Pulang 2

2.2K 211 1
                                    

Gemercik air mulai turun membasahi semua yang ada di bumi. Meski tak deras, tapi angin berhembus cukup kencang meskipun langit tak terlihat mendung.

Mereka sudah menghabiskan sepiring nasi dengan telur ceplok, terong goreng, tahu goreng, kemangi dan juga sambel terasi buatan bu Agus. Kenyang sekali. Mereka bersyukur karena ada yang menolong di daerah ini.

"Alhamdulillah.. yang mau nambah, monggo ndak usah sungkan lo ya.. anggap saja rumah sendiri" kata pak Agus dengan ramah.

"Kami semua berterimakasih pak, bapak sudah baik kepada kami" kata mas Ju mewakili.

"Loh ya sesama manusia harus saling tolong menolong. Oh ya, sekarang kan hujan, nanti ambil kendaraan nunggu reda ya. Jalanan gunung kalau hujan begini ngeri mas" Kata pak Agus sambil geleng-geleng kepala.

"Kenapa begitu pak?" mas Ju keheranan.

"Desa ini kan berbatasan dengan Gambang, entah ada apa di Gambang. Yang jelas, kalau hujan begini sering terjadi kecelakaan di jalanan ini. Bapak dengar dari warga lain sih karena diganggu sama penghuni Gambang" Pak Agus menjelaskan sambil menyalakan rokoknya.

"Jadi kalian benar-benar beruntung kalau bisa masuk dan bisa keluar dari Gambang. Kalau belum masuk gapuro sih nggak ada apa-apa mas, sepertinya setiap yang masuk Gapuro dan menengok Gapuro kemudian, Gapuronya menghilang lo. Ada yang cerita begitu. Itu cerita orang yang selamat. Niatnya kesana mau cari kayu bakar, eh kebablasan masuk Gapuro Gambang. Untung saja bisa keluar, ya tapi keluarnya gak lewat situ. Bahkan lewat desa tetangga lo mas. Jauh sekali dari desa ini yang luas" Jelas pak Agus lagi.

"Bapak berapa lama tinggal disini"? tanya Ayu.

"Sejak 8 tahun yang lalu mbak.. Waktu baru menikah sama ibu. Disini tanah warisan dari orang tua ibu, jadi kami bangun rumah disini" kata pak Agus menjelaskan. Pantas saja jika rumahnya modern. Tak sama dengan bangunan model kuno rumah yang lain.

"Saya turut prihatin sama kejadian yang menimpa mbak Lala. Sebenarnya ada sesepuh desa yang mungkin saja bisa membantu. Tapi ya itu manut sampean mbak" kata bu Agus datang sambil membawakan cemilan dan teh hangat.

"Terimakasih banyak bu, merepotkan" kata Ana.

"Oh enggak mbak, monggo.." kata bu Agus ramah.

"Saya bisa dipertemukan dengan sesepuh yang ibu maksud ? Emmmm.. mungkin setelah reda bu kalau ibu tidak repot" kata Lala berharap.

"Boleh mbak, sama bapak juga boleh" jawab bu Agus.

"Nanti sama saya saja mbak, sekalian ke rumah pak Budi ambil kendaraan kalian. Lawong deket lo sama rumah pak Budi." jawab pak Agus.

"Saya terimakasih banyak pak, Allah yang akan membalas kebaikan bapak. Bapak sudah menolong kami dan mau mengantarkan saya ke rumah orang yang bisa menolong saya nanti" kata Lala dengan berkaca-kaca. Suasana menjadi haru.

Lala sangat bahagia, dimanapun dia berada selalu dikelilingi orang baik. Begitupun dengan Andi, dia sangat bersyukur karena terbebas dari daerah yang menyeramkan itu. Ayu dan Ana senang sekali membantu Lala, karena Ana juga sebenarnya ingin makhluk yang mengikutinya sejak dari rumah Rama segera pergi menjauhi Ana. Mereka berharap sesepuh desa ini bisa membantu mereka.

Hujan pun mulai reda berganti dengan rintik-rintik kecil. Mereka segera bersiap menggunakan penutup kepala dari jaket yang mereka kenakan. Sedangkan pak Agus menggunakan payung milik Tian, ya payung anak bergambar Tayo.

Sepanjang perjalanan. Ana, Lala, dan juga Andi merasa ada yang mengikuti, bahkan terasa sangat dekat ada yang memperhatikan. Tapi tak ada siapapun yang ada di sepanjang jalan ini kecuali mereka semua dan pak Agus yang berada paling depan memimpin perjalanan.

KIRIMAN ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang