Vote dan komennya please 💚
"N-na?"
Nana menoleh ke arahnya dengan tatapan sayu dan perlahan tersenyum pada Ara. Sungguh, tatapan dan senyuman itu adalah suatu pukulan bagi Ara karena kenapa dia sekuat itu, tapi dia tidak bisa setegar Nana.
"Duduk dulu, Ra," suruh Nana.
Kemudian Ara jalan menunduk dan duduk di samping Nana. Ia tak tahu ap yang harus dikatakan lagi, kepalanya penuh dengan kata-kata, namun tak satu pun yang terlontarkan.
"Katanya mau ngomong?" Tanya Nana dengan nada dingin.
"Ehm-- gue ga tau harus gimana, Na," katanya.
Nana menatap Ara sendu, "gimana apanya? Gue masih ada kok, Ra."
"Bukan," jawab Ara, "bahkan buat 24 jam ini gue gak bisa ngelewatin semuanya tanpa elu, Na. Semua kata-kata lu ke gue semuanya bener, sekalipun gue patah hati yang mendalam, tanpa lo gue gak bisa apa-apa, walau lu yang udah bikin gue kecewa sekalipun, lu adalah segalanya," jelas Ara dengan suara yang mulai gemetar menahan tangisnya.
Nana menunduk untuk melihat wajah Ara, "hey, liat gue, Ra?!"
Ara memberanikan diri menatap Nana, matanya yang sudah memanas dan merah itu mulai menitihkan air matanya.
"Lo tau? Gue ngelakuin ini semua demi jaga hati lu dari cowok-cowok yang ngga bertanggung jawab, kalau memang imbasnya gue harus pergi dari kehidupan lu, itu ga apa-apa daripada lo yang harus menderita."
"Gue juga gak suka liat lo nangis gini, Ra. Gue ngerasa bersalah karena gue gak bisa bener-bener jaga perasaan lo itu," jelas Nana, kemudian ia mengapus air mata Ara dengan lembut.
Ara menggeleng, "gak, Na. Lu sama sekali gak salah, ini cuma gue yang gak bisa jaga diri, lo gak seharusnya ngerasa bersalah gitu."
"Gue nangis karena gue khawatir lu ngelakuin yang ngga-ngga setelah Jeno bilang perkataan lu ke dia kemaren."
Nana tersenyum, "kalau memang gue beneran pergi?"
"Jahat!!!" Ucap Ara sambil memukul bahu Nana.
Nana membawa Ara dalam pelukannya, sangat erat. Ara membalalas pelukannya sambil menangis teredu di bahunya.
"Gue sayang banget sama lu, Na. Maafin gue selama ini gak pernah nganggep perhatian lo itu."
"Gue ga tau harus gimana tanpa lu. Gue sadar kehadiran lu, ketawa, kemanjaan, keributan lu itu yang buat gue bangkit lagi, Na."
Nana hanya mengelus surai hitam milik Ara sambil tersenyum lega. Suasana hatinya mulai membaik, rasanya ia mendapatkan banyak energi lagi untuk hari ini.
Setelah berpelukan, Nana kembali menghapus air mata di pipi Ara. "Gak boleh cengeng." Kata Nana.
"Kita sekarang pacaran ya?" Tanya Ara.
Justru pertanyaan itu membuat Nana terkekeh geli, "hahahaha, gue ga mau pacaran sama lo, ngapain coba pacaran, kalau udah nyaman dengan cara yang begini?"
Ara tersenyum, "anjir tertolak nih jadinya?"
"Iya lu tertolak soal pacaran, tapi soal mencintai hidup dan mati gue terima." Jawab Nana lembut sambil menyisir rambut Ara dengan jemarinya.
"Hih, ngalus mulu ni anak!" Kata Ara, kemudian ia menoyor kepala Nana sarkas.
"Katanya sayang, masa ditoyor terus?" Tanya Nana jahil sambil mendekatkan wajahnya pada Ara, tentu saja bukan dekat lagi. Itu membuatnya malu dan salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛᴀᴋ ᴛᴇʀɢᴀᴘᴀɪ ; ᴊᴀᴇᴍɪɴ
Fanfiction𝐻𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑔𝑢𝑒 𝑗𝑎𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑙𝑢? 𝐶𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑗𝑎𝑟. 𝑇𝑎𝑝𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎. 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑏𝑎�...