Pagi ini aku sudah di pelabuhan, mama dan papa mengantarkan aku kesana, bersama tuan Harley, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sampai di Den Haag, untung aku membawa buku, jadi aku tidak bosan.
Nah, sekarang kami sudah sampai di Den Haag, tuan Harley mengantarkan aku ke rumah oma Isabel, dan dengan senang hati oma Isabel menyuruhku dan tuan Harley untuk masuk kedalam rumahnya, namun tuan Harley menolak secara sopan, karena dia harus cepat sampai ditempat tujuannya.
"Wah, Athanasia! Lama sekali kita tidak bertemu, terakhir kali oma bertemu kamu pada saat umurmu 3 tahun. Lihatlah sekarang, ku bertambah tinggi dan sangat cantik. Apa kamu mengingatku? Kita sering bermain bersama."
"Hahaha, lama kita tidak bertemu, oma juga sangat cantik dan tinggi, setidaknya lebih tinggi daripada oma-oma yang ada di Hindia Belanda. Uhm, ingatan ku tentang kita sudah pudar, oma."
"Haha, tidak masalah, kita bisa menciptakan pengalalaman baru bersama sama."
"Benar, oma."
"Hey, si Valeri dan mamanya, mereka berdua sangat tidak sopan, apakah kamu menyukai mereka? Kalau oma sih tidak. Oh iya oma dengar kamu marah besar ya pada Belle? Dia menceritakan secara detil kejadian waktu itu. Rupanya cara kamu marah, sama seperti putriku, Aphrodite."
"Ya, oma. Mereka sangat jahat, memaksaku melakukan hal yang aku benci, yaitu ikut membully dan menjauhi orang pribumi. Bahkan Valeri berencana mengeluarkan aku dari rumahku, maksud dia bukan hanya dari rumah itu, tapi juga dari keluarga."
"Woho, jahat sekali anak itu!"
"Bagaimana oma bisa tahu?"
"Haha, bertahun-tahun lalu, mereka kesini saat oma mu, Rose, sedang sakit. Lalu kemarin mereka kesini dan menceritakan detil kejadiannya."
"Oh, begitu. Oma masih sakit?"
"Tidak, sayang. Oma sudah sembuh."
"Syukurlah."
"Sekarang kamu pasti lelah, bersihkan badanmu, rapihkan barangmu, lalu kita sarapan bersama. Setelah itu kamu boleh tidur."
"Ya, oma."
"Astaga, astaga, astaga!"
"Eeh? Kenapa oma?"
"Kamu!"
"Ya?"
"Sangat penurut! Tidak seperti mamamu yang pembangkang."
"Hahaha, benarkah mama dulu pembangkang?"
"Hm, sangat amat suka membangkang, untung dia tidak manja."
"Hahahaha, kalau begitu setelah sarapan maukah oma menceritakan tentang masa lalu mama?"
"Ya, tentu saja."
"Terimakasih."
"Tunggu, Athanasia!"
"Ya?"
"Kamu sampai sekarang masih belum bisa bahasa melayu?"
"Hah, iya. Sangat sulit mempelajarinya, apalagi bahasa Sunda, belum lagi ada beberapa orang yang menggunakan bahasa Jawa. Aku jadi bingung."
"Tidak masalah, yang penting kamu bisa bahasa Belanda, jadi tidak ada kesulitan dalam komunikasi. Sudah sana, rapihkan barang bawaanmu, perlu oma bantu?"
"Tidak perlu, oma."
"Ya sudah."
Saat aku sedang berada di kamar mandi, tiba tiba oma mengetuk pintu kamarku, lalu aku mempersilakan masuk.
"Astaga, rapi sekali! Cucu idaman para oma."
"Astaga, oma~"
"Hey, oma taruh baju kamu diatas kasur ya? Dipakai, karena setelah sarapan oma mau ajak kamu ke rumah para tetangga disini."
"Siap, oma!"
'Padahal aku lelah, tapi sepertinya oma sangat bersemangat. Baiklah aku tidak akan menghancurkan semangatnya itu.'
Kami sarapan bersama, aku bercerita tentang Hindia Belanda, dan oma tentang Den Haag. Lalu saat aku berdiri, oma langsung histeris.
"Astagaaa, memang benar, baju pilihan oma sangat cocok untuk kamu pakai! Kamu terlihat berjuta-juta kali lipat lebih indah."
"Terimakasih, oma. Untuk pakaian dan pujiannya."
"Hm, sama-sama, oh ya mari kita ke tetangga sebelah, disana sedang ada perkumpulan dan mereka semua membawa cucunya. Hanya cucu yang mereka bawa, anak dan menantunya ditinggal. Cucu mereka rata-rata umurnya sama seperti kamu."
"Oh ya? Hmm, baiklah."
(Itu gaun yang dipakai Athanasia dari oma yaa)
Sesampainya disana...
"Hallo semuanya, maaf ya kami terlambat. Ini adalah cucuku, namanya Athanasia. Cantik bukan?" kata oma dengan sanagat antusias
"Oh, dia yang kamu bicarakan, Isabel?"
"Ya."
"Perkenalkan, saya Athanasia Van Bristen."
Bla bla bla bla, mereka semua berbincang satu dengan yang lain, dan kata oma mereka bawa cucu? Haha, aku di bodohi sama oma. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain senyum basa-basi dan memperlihatkan wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athanasia Van Bristen [TAMAT]
Historical FictionDi zaman penjajahan Belanda, punya Mammie dan Pappie tentara, juga tinggal bersama keluarga tiri kira-kira seru? Nggak tuh! [Inspirasi dari Dimas Van Dijk karya Risa Saraswati]