Athanasia POV
Aku sempat lupa kalau aku tadi malam tertidur dikursi, jadinya saat bangun aku kaget. Aku akan membenarkan diriku dulu, aku harus mencari kesalahan yang ada didalam diriku lalu memperbaikinya.
Aku mengambil pena dan kertas, lalu menuliskan kesalahan yang harus aku perbaiki.
Kira kira begini.
Daftar kesalahan 3 tahun terakhir :
- Bersikap dingin, jarang bicara, dan ketus.
- Menarik diri dari segala kegiatan.
- Jarang makan bersama.Perubahan yang harus aku lakukan :
- Bersikap seperti dulu lagi.
- Menghadiri banyak acara, ( kecuali perkumpulan anak-anak para petinggi.)
- Ikut makan bersama.Rencana yang tepat! Aku suka rencana baru ini. Baiklah akan aku mulai dengan kegiatan kecil dulu, seperti makan bersama.
* * *
Aku mulai mencobanya. Aku sudah duduk di meja makan. "Selamat pagi Pappie, Mammie, Valeri! Maaf aku terlambat datang ke meja makan, selamat menikmati hidangan!" Aku dapat melihat raut wajah mereka jadi kaget, namun mereka membalasku dengan anggukan dan senyum tipis.
Kami sudah selesai sarapan, tiba-tiba terlontar pertanyaan dari papa, katanya, "Apa kamu nyaman di asrama dan gedung 2?"
Sederhana namun susah dijawab.
"Antara ya dan tidak. Aku mendapatkan banyak sekali teman yang seru. Kami bahkan bisa tidak tidur semalaman hanya untuk bercerita tentang pengalaman kami. Aku juga tidak boleh keluar asrama, pergi ke sana san ke sini. Membuatku bosan saja."
Aku lapar sekali, aku angkat bicara lagi ditengah-tengah keheningan. "Baiklah, kita sudahi ini. Selamat makan." semua mulai membalikkan piring, mengambil makanan, dan mulai makan.
Selesai makan, Pappie mengajakku berkomunikasi, sementara Mammie dan Valeri berbelanja.
"Athanasia, semakin lama kamu semakin dingin ya." Aku duduk berhadapan dengan Pappie di sofa ruang tamu.
"Ahaha, benarkah?"
"Sebenarnya kenapa kamu berbeda dari yang dulu?"
"Pappie juga kenapa sekarang berubah?"
"Athanasia Van Bristen, jawab pertanyaan Pappie, jangan membalikkan pertanyaan."
"Karena jengkel. Lagipula setiap manusia akan berubah kan?"
"Dulu Pappie terlalu percaya pada Valeri, jadinya Pappie tidak menyukaimu."
"Aku tahu."
"Pappie minta maaf."
"Aku juga minta maaf, Pappie."
Hening.
"Mau sampai kapan?"
"Apanya, Athanasia?"
"Mau sampai kapan Pappie dan Mammie mau menyembunyikan kebenaran tentang mammie kandungku adalah Tante Aphrodite?!"
Pappie terkejut, mungkin dia bertanya-tanya darimana aku mengetahuinya.
"Bagaimana kamu-"
"Pappie kira disini tidak ada yang tahu tentang kebenaran tersebut? Nyonya Bergerian memasukkan putranya, Eric, ke sekolah asrama yang sama denganku. Dia adalah tetangga kita saat aku masih bayi, dia cerita bahwa mammie kandungku adalah Aphrodite dan bukan Belle! Belle adalah adiknya Mammie."
"Athanasia, itu-"
"Aku hanya tahu separuh dari kebenaran. Sekarang jawab, Pappie, kenapa Mammie dan Pappie merahasiakan ini? Kenapa Mammie dan Pappie sepakat untuk menjadikan Belle mammie sementaraku? Dimana Mammieku, Mammie kandungku dimana sekarang?!"
Aku membentak Pappie untuk pertama kalinya. Suaraku menggelegar di setiap sudut rumah, bahkan beberapa pekerja penasaran dan akhirnya menguping. Aku tak peduli dengan mereka, aku hanya ingin tahu kebenarannya.
"Athanasia, Mammie dan Pappie sepakat melakukan ini semua supaya kamu aman. Mammie adalah tentara Belanda, banyak musuh yang tak senang dengannya, sementara Pappie tidak sesering Mammie dalam ikut perang, jadi kamu lebih aman bersama Pappie.
Soal Belle, dia kami maksudkan untuk memberikan cinta, minimal kasih sayang untukmu. Kami memilihnya karena dia tidak bisa memiliki anak dan karena dia tidak mau menikah, dia ingin hidup dalam kemewahan. Karena Pappie dan Mammie kaya, jadi kami bisa menyanggupi keinginannya."
"Lantas saat aku dibentak olehnya, kenapa Pappie tidak pernah membela?" amarahku 1% mereda.
"Karena ada perjanjian. Rahasia."
"Sekarang bagaimana? Aku tak membutuhkan itu, sudah cukup belasan tahun aku bersamanya, sekarang aku ingin mammieku."
"Tunggu beberapa bulan lagi, dia Aphrodite sedang ikut perang. Saat Pappie dan Belle juga Valeri pergi beberapa tahun, saat itu Pappie ikut perang. Jika kamu lihat Pappie bertelanjang dada, kamu akan lihat banyak sekali bekas luka. Memang begitulah perang, sagat lama, menyakitkan, dan melelahkan."
"Kasihan sekali kalian. Aku memakluminya. Namun, saat Mammie kembali apakah dia akab tinggal bersama kita?"
"Mungkin. Kita perlu berdiskusi."
"Iya."
"Athanasia, apa cita-citamu?"
"Hmm, mungkin jadi guru? Atau memiliki penitipan anak? Atau mungkin jadi tentara? Ah tidak tidak, aku tidak mau jadi tentara. Aku suka sesuatu yang berhubungan dengan anak kecil."
"Lakukan apa yang kamu mau. Sekarang, pergilah ke rumah keluarga Van Dijk."
"Terimakasih Pappie!!" aku mencium pipi Pappieku sebagai luapan kegembiraan. Ini pertama kalinya aku mencium Pappie setelah 12 tahun lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athanasia Van Bristen [TAMAT]
Ficção HistóricaDi zaman penjajahan Belanda, punya Mammie dan Pappie tentara, juga tinggal bersama keluarga tiri kira-kira seru? Nggak tuh! [Inspirasi dari Dimas Van Dijk karya Risa Saraswati]