35

374 42 124
                                    

aku pindahin ke sini dulu ehe
jadi, aku bakal slr seminggu karena ulangan
spesialan aja lah, nanti kalo udah selesai
aku bakalan up kaya biasanya
gercep mulu ni autor soalnya gregetan 😭🤛🏻

yaudah selamat membaca✨💚
vote+komen juga ya






Kopi hitam diseruputnya pagi ini, entah kenapa ia sangat menyukai kopi yang rasanya begitu pahit dan manisnya hanya sekilas di lidah. Padahal perempuan paruh baya itu selalu memperingatinya untuk mengurangi mengonsumsi kopi pahit tersebut.

"Udah dibilang jangan minum kopi pahit, gak sehat!" ucap Bunda dengan segera merebut secangkir kopi itu dari hadapannya.

Anak sulungnya itu hanya menatapi sang bunda keheranan, "sehat ko bun, sini dong itu baru aja dibikin!" Nana, ia sama sekali haus akan kopi. Sedari kecil ia sangat suka minuman tersebut, entah mungkin tubuhnya kebal dengan kafein.

"ck-- gak sehat buat jantung kamu itu! Kalau nanti sakit lagi? Emangnya siapa yang ngerasain sakitnya? kan kamu sendiri."

"Nah, itu. Kan Nana sendiri yang rasain bukan bunda. Jadi sini Nana mau minum lagi." Alasan saja memang.

"Gak, pokonya jangan minum kopi lagi. Bakal bunda buang semuanya." Kata bunda sambil mengambil semua kopi yang dipunya Nana itu, kemudian dibuangnya ke tong sampah.

Nana yang melihat tidak menggubris, hanya menghembuskan nafas beratnya, "yaudahlah, bisa beli lagi," gumamnya menyepelekan.









Hari ini Nana kedapatan mengantar Jeno ke suatu toko alat musik untuk membeli gitar baru setelah pulang sekolah. Niatnya tidak mengajak Ara dan hanya pergi berdua dengan alasan tempatnya sangat jauh, tapi gadis itu tetap saja memaksa ingin ikut, akhirnya Jeno dan Nana meng'iya'kannya.

"Gue nunggu aja deh, capek juga ternyata." Kata Ara.

"Mau nunggu dimana, Ra?" Tanya Nana.

"Disini aja, di depan. Lo ke dalem aja temenin Jeno," jawabnya.

Nana mengangguk, "oke, jangan kemana-mana, ya?!"

"Iya"

Jeno memperhatikan dua gitar akustik yang terpajang dietalase kaca itu, ada yang modelnya simpel tapi menarik dan ada yang modelnya klasik.

"Pilih yang mana, Jen?" tanya Nana di sampingnya.

"Menurut lo bagus yang mana?"

"Hm... dua-duanya juga bagus. Tapi tergantung bagus apa ngga kualitasnya," jawab Nana. 

Sahabatnya itu hanya mengangguk saja, kemudian langsung menanyakan kualitas dan harga salah satu gitar tersebut kepada sang pemilik toko dan langsung saja membeli gitar yang bergaya simple.

"Makasih ya, mas." Ucap pemilik toko itu.

Jeno tersenyum sambil menggendong gitar barun dipunggungnya. "Sama-sama, pak."

Ara dari tadi di depan toko sembari duduk dan bermain game online menunggu Jeno dan Nana kembali. Pria dengan hoodie hitam sambil memegang minuman tampak tidak dikenali itu duduk di sebelahnya, tapi ia berprasangka baik-baik saja awalnya dan kembali fokus pada layar ponsel.

Tapi, tiba-tiba saja jari-jemari dari pria itu memegang paha Ara. Sontak gadis itu terkejut dan langsung berdiri menatap garang pria yang disana sekarang tersenyum asimetris padanya. Demi apapun Ara tidak mengenalinya.

ᴛᴀᴋ ᴛᴇʀɢᴀᴘᴀɪ ; ᴊᴀᴇᴍɪɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang