45--Rencana Bara?

337K 31.9K 2.2K
                                    

Bara mencopot sepatu yang melekat dikakinya pelan. Kemudian meletakkannya ke rak sepatu dengan gerakan pelan agar tak menimbulkan suara.

Matanya menatap sang istri yang tertidup pulas disofa. Kakinya bergerak pasti kearah perempuan yang sedang hamil muda itu.

"Ngeyel," guamamnya lirih. Bibirnya maju mendaratkan satu ciuman dibibir wanitanya.

Orang disuruh jangan nungguin alias tidur duluan masih aja ngeyel.

Bara menelusupkan kedua tangannya dilipatan kaki dan tengkuk Dara. Menggendongnya menuju kamar mereka.

Wajah perempuan itu tetap damai, tak terusik. Malah semakin menyamankan dirinya dalam gendongan Bara.

Bara merebahkan tubuh Dara ke ranjang. Menatap wajahnya lama. Seulas senyum menghiasi bibirnya.

Bagaimana bisa ia meninggalkan wanita yang sedang mengandung anaknya ini hanya untuk menyelamatkan sebuah perusahaan? Itu mustahil, Dara adalah pelengkap hidupnya. Ditambah lagi anaknya yang akan lahir hanya dengan hitungan bulan lagi.

Bara juga tak habis pikir dengan pemikiran ayahnya. Ternyata benar, uang bisa merubah segalanya, termasuk pikiran dan sifat orang.

Laki-laki itu ikut merebahkan tubunya keatas ranjang, memeluk sang istri gemas sampai membuat Dara terusik pelan dari tidurnya.

Bara yang tersadar langsung menepuk-nepuk pelan punggung Dara, kemudian berganti mengelus lembut perut istrinya. Ia sampai lupa bahwa Dara akan cepat tidur jika perut yang berisi calon anaknya itu dibelai lembut.

Senyumnya lega kala matanya kembali tertutup damai.

"Mana bisa aku ninggalin kamu," gumamnya seraya mengecupi wajah Dara.

"Eunghh..." Dara kembali menggeliat pelan. Perempuan itu memeluk Bara disampingnya bagaikan guling. Menenggelamkan wajahnya didada Bara. Tidurnya kembali tenang.

Berbeda dengan Bara yang langsung mengelus rambut lembut Dara pelan. Otaknya berfikir keras cara mengembalikkan kejayaan perusahaan Papanya.

Laki-laki itu menghela nafas, dengan perlahan tanganya menyingkirkan tangan Dara yang melilit tubuhnya dengan lembut. Ia akan mandi, badanya terasa lengket sedari tadi.

_ _ _

"Pagi Sayang!"

"Kamu bau, jangan meluk," bukanya menjawab Dara malah menyemprot Bara dengan omelanya.

Bara cemberut, tapi tak melepaskan pelukanya, malah semakin mengeratkan.

"Aku lagi pegang pisau Bar!" peringat Dara mengacungkan pisaunya keatas. Badannya memberontak dari Bara yang masih memeluknya dari belakang.

"Masak apa?" tanya Bara tak menghiraukan ucapan Dara.

Dara mendengus, tapi tak urung menjawab. "Soto,"

Senyum Bara merekah seketika, itu adalah salah satu makanan kesukaannya.

"Uh, jadi makin cinta," godanya mencium bibir Dara singkat.

"Mandi nggak?" ancam Dara berusaha menutupi rona merah dipipinya.

Bara terkekeh, "pipinya kenapa merah Sayang?" godanya sekali lagi.

"Barr.." rengek Dara kesal.

Tawa Bara tak terbendung, cowok itu makin memeluk tubuh berisi Dara gemas. Tubuhnya yang besar melingkupi tubuh Dara, menggoyangkanya ke kanan dan kiri.

"Morning kiss nya mana?" tagih Bara.

Dara menghembuskan nafas kesal. Lah, tadi main cium-cium sembarangan tuh namanya apa?

"Oh, iya kemaren kenapa? Kok buru-buru banget. Kantor kamu nggak ada masalah kan?" tanya Dara mengingat kemarin Bara yang langsung pergi.

"Nggak, nggak ada masalah," ujar Bara menumpukan dagunya di pundak Dara. Menatap tangan istrinya yang memotong macam-macam sayuran.

"Beneran?" khawatir Dara.

Bara tak menjawab membuat Dara semakin yakin dengan opininya. "Bara?" panggilnya.

"Nanti cerita, oke?" putus Bara. Bagaimanapun Dara harus tau masalahnya. Daripada tau belakangan kan ya?

"Sekarang kenapa sih?" tuntut Dara menghentikan pekerjaanya kemudian berbalik arah menatap suaminya.

Tangan Bara yang masih setia dipinggang Dara mengerat. Wajahnya menunduk menatap wajah cantik istrinya.

"Nanti aja, aku bakal cerita. Semuanya," Bara menegaskan. Senyum tipis hadir dibibirnya kala melihat bibir Dara yang maju, cemberut.

Bara mengecupnya cepat, kemudian menjauhkan wajahnya.

"Parah banget masalahnya?" tanya Dara. Raut khawatir terlihat jelas dimatanya.

"Percaya sama aku, kalau aku bisa tangannin itu,"

"Masaa?" goda Dara. Hati wanita itu mulai lega saat ini.

"Iya dong!" bangga Bara.

"Iyaa.. Percaya," Dara mencubit pipi Bara gemas.

"Sakit Yang!" keluh Bara.

Dara tertawa melepaskan tanganya yang mencubit pipi Bara.

"Kamu udah mandi?" tanya Bara.

"Udah dong, nggak kerasa apa aku baunya udah wangi gini?" ujar Dara membanggakan.

"Nanti temenin aku ya," pinta Bara menggoyang-goyangkan pisau ditanganya. Satu tanganya ia tumpu di meja pantry.

"Kemana?" tanya Dara heran, padahal ini kan hari libur.

"Ketemu temen," jawab Bara singkat.

"Siapa? Cewek ya?" curiga Dara menatap tajam Bara.

"Bukan," bantah Bara.

"Lah, terus?"

"Emang temen aku ada yang cewek?" gerutu Bara.

Dara tersenyum, apa yang dikatakan Bara ada benarnya. Dari awal mereka bertemu Bara tipe orang yang kaku dan dingin, mana mau temenan sama perempuan.

"Iya, kamu mah anti ya sama perempuan," ejek Dara membuat wajah masam Bara kentara.

"Enggak, nih.. Nih!" Bara memeluk Dara erat-erat.

"Itu kan sama aku!"

"Kamu kan perempuan," ujar Bara penuh kemenangan.

"Siapa temennya?" tanya Dara kembali ke topik awal.

"Allard,"

"Cowok?"

"Heeum," Bara mengangguk.

"Yang mana sih?" tanya Dara kepo.

"Kita pernah ketemu di supermarket waktu itu," jelas Bara mengingatkan.

Dara terdiam, mengingat-ingat waktu lalu. "Oh, yang ganteng itu ya?" ujar Dara berbinar yang menciptakan lirikan sinis Bara.

"Aku lebih ganteng,"

Dara tergelak dengan kepercayaan diri suaminya itu. Tapi emang itu faktanya.

"Mau ngapain?" tanya Dara. "Soal masalah perusahaan kamu?" lanjut Dara menebak.

Bara mengangguk. "Iya, aku punya rencana buat ngasih kejutan Kakek," jawabnya misterius. Hal ini sudah Bara pikirkan semalaman.

"Astaga, jangan bilang masalah perusahaan kamu ada sangkut pautnya sama Kakek?" anggukan Bara membuat Dara lemas.

Ia yakin, jika Kakek Bara bertindak seperti itu karena penolakan Bara waktu itu, yang lebih memilih dirinya.

"Suut, tenang aja oke?" ujar Bara meyakinkan saat melihat kegelisahan dimata Dara.

Dara hanya mengangguk, pikirannya berkelana kesana-kemari memikirkan masalah apa yang terjadi.

_ _ _

Vote and coment guys

Salam sayang

ALDARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang