk yang ia bayangkan ternyata.
"Dasinya ilang?," tanya Dara.
Bara menatap kearah kerah nya. "Enggak,"
"Terus kenapa nggak dipake?, itu juga baju lo kok dikeluarin?" omel Dara, gadis itu mulai duduk disalah satu kursi pantry diikuti Bara.
"Harusnya lo nggak kaget." ujar Bara sambil memakan makanan yang sudah disiapkan Dara dipiringnya.
Dara menghela nafas. Memang benar, seharusnya ia tak kaget. Karena Bara yang terkenal badboy, apalagi paling disegani disekolah tak pernah tampil rapi. Gaya andalanya yaitu baju dikeluarkan, tak pakai dasi, kacing teratas dibuka. Tapi itu juga yang menjadi daya tarik untuk seorang Aldebaran Hamal Arcturus sampai digiali para gadis.
"Kalau bisa berubah," ujar Dara pelan, baget malah. Dirinya ragu untuk mengatakan ini, apalagi walaupun sudah menikah Dara juga tak punya hak apa-apa untuk mengatur-atur cowok itu. Maka dari itu, sekarang Dara berharap bahwa Bara tak akan mendengar ucapanya itu.
Tapi sialnya kursi yang mereka duduki terlalu dekat jadi Bara bisa mendengar ucapan itu. Walaupun sulit bagi Bara tapi ia tau Dara berkata seperti itu karena anaknya. Bagaimanapun juga dirinya akan menjadi seorang ayah sekarang.
"Bakal berusaha," ujar Bara tersenyum simpul dengan tangan mengusap rambut gadis itu lembut.
Jika Bara bersikap tenang, maka tidak bagi Dara. Sudah dipastikan wajah gadis itu memerah sekarang.
_ _ _
"Stop!"
Bara mengernyit heran, tapi tak ayal menghentikan motornya kesamping. "Kenapa, mual?" tanyanya menatap Dara yang turun dari motornya. Bahkan mereka hampir sampai sekolah.
Dara menggeleng. "Gue jalan aja ya?"
"Nggak, naik!"
Dara memasang wajah melasnya. "Bar, lo bayangin aja, kita nggak deket terus berangkat bareng. Apa kata mereka?"
"Nanti lo capek," Bara menatap gadis itu tajam. "Kalau anak gue kenapa-napa gimana?" lanjutnya berucap datar.
Dara tersenyum samar, ia tau Bara peduli padanya. "Nggak papa, anak lo kuat kaya Mamanya," ujarnya seraya mengelus perut.
"Dar!"
"Oke bye!"
Bara mendengus, gadis itu keras kepala. Daripada berdebat, Bara menjalankan motornya pelan dibelakang gadis itu. Hanya takut terjadi apa-apa.
Dara tetap berjalan pelan tanpa menghiraukan Bara yang mengikuti nya. Senyumnya menembang kala melihat Alhena didepan gerbang. Cewek itu melambaikan tangan antusias kepada Dara.
Mata Bara menajam saat cewek yang diikutinya dari tadi lari cepat.
'Shitt! Gak inget kalo lagi bunting apa?' batin Bara kesal.
Sedangkan Dara sendiri langsung mengapit tangan Alhena untuk memasuki kawasan sekolah.
"Dar,"
Dara menoleh, mendapati Starla bersama Nilam yang memegang satu botol minuman.
"Udah sampe kelas?" tanya Alhena pada dua orang gadis tersebut karena sudah tak membawa tas dipunggungnya.
"Heeum,"
"Buset tuh si Bara ganteng banget anjir!!"
Mereka berempat memperhatikan Bara yang sudah berkumpul dengan kelima temanya di kawasan parkiran.
"Cowok gue yang ganteng!" ujar Alhena membanggakan diri sambil menatap Gemma dengan binar bahagia.
Dara memutar matanya pelan, kemudian mengernyit melihat perempuan berambut sebahu berjalan menuju ke arah mereka.
"Gue gabung ya?"
Mereka terdiam, menatap Indah yang menampilkan senyum menawan. Pantas Bara mau sama Indah. Cewek cantik dengan sejuta pesonanya.
"Mm boleh.." jawab Dara ragu.
Dara menatap sahabatnya bingung kala mereka melototi Dara.
"Apa?" tanyanya.
"Nggak!" ujar Starla ketus
"Pada ngapain disini?" tanya Indah, kemudian gadis itu mengangguk pelan saat melihat satu objek. "Pada ngelihatin Bara?, jangan deh!" lanjutnya memperingatkan.
"Kenapa? Pacar lo emang?" tanya Nilam agak sinis, apalagi mengingat gadis itu pernah berangkat bareng bersama Bara.
Dara yang sedari tadi cuek mulai mendengarkan dengan seksama. Gadis itu kepo dengan hubungan mereka walau Bara sudah menjelaskan kepadanya.
Indah menyengir,"lagi proses, pokoknya jangan ada yang ngedeketin!" ancamnya.
'Sabar nak, bapakmu direbut orang lain' batin Dara sambil mengelus perutnya. Namun setelah itu tersenyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARA [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilNyatanya Bara itu Nakal. Bara itu Dingin. Bara itu kaku. Tapi bagaimana kalau si Badboy, dingin dan kaku itu akan menjadi seorang ayah?. Berbeda, Bara akan belajar menjadi ayah yang baik untuk calon anaknya. Hanya karena dijebak bersama seorang pere...