Bara memaki ponselnya dalam hati. Sialan! Gadis itu tak mengangkat telfon nya. Tanganya menjambak rambut frustasi. Diluar sedang hujan, hatinya tak tenang saat ini. Apalagi Dara belum pulang dari tadi padahal sudah mulai gelap.
Jika saja waktu bisa diulang, Bara akan mengawasi gadis itu sampai tujuan. Tapi karena si Arga sehingga sedikit merasa kesal kepada gadis itu. Iya cemburu. Mungkin Bara akan mengawasi gadis itu seperti tadi pagi, diam-diam Bara mengikuti taksi itu sampai ke sekolah kemudian menjemput Indah. Sebagaimanapun rencana Bara, cowok itu tak pernah bisa mengabaikan gadis yang mengisi hatinya.
Bara menggigit bibir bawahnya cemas. Dara sedang mengandung. Langsung menyambar jaket dan kunci mobil dimeja, Bara akan mencari Dara saat ini.
_
Laki-laki itu sesekali memukuli setirnya. Hatinya resah, frustasi kala sang gadis tak ditemukan dimana-mana.
"Goblok banget sih Bar!," ujar Bara memaki dirinya. Bara jadi ragu, meneruskan rencananya. Dara tak pulang saja Bara sudah gelisah setengah mati. Bagaimana jika gadis itu kecewa akan rencananya nanti.
Matanya terus menelusuri jalanan yang basah didepanya. Hujan masih turun, bahkan bertambah deras. Dia sudah berputar-putar sekitar sekolah dan tempat yang paling suka Dara kunjungi, tapi tak menemuka hasilnya.
Cowok itu hampir putus asa kala menemukan gadisnya berdiri basah kuyub diemperan toko yang sudah tutup. Dengan tergesa Bara menepikan mobilnya, keluar tanpa peduli dirinya kehujanan.
"Astaga," ujar Bara berteriak membuat Dara mendongak dengan mata membulat kaget melihat suaminya.
"B..bar...." ujar Dara bergetar karena kedinginan.
"Kenapa disini hah?" ujar Bara kesal, tangan cowok itu mengusap wajah Dara yang dipenuhi air kemudian menarik gadis itu pelan kepelukanya.
"D-dingin Bar..." ujar Dara, tubuhnya menggigil. Niat awalnya setelah periksa kandungan akan pulang malah terjebak hujan deras seperti ini. Tubuhnya basah hingga rambutnya. Sehingga Dara mengrutuki dirinya sendiri yang membahayakan anaknya. Mau telfon Bara juga percuma karena baterai ponselnya yang habis.
"Kemobil ayo!"
Bara megapit lengan Dara, tangan satunya ia gunakan untuk menutupi kepala gadis itu agar sedikit terhindar dari hujan.
Tanganya membuka pintu mobil, mendorong istrinya untuk masuk. Cowok itu kemudian memutari mobil dan duduk dibangku kemudi.
"Darimana hmm?" tanya Bara lembut. Tanganya mulai mencopot satu persatu baju seragam yang masih melekat ditubuh gadis itu.
"Mau ngapain?" tanya Dara mencegah tangan Bara yang hampir setengah mencopot kancingnya.
"Basah, pake jaket aja."
"Darimana?," lanjut cowok itu dengan pertanyaan yang sama.
"Periksa kandungan," cicit Dara takut-takut.
Bara menghentikan aktivitasnya, mendongak dengan dahi mengkerut. "Kenapa nggak ngajak gue," tanyanya. Harusnya kan periksa kandungan bersamanya. Bara juga lupa bahwa kemarin mereka sudah sepakat periksa kandungan hari ini. Ini gara-gara rencana sialan itu!.
"Takut,"
Bara mengernyit. "Maksudnya?" tanyanya, melepaskan baju Dara, sehingga terlihat perut Dara yang sedikit membuncit dan hanya memakai bra sebagai atasan.
"Takut gak mau, ketus banget, dingin tadi," ujar Dara pelan, takut salah bicara.
Bara menghela nafasnya pelan. Sepertinya rencananya akan gagal saat ini. Bara nggak kuat bersikap secuek itu sama istrinya.
Tangan Bara meraih minyak kayu putih di dashboard mobilnya, menuangkanya ke tanganya kemudian mengoleskan ke perut gadis itu yang masih terbuka. Mengelus punggung serta perut Dara agar merasa lebih hangat. Tanganya juga tak berhenti mengelus perut Dara, ia ketagihan menyapa anaknya.
"Rencana gagal," gumam Bara pelan.
"Hah?" tanya Dara bingung.
"Besok nggak ketusin lo lagi udah.." jawab Bara. Cowok itu menoleh kebelakang, mengambil jaket yang cukup tebal untuk membungkus tubuh Dara.
"Maksudnya apa sih," tanya Dara lirih, kepalanya pusing.
"Nanti dijelasin." ujar Bara menaikkan resleting jaketnya. "Pusing?" tanyanya, tanganya perlahan mengecek dahi Dara yang terasa panas.
"Panas gini," ujar Bara khawatir, wanita yang sedang mengandung itu kenapa-napa.
"Pengin tidur," ucapan Dara itu membuat Bara tersadar dan langsung menjalankan mobilnya menuju apartemen. Sesekali melirik ke arah Dara yang meringkuk memejamkan mata, takut terjadi sesuatu pada gadis itu.
_ _ _
Bara merebahkan tubuh Dara pelan diranjang. Wanita itu tertidur dimobil, badanya panas. Mungkin efek kehujanan, dan rambutnya yang basah sehingga gadis itu merasa pusing.
"Huh.. Tahan iman lagi gue," ujar Bara pelan dengan tangan yang mulai mencopot jaket Dara. Tak hanya itu, rok serta dalamannya pun Bara yang menggantikan. Baju Dara basah, sehingga wanita itu pasti akan merasa kedinginan. Mau tak mau, Bara yang turun tangan walau harus menahan nafsunya.
Setelah memakaikan baju kepada istrinya, Bara berganti pakaianya yang juga basah, tak begitu. Lalu berlalu ke dapur untuk menyiapkan kompresan. Pikiran Bara terus mencari cara, rencananya sudah dipastikan gagal. Melihat Dara yang menjauh darinya dan terkesan sungkan saja Bara sudah tak bisa, jadi Bara lebih memilih mencari rencana baru, yang tidak melibatkan perasaan keduanya tentunya.
"Pusing gue," keluh Bara membawa baskom berisi air menuju kamarnya.
Dengan telaten cowok itu mengompres istrinya. Kemudian membaringkan tubuhnya disamping tubuh wanita itu setelah mengecup pelan perut dan dahi Dara.
"Kesayangan," ujarnya menahan senyum. Astaga! Jantungnya berdisko didalam sana. Dan ini hanya karena kecupan.
Bara memeluk pinggang Dara posesif memejamkan mata sambil mencium aroma yang menguar dari rambut Dara.
_ _ _
Dara menggeliat pelan dalam tidurnya. Merasa ada sesuatu yang merengsek masuk kepelukanya wanita itu menoleh kebawah. Disana Bara membenamkan wajah tampan cowok itu di dadanya. Ini memang bukan pertama. Bara memang selalu seperti itu, membenamkan kepalanya didada atau ceruk lehernya.
"Bar.." panggilnya. Tanganya ia gunakan untuk mengusap rambut Bara dibawahnya. Ia juga sedikit ragu, sikap Bara aneh terhadapnya. Tapi tadi cowok itu mengatakan tak akan ketus padanya kan? Dan dia butuh penjelasan.
"Hmm,," gumam Bara mengerjapkan matanya. Kepalanya langsung mendongak.
"Minum," ujar Dara sedikit serak.
Mau tak mau Bara membuka matanya, bangun untuk mengambil gelas diatas nakas yang berisi air putih.
"Nih.." Bara membantu Dara untuk minum.
Dara menyerahkan gelas pada Bara. Matanya tetap terbuka membuat Bara mengernyit. "Tidur lagi," ujar Bara. Cowok itu mulai merebahkan tubuhnya diatas kasur setelah melihat jam yang masih menunjukan pukul 1 pagi.
"Katanya mau jelasin," tuntut Dara.
"Ngantuk," ujar Bara kembali memeluk tubuh gadis itu.
"Bara ih.."
Bara tak menjawab, membuat Dara mendengus cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARA [SUDAH TERBIT]
Teen FictionNyatanya Bara itu Nakal. Bara itu Dingin. Bara itu kaku. Tapi bagaimana kalau si Badboy, dingin dan kaku itu akan menjadi seorang ayah?. Berbeda, Bara akan belajar menjadi ayah yang baik untuk calon anaknya. Hanya karena dijebak bersama seorang pere...