1 minggu kemudian
Mulai dari minggu ini sampai 3 bulan kedepan, sekolahku libur. Aku menikmati pagiku dengan damai, Mammie dan Pappie sedang pergi ke Netherland selama 1 tahun untuk masalah bisnis. Pagi ini aku meminta Marsih untuk membuatkan teh dan membawakanku sedikit camilan manis. Aku mengkonsumsi itu semua di halaman belakang rumahku.
"Hwaaaaaaahaaaa, bagaimana ini, Anna, Fajar. Bagaimana kita hidup nanti?"
Aku benar benar terkejut, bukankah itu suara nyonya Nina? Dan, 'Bagaimana kita hidup nanti?' apa maksud semua itu? Apa aku masuk saja ke sana ya? Apakah mengganggu? Entahlah, masuk saja dulu.
Aku sudah sampai didepan pintu keluarga Van dijk, semua pintu dan gorden ditutup rapat, dan sepertinya mereka lupa menyalakan lampu? Atau sengaja?
Aku membuka pintu itu, "Wah, tidak dikunci,"
Kataku, lalu aku masuk tanpa permisi. Aku melihat semuanya, semua yang menyebabkan air mataku hampir jatuh. Bagaimana tidak? Mereka semua terlihat berantakan. Rambut yang tidak rapi, mata panda, baju yang tidak rapi juga. Disana ada seluruh anggota keluarga Van dijk."Loh, kalian kenapa? Tuan, bukankah hari ini ada rapat? Kenapa tidak hadir? Dan kenapa kalian berantakan seperti itu? Ayolah, jelaskan kepadaku."
Kataku sambil menatap sendu kearah mereka."Ini semua karena keluarga Brouwer! Pappie dipecat, dan uang kami diambil semuanya! Rumah kami juga disita. Mammie dab Pappie stress memikirkan ini, kami saja bahkan tidak tahu mau makan apa nanti, bahan makanan kami semuanya diambil. Jongos dan Bedinde kami dikembalikan ketempat asalnya!"
Kata Anna sambil menangis tersedu-sedu."Baiklah. Sini, ikut aku. Kalian boleh menginap dirumahku, Pappie dan Mammie pergi ke Netherland selama 1 tahun. Aku tidak diajak, maka untuk sementara waktu akulah yang menjadi tuan rumahnya, seluruh keputusan atas rumah itu sekarang menjadi milikku. Aku akan membantu kalian semua." mereka menatapku dengan tatapan seperti, 'Benarkah? Apakah boleh?'
"Mari, ikut denganku. Bawa semua baju kalian, ya?" Kataku sambil merentangkan kedua tanganku.
"Apakah tidak papa? Apakah tidak merepotkan?" tanya Fajar; lalu aku menjawab, "Tidak, apa kalian tahu bahwa aku ini menganggap kalian sebagai saudaraku sendiri.
Kami sarapan bersama. Selesai sarapan aku bergegas mengambil pena dan kertas, juga 1 amplop, aku mulai menulis sesuatu."Itu untuk apa, Athanasia?" tanya Fajar.
"Aku akan menulis surat ke Pappie. Aku meminta kepadanya supaya membantu kalian untuk bisa seperti dulu lagi, jika tidak bisa, aku minta untuk membuat kalian memiliki sumber penghasilan," kataku, namun tanganku tetap sibuk menulis. "Oh ya, anggap saja ini rumah kalian, ya? Jangan sungkan." Lanjutku.
***
Beberapa minggu sudah berlalu semenjak kejadian itu, kehidupan keluarga Van dijk kembali berjalan dengan normal berkat bantuan dari Pappie dan beberapa rekannya. Keluarga Brouwer ditahan karena penyalahgunaan kekuasaan. Selama mereka di rumahku, aku memperlakukan mereka dengan baik, aku menganggap mereka sebagai keluargaku sendiri. Mereka sangat ceria.
Saat semuanya sudah kembali normal, keluarga Van dijk mengajakku ikut serta dalam piknik kecil-kecilan di halaman belakang rumah mereka. Sederhana tapi seru, ada banyak makanan, susu, kue, dan beberapa camilan yang enak dan juga warna-warni yang manis.
Kami benar-benar menikmati itu semua, bercanda, tertawa, pokoknya kami menikmati waktu bersama.
Aku harap keluargaku juga seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athanasia Van Bristen [TAMAT]
Fiction HistoriqueDi zaman penjajahan Belanda, punya Mammie dan Pappie tentara, juga tinggal bersama keluarga tiri kira-kira seru? Nggak tuh! [Inspirasi dari Dimas Van Dijk karya Risa Saraswati]