Lima langkah ia mundur seketika, netranya fokus pada gadisnya— dia tidak yakin kenapa dia bisa bersama orang itu. Demi apapun rasanya seperti kebakaran jenggot, lebih tepatnya seperti dibakar api cemburu.
Apaan itu?
Sesekali Nana mendesis kesal, ia masih memandanginya dari balik pintu kelasnya, memandangi Ara bersama cowok yang dikenal manis satu sekolah dan ketua marching band sedang mengobrol bersama, tak tahu tentang apa—tapi baru kali ini Nana melihat gadisnya berbicara lagi dengan cowok asing, Ara biasanya hanya mengobrol dengan orang-orang yang ia kenal seperti anak kelas atau kadang Hyunjin dan Heejin. Hamada Asahi. Sebelumnya, Ara tidak dekat dengan Asahi—entah itu pertemuan apa.
Ara membalikkan tubuhnya sambil tersenyum pada Asahi dan melambaikan tangannya, obrolanya sudah selesai, Ara kembali masuk kelas dan tak sadar kalau Nana ada di balik pintu memandanginya kesal.
greeppp
Tangannya digenggam dengan cepat dan erat oleh Nana dari belakang, membuat Ara terkejut setengah mati.
"Apaan dah? Kaget gue!" ujarnya ketika menoleh kebelakang mendapati Nana dengan kerutan didahinya yang semakin dalam.
Nana diam.
"Apaan tuh ekspresi lo?" santai sekali gadis ini, bahkan ia juga tidak peka.
Cowok itu membawanya kebangku, mereka duduk. Untung saja mereka duduk di pojok belakang dekat jendela, tidak banyak yang orang yang berlalu-lalang disekitarnya.
"Lo apa-apaan sih, Ra?" tanya Nana sedikit ngegas.
Ara mengerutkan dahinya tipis, "hah? Apanya yang apaan?"
Nana menghela nafasnya samar, memandang Ara dingin—tampaknya ia benar-benar kalut—mungkin?
"Itu si Asahi? Lo ngobrol apaan? Kok pake ketawa-ketawa bareng segala?" tanya Nana bertubi-tubi membuat Ara terkekeh pelan.
"Dih? Cemburu lo?"
"Lah? Emang gak boleh? Gue kan pacar lo, masa depan lo, gue juga berhak tau!"
Ara dia tertawa ketika cowoknya itu marah-marah tak jelas di hadapannya, ia pikir Nana salah paham dengan apa yang ia lihat tadi mengenai Asahi dan dirinya.
"Gemes deh gue ngeliat lo kesel, marah kek gini!" ujar Ara disela tawanya.
Nana merotasikan kedua matanya, malas. "Gue lagi gak mau dipuji, gue cuma pengen tau itu doang!"
Gadis itu menggulum bibirnya sambil menahan senyumnya, lalu sejurus kemudian ia mulai menjelaskan apa yang terjadi.
Sebenarnya, tadi pagi Ara pergi ke koperasi sekolah untuk membeli tinta pulpennya yang habis dan beberapa peralatan untuk belajar yang diperlukan. Tak sengaja ia bertemu dengan Asahi yang sedang kesusahan, pasalnya cowok itu membeli sebuah buku note, tapi uangnya lupa dibawa, jadi Ara membantunya meminjamkan uang. Dan Asahi mengganti uang itu barusan.
"Tapi, kenapa pake ketawa-ketawa sih?" tanya Nana yang masih juga dongkol.
"Ya, dia orangnya bercanda mulu, gimana gue gak ketawa?!"
Ya ampun, Ara!
Sumpah, Ara benar-benar kelihatan terus terang dan polos, hampir menyerupai bodoh. Ia lupa apa bagaimana? Dia sedang berbicara dengan kekasihnya sampai lupa memfilter kalimatnya.
"Hah? Udah bercandaan lagi? Gampang banget sih lu baper sama dia! Mentang-mentang dia imut, padahal gue kan lebih imut!!!" Nana benar-benar gemas dan kesal dengan jawaban itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛᴀᴋ ᴛᴇʀɢᴀᴘᴀɪ ; ᴊᴀᴇᴍɪɴ
Fanfiction𝐻𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑔𝑢𝑒 𝑗𝑎𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑙𝑢? 𝐶𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑗𝑎𝑟. 𝑇𝑎𝑝𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎. 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑏𝑎�...