35--Tamu Tak Diundang

409K 36.1K 5.4K
                                    


Mata Dara mengerjap pelan. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan Bara yang memejamkan matanya tenang. Mengingat kegiatan tadi malam membuat pipi Dara memanas.

Perempuan itu dengan cepat menyingkirkan tangan suaminya yang memeluk erat pinggangnya. Kemudian menyingkap selimutnya cepat.

"Eh, sialan!" umpatnya kala tubuh polosnya terpampang. Ia menarik kembali selimut tebalnya. Setelahnya yaitu berjalan kekamar mandi dengan selimut yang melilit tubuhnya. Tak dipedulikan Bara yang shirtless hanya memakai boxer. Toh itu juga jadi kebiasaanya.

Mengguyur tubuhnya dengan air dingin, itu yang dilakukan Dara sekarang. Tadi, matanya sempat membulat kaget saat berkaca dikamar mandi. Astaga, sepertinya Bara sudah mirip seperti serangga. Buktinya cowok itu banyak meninggalkan bekas merah ditubuhnya. Dan hal itu kembali membuat pipi Dara memanas, lagi dan lagi.

Dara menyambar handuk yang menggantung, melilitkan ketubuhnya. Ia keluar dari kamar mandi masih melihat Bara yang tertidur pulas.

Setelah selesai berpakaian rumahan Dara mencepol rambutnya keatas. Berlalu menuju dapur untuk memasak. Masalahnya akhir-akhir ini sedikit terlupakan dari pikiranya. Entah bagaimana jadinya, yang penting Dara yakin semuanya akan berjalan semestinya, sesuai kehendaknya.

Saat hendak menyiapkan bumbu soto, bel apartemennya berbunyi. Membuat Dara bergegas menuju pintu.

"BAR BUKA WO- Eh Dara," ujar Bintang tersenyum manis kala mendapati Dara yang membukakan pintu.

"Sante anjir," Mars sangat geram dengan Bintang, membuat tanganya gatal untuk menempeleng muka sahabatnya itu.

"Uh, seger banget sih Dar," goda Mars.

"Lo juga sama njir!" balas Bintang tak terima.

Dara tak menanggapi, perempuan itu membuka pintunya lebih lebar agar kelima teman Bara bisa masuk.

"Bara mana Dar?" tanya Gemma, mereka tanpa dipersilahkan sudah duduk disofa sambil memakan camilan yang ada. Laknat kan ya?

"Bentar," ujar Dara setelahnya masuk kekamar mereka.

Dara menghela nafas melihat Bara yang masih tertidur pulas. "Bar," ujarnya menepuk pelan pipi Bara.

"Apasih yang, ngantuk ini," gumam Bara tak terlalu jelas sambil menggaruk pipinya.

Dara memutar bola mata malas mendengar perkataan Bara. Apalagi panggilannya yang dirubah seperti itu. Terlihat menggelikan.

"Ada temen kamu dibawah," ujar Dara menarik tangan Bara sehingga laki-laki itu terduduk.

"Siapa?" tanya Bara heran. Matanya menyipit menyesuaikan cahaya.

"Itu, si Bintang, Mars, Altair, Gemma, sama Rigel," terang Dara mulai merapikan tempat tidurnya.

"Suruh pulang gih," ujar Bara cuek.

"Bangun nggak?" Dara kini mulai menjewer telinga suaminya.

"Akh.. Iya, Yang. Astaga ganas banget sih,"

"Yang Yang palalo peyang!" teriak Dara kesal.

"Dosa, sama suami ini," ujar Bara menarik Dara dalam pelukanya. Bukan, maksudnya membenamkan kepalanya ke perut Dara. Dirinya yang terduduk diatas ranjang dan Dara yang berdiri berkacak pinggang didepanya.

Tangan Bara mulai menyingkap kaus kebesaran miliknya yang dikenakan Dara. Menciumi perut buncit Dara. Menyapa anaknya dipagi hari

"Muah,"

"Temuin dulu gih," ujar Dara lembut mengelus rambut Bara. Kalau udah manja gini Dara yang jadi luluh.

"Iya mau cuci muka dulu," ujar Bara setelahnya melenggang ke kamar mandi membuat Dara menggelengkan kepalanya pelan.

_ _ _

"Ngapain lo pada?" tanya Bara kesal dengan muka segar walaupun belom mandi.

Dara mengikuti Bara dari belakang kemudian membelokkan tubuhnya kedapur. Mereka tamu kan, jadi sudah sepatutnya Dara menyiapkan minuman.

Pikiranya jadi terisi tentang masalahnya dengan sahabatnya akhir-akhir ini. Hal itu membuat Dara menghela nafas sedih. Kapan mereka berdamai?

Nampan berisi enam gelas es jeruk Dara suguhkan diatas meja mereka. "Diminum," ujar Dara mempersilahkan kemudian kembali ke dapur melanjutkan masaknya yang tertunda.

"Pantes betah dirumah terus, nggak pernah nongkrong," sindir Altair sambil mengambil gelas berisi es jeruk yang dihidangkan Dara.

Masih sedikit tak menyangka, jika teman kakunya itu sudah menikah. Tapi pandangan tadi seolah membenarkan 'kan.

"Iyalah, orang ada yang ngurusin," tambah Mars sambil memakan keripik yang tersedia diatas meja.

"Gitar Spanyol uy!" heboh Altair kembali menambahkan.

"Apaan lo? Sialan!" ujar Bara tak terima jika sahabatnya itu mengamati lekuk tubuh Dara.

"Nggak bakal gue tikung tenang aja," ujar Mars mengibaskan tanganya. Satu kakinya ia angkat ke kursi.

"Kecuali kalau dia emang kepincut sama gue," lanjutnya terkekeh ringan diikuti tawa temanya.

"Nggak bakal gue jamin itu!" ujar Bara yakin. Kurang apa coba dirinya sehingga membuat Dara berpaling. Ganteng iya, kaya iya, pengertian iya, beuh pokoknya mantep.

"Gue kok masih ngerasa bersalah deh kalau sama si Dara," celetuk Gemma tiba-tiba membuat mereka menatapnya dengan alis bertaut.

"Kenapa? Lo apain istri gue?" tanya Bara.

"Nggak, tapi soal masalahnya sama si Lhena. Cewek gue juga ngerasa bersalah banget," curhat Gemma mengingat ucapan gadisnya yang mengatakan bahwa ia sangat merasa bersalah berucap seperti itu kepada Dara.

"Oh, paham. Tapikan yang ngatain nusuk banget itu bukan pacar lo," terang Bintang.

"Iya sih, pusing gue," keluh Gemma yang selanjutnya langsung merebahkan tubuhnya dibawah, tepatnya diatas karpet dibawah sofa.

"Diem-diem mulu lu Gel," ujar Mars meneliti wajah sahabatnya yang sama-sama datarnya dengan Bara.

Rigel hanya bergumam, kemudian mengecek ponselnya lagi kala ada satu notifikasi masuk.

"DIEM APAAN, KESAMBET LO GEL? ASTAGA INI MASIH SIANG. NGAPAIN SENYUM-SENYUM SENDIRI?"

"Sialan budek gue!" kesal Altair saat Bintang berteriak tepat ditelinganya.

"Chatingan sama si Karin paling," ujar Mars berkata tenang.

"Beneran? Gimana emang? Udah diterima lo?" tanya Bintang bertubi-tubi tapi tak dipedulikan Rigel.

"Iya gini, jangan gombal mulu dong 'a," goda Mars.

"Emang beneran sayang, kamu cantik banget," tambah Alrair menggoda.

"Kalau lupa, kamu masih mantan aku lho," ujar Bintang memonyongkan bibirnya.

"Hilih bicit kimi,"

"Ah anjer... Si dingin cuma takluknya sama Karin," ujar Gemma tertawa kencang.

Bara juga ikut tertawa, melupakan sifat Kakeknya yang sangat menyebalkan itu.

_ _ _

Vote and coment guys

Eh, jangan lupa mampir ke SENIOR LOVE, cerita aku yang lain😆. Ada Erlan dan temen-temen bakal ramein.

Salam sayang

ALDARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang