0,28

25 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

H

ari demi hari sudah ku lewati. Jelas aku sedikit sedih karena tidak bisa mempunyai waktu bebas yang banyak bersama Jungkook. Ia sibuk kerja, dan selesai kerja ia harus belajar karena rangkingnya semakin turun.

Itu juga yang membuatku stres, kalau rankingnya turun satu kali lagi beasiswa benar-benar dijabut sepenuhnya dan bayaran sekolah ini kan sangat mahal lebih dari gaji Jungkook.

Gaji Jungkook hanya cukup untuk menghidupi keluarganya dan untuk uang jajan sehari-hari karena Jungkook bekerja belum pada saatnya jadi gaji juga tak sebesar orang lain yang sudah pada saatnya bekerja. Apalagi Jungkook hanya bekerja menjadi penjaga kasir di minimarket dekat sekolah jadi gaji itu ya jelas kecil.

Aku hanya menatap lesu pada Jungkook yang sibuk mengetik dan mengescan barang pembelian, kasihan anak ini mana masih muda.

"Terimakasih~" pelanggan itu keluar, Jungkook menyeka keringat yang ada diwajahnya lalu menatapku dan tersenyum tipis.

"Kamu kenapa?" tanyanya tak bersuara.

Aku menggeleng kepala lalu kembali pada minumanku. Aku sedang memikirkan cara yang terbaik untuk menolongnya.

Jelas Jungkook lelah karena jadwalnya yang padat, sekolah, mengikuti eksul lalu langsung kesini untuk bekerja. Belum kalau ada tugas atau ulangan waktu belajar yang ia pakai akan lebih banyak. Tak ada waktu istirahat untuknya selain menyelesaikan semua aktifitas itu. Dan bahkan ia masih menyempatkan jalan-jalan denganku dengan kondisi fisiknya yang lelah.

Jungkook ini sangat bertalenta, apapun ia bisa dan dapat mengerti dengan cepat. Karena nilainya turun drastis jadi guru merekomendasikan Jungkook untuk mengikuti beberapa eksul. Ya walau nilai eksul tak begitu membantu karena lomba yang diikuti belum begitu banyak tapi Jungkook memilih lebih baik mengikuti dibanding tidak sama sekali apalagi Jungkook memang suka olahraga.

Dan sekarang, Jungkook sudah terlihat semakin kurus.

Aku menidurkan wajahku pada meja dan masih mencoba berpikir keras untuk cara membantu.

Ya sebenarnya satu ini bisa, yaitu aku bekerja disini sampai nilai Jungkook bisa kembali normal baru aku lepas dan Jungkook yang kembali bekerja. Kalau nilai Jungkook turun lagi aku yang kembali bekerja lagi.

Hanya itu ide yang ada diotakku, tidak lebih.

Lalu wajah Jungkook tiba-tiba muncul didepanku, "Kamu kenapa hm? Bosen?" tanyanya lembut.

Aku menaikkan kepalaku, begitupun Jungkook yang berdiri lalu duduk didepanku.

"Kook, aku mau bantu kamu" kataku dan ia hanya menatapku tanpa berkata.

From Respect ; Jeon Jungkook √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang