Cara 'Dia' Kembali

125 13 0
                                    

Aku dan Anna, duduk didalam kamarku dan sedang membahas bagaimana caranya agar Fajar bisa kembali. Kami menyusun rencana demi rencana dengan sangat hati-hati. Hari demi hari berlalu, kami berbohong kepada Tuan dan Nyonya Van Dijk supaya mereka tidak khawatir, alibinya adalah,

"Fajar pergi bersama teman-teman ke sebuah perkemahan yang letaknya sedikit jauh dari sini, kebetulan yang boleh ikut hanyalah anak laki-laki saja."

Mereka percaya? Pada awalnya tidak. Namun kami selalu berusaha membuat semuanya itu menjadi seperti sebuah kenyataan, kami memberikan sebuah surat atas nama Fajar, kami mengaku-ngaku bahwa kami tahu kondisi dia sekarang.

Dan mereka pun percaya. Sepertinya.

Rencananya bahkan belum benar-benar meyakinkan, padahal ini sudah minggu pertama setelah dia diculik. Karena kami sangat tidak sabar, akhirnya kami mulai mempersiapkan segala  sesuatu yang menyangkut tentang rencana kami.


"Anna, sesuai rencana, kamu pergi panggil mereka, dan aku akan mempelajari setiap sudut di rumah itu."

"Tapi Athanasia, bukankah itu terlalu berbahaya? Bagaimana kalau kamu nanti ketahuan?"

"Tidak masalah, Anna. Bilang ke mereka, jangan masuk dulu sebelum aku beri tanda. Mengerti?"

"Tapi Athanasia, bahkan tugasmu lebih berat dan berhaya daripada aku, apa kamu benar-benar yakin?"

"Aku sangat yakin, percayalah padaku setidaknya sebagai sahabatmu, ya?"

"Ya."

Seperti itulah percakapan kami saat dijalan menuju ke kediaman keluarga brouwer. Saat aku sampai disana, dan Anna sudah pergi ke kantor polisi, aku mulai mencari celah supaya bisa masuk kedalam rumah itu, rumah yang kelihatan sangat bagus tapi ternyata menyimpan sejuta kesan yang menakutkan.

Aku melihat ada lorong tersembunyi diantara dua tembok, aku merangkak masuk lewat lorong  sempit itu, merangkak kesana kemari, dan ternyata lorong itu menyambung ke seluruh penjuru rumah, bahkan sampai di lantai dua. Aku merangkak dan terus merangkak, hingga akhirnya kegiatanku itu terhenti dan aku melihat sesuatu yang ... sangat menyedihkan.


Itu adalah Fajar! Dia kelihatan sangat kurus, mata panda, lebam dan bekas darah ada dimana-mana, diikat dikursi dan ruangan itu tidak ada yang jaga.

Aku turun dari lorong itu, lalu saat Fajar melihatku, dia merasa ketakutan, aku melepaskan ikatan yang mengikat dia dengan sangat kecang. Sembari aku melepaskan ikatan, diaengiceh terus, tak ada henti-hentinya.


"Athanasia?! Jangan kesini, kumohon pergilah dari sini, kau tahu disini sangat menakutkan. Aku tak mau terjadi sesuatu padamu, pergilah selagi kamu bisa, pergi!"


"Ssst, Fajar, memangnya kau pikir aku ini apa? Tentu aku sudah menyiapkan banyak rencana! Kau tinggal diam dan ikuti arahanku. Sekarang lihatlah lorong itu, naiklah dan merangkak kedalam sana, setelah kamu masuk didalam sana, aku akan ikutan naik dan memberimu arahan. Cepatlah, kita tak punya banyak waktu!"

Saat Fajar sudah berada diatas sana, dan aku hendak masuk kedalam lorong itu, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki mendekat, aku buru-buru masuk dan merangkak lebih jauh, namun sebelum itu aku memasang kain hitam di ujung lorong, supaya tidak ada yang menyadari keberadaan kami.

Athanasia Van Bristen [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang