Dia Adalah Mama Kandungku

204 17 0
                                    

"Athanasia."

"Ya, Pappie?"

"Begini, kamu akan pergi ke Den Haag besok, bersama dengan teman papa, namanya Tuan Harley."

"Untuk apa?"

"Oma Elkana sakit, jarak antara rumah Oma dengan Oma Rose sangat jauh, anak-anaknya sedang berada di kota lain dan mereka sangat sibuk."

"Oh begitu ya?"

"Ya. Kamu lanjut saja perguruan tinggi di Den Haag. Kamu bisa kembali kesini saat liburan."

"Kenapa mendadak sekali, Pappie?"

"Suratnya baru sampai 3 hari lalu."

"Rumah kita yang dulu dengan rumah oma Elkana jauh tidak?"

"Ya. Jauh sekali."

"Aku berarti harus tinggal disana. Namun bagaimana dengan sahabatku, Pappie?"

"Hm? Siapa sahabatmu?"

"Anna dan Fajar, maaf baru memberitahu Pappie."

"Oh, begitu. Oh iya kebetulan nanti malam kita akan kerumah keluarga Van Dijk untuk acara makan malam bersama. Kebetulan hanya keluarga itu yang belum kita kunjungi."

"Ya, Pappie. Kalau begitu aku akan bersiap-siap, ini sudah setengah enam, sebentar lagi makan malam."

"Ya."

Begitulah pembicaraan kami di ruang kerja Pappie. Pappie berbicara kepadaku, namun matanya terus tertuju pada beberapa lembar kertas di tangannya.

"Hm, untung aku sudah mandi. Aku harus pakai baju apa, ya? Huft  semua baju yang sering ku gunakan rasanya jadi jelek sekali."

* * *

Mammie, Pappie, aku, dan Valeri sudah berada didepan rumah keluarga Van Dijk, Pappie mengetuk-ngetuk pintu rumah yang bercat coklat. Lalu seorang bedinde membukakan pintu bagi kami, dan mempersilakan kami masuk.

"Oh, hallo Tuan, Nyonya, dan Nona-Nona." Sapa nyonya Nina.

"Hallo juga, keluarga Van Dijk." sapa Pappie balik.

"Baiklah langsung saja kita mulai makan malamnya." kata Tuan William. Keheningan menyelimuti ruangan ini, sampai tiba-tiba Valeri membuka suara.

"Mammie, apa Mammie tahu bahwa Athanasia itu sudah lama menjadi sahabatnya Anna dan Fajar? Mereka bahkan sangat akrab, lebih akrab bersama mereka daripada bersamaku." Mammie menjatuhkan sendok yang ia genggam, matanya melotot kearahku. Wajah merah sampai ke telinga, tubuh bergetar, dia sangat marah.

"Athanasia! Apa itu benar?!"


"Iya. Itu benar."

"Kau berteman dengan keluarga yang aneh ini? Bahkan sampai bersahabat?!"

"Ya, aku yang meminta persahabatan. Dan keluarga Van Dijk itu tidak aneh."

"Kamu itu punya kedudukan tinggi! Kenapa kamu tidak malu bersama mereka?!"

"Kenapa aku harus malu? Mereka saudara dan saudariku. Mereka sama-sama manusia."

"Menjijikkan. Keluarga ini aneh!"

"Apa Mammie pernah dirugikan karena keanehan mereka?"

Athanasia Van Bristen [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang