05

494 124 119
                                    

btw, denger juga lagunya
vote dan komennya juga ya
(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡

happy reading

ーーーーーーー


"Gua cinta sama Jeno."


Empat kata yang singkat, padat, dan jelas tersebut seketika membuat Nana merasakan sakit di dadanya, ia merasa tercabik-cabik, terbesit luka yang menciptakan rasa kecewa dengan perkataan itu. Yang ada dipikiran Nana saat itu persahabatan yang dibangun mereka bertiga itu murni tanpa ada rasa ingin memiliki lebih. Bukan bermaksud Nana ingin menjadi orang yang munafik dan naif, tapi ia juga terkadang ada perasaan yang seperti Ara rasakan sekarang, orangnya Ara sendiri, namun ia mengubur dan menahan perasaan itu agar tidak ada perselisihan yang serius.

Nana terdiam, dia tidak tahu harus merespon bagaimana. Apa yang harus ia katakan? Nana berusaha berpikir, kepalanya mulai terasa berat. Namun ia berusaha memaklumi dan mengerti terhadap keadaan Ara yang membutuhkan sebuah opini darinya.

Sambil memijit pelipisnya Nana mengeluarkan suaranya. "Hm... Apa lu udah mikirin konsekuensinya kalau lu bilang?"

"Udah, mau gimana pun udah mikirin itu dari jauh-jauh hari, Na."

"Lu tau kan Jeno gak segampang itu, menurut gua gak masalah kalau lu nyatain, tapi gimana sama Jeno? Perasaan dia denger ini gimana? Kalau pun ada apa-apa yang berubah dan di luar ekspetasi lu, gua juga yang kasian sama nasib lu dan Jeno. Dan kedua, kalau lu gak nyatain, Jeno gak akan tau kalau lu sesayang itu sampe cinta sama dia lebih dari gua. Jadi, pilih mana? Nyatain terus nerima negatif ama positif dari konsekuensinya diterima apa ngga harus maklum atau gak nyatain tapi lu dihantui rasa gelisah lu dan Jeno ga tau apa yang lu rasain?" Jelas Nana memberikan dua pilihan yang diucapkan mudah namun sulit untuk dilakukan.

Ara terlihat sangat kebingungan tapi ia berusaha tenang agar ia bisa berpikir dengan jernih. "Huftー kenapa susah pilihannya?"

"Ya terus harus gimana lagi?" Jawab Nana agak sewot.

"Kok lu jadi sewot? Marah lu?"

"Ya gusti kudu sabar we aing mah." Dumel Nana dalem hati.

Nana mengacak-acak rambutnya frustasi. Ara yang disampingnya merasa kesal karena Nana tiba-tiba sewot tadi.

"Udah sana pikirin dulu, awas aja kalau ngada-ngada!" Kata Nana.

"Iya, tapi gua milih nyatain biar plong gitu, Na." Jawab Ara sambil rebahan disamping Nana.

Nana menghela nafas. "Kenapa bisa-bisanya lu begini sih, Ra?" Tanyanya sambil menatap Ara, sekan wajah keduanya sangat dekat.

ᴛᴀᴋ ᴛᴇʀɢᴀᴘᴀɪ ; ᴊᴀᴇᴍɪɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang