Semilir angin yang membawa suhu dingin, kini seketika sirna. Suara burung pun tak ada, yang terdengar hanya suara jangkrik memecah kesunyian
Tak terasa mereka sudah menemukan Rama dan Pamannya.
Samar-samar mereka menguping apa yang sedang dibicarakan Rama dengan pamannya.
Rama seperti memegang sesuatu, namun apa ?
Tak terlihat sama sekali, mungkin sangat kecil apa yang dipegangnya.
Sedangkan paman Rama memegang,"I-itu... B-boneka nya m-mas!" kata Lala terbata-bata.
Lala berkata lirih sambil memandangi teman-temannya.
Samar-samar mereka mendengar pembicaraan Rama dan pamannya.
"Kowe mbalik disek, jupuk en nang gubuk, salahe kok ditinggal lapo?!" perintah paman Rama
( Kamu kembali dulu, ambil ke gubuk, salah sendiri kenapa ditinggal )
"Aku gak berani paman, aku mana hafal jalan ? kalo nyasar gimana ?" kata Rama.
"Dalan e lurus ae kok lali seh?" kata Paman Rama ketus.
( Jalannya tinggal lurus saja masa lupa sih )
"Ini hutan paman, kalau ini di kota ya aku hafal meski baru dua kali lewat" kata Rama memelas.
"Luwih cepet luwih apik. Ayo ndang budal ae !" Perintah pamannya kesal.
( Lebih cepat lebih baik. Ayo segera berangkat )
Rama menunduk. Dia duduk dimotornya, melihat HP dengan tatapan sedih. Mungkin karena takut jika dia menemui hantu atau mungkin takut tersesat. Tidak semua makhluk disini baik dengan pamannya.
"Cah lanang kok gak ndang cak cek, ayo wes lah. Tak bonceng ae!" Gerutu paman Rama sambil merampas kontak motor yang dibawa Rama.
( Laki-laki kok tidak cekatan. Ayo aku yang bonceng saja )
Kemudian Rama naik motor, dan pamannya langsung melajukan motor Rama. Lampu motor Rama memecah kegelapan.
Lala bersama yang lain mendekati tempat yang baru saja ditinggalkan Rama.
Mereka hanya mendapati kemenyan, bunga-bungaan yang entah apa, ayam hitam, dan jerami ?"Syukurlah mas, sepertinya mereka belum memulai ritualnya. Pasti mereka mau berbuat jahat padaku karena kemarin kan kalung aku musnah, dan mas Chandra nyelamatin aku. Apa paman Rama belum cukup menyakitiku ? sebenarnya apa sih maunya ?" Kata Lala sebal.
Mas Ju mengambil boneka jerami itu dan merusaknya. Mereka belum terlambat. Lala kemudian mengambil korek api dan bahan bakar di botol kecil. Sebelum membakarnya, Lala berdoa kepada Allah, semoga ini semua berakhir sampai disini. Dan mereka keluar dari tempat ini dengan selamat.
"Bismillaahirrokhmaanirrokhiim.."
ucap mereka semua serentak.Api melalap semua yang ada disana. Kecuali ayam hitam itu, ayam itu sengaja dilepaskan begitu saja supaya tidak menjadi perantara kejahatan mereka.
"Aku nggak nyangka akan jadi seperti ini, kamu harus kuat La!" kata Ayu menenangkan Lala.
Ayu dan Ana merangkul Lala yang terlihat shock. Kekasih yang mulai dia sukai, dia yang membuat Lala sangat kecewa.
"Seandainya mama ada disini," Kata Lala sedih.
"Udah dong,La! Kita semua sayang sama kamu, peduli sama kamu, jangan sedih ya.. Meskipun mama kamu jarang memperhatikanmu, masih ada kita kok" Ana menenangkan sahabatnya itu.
"Kita balik aja yuk, keburu mereka dateng nih.. Mereka pasti cepet sampai, kan bawa motor." Kata Andi. Kemudian mas Ju mengatur siasat supaya tak melewati jalan yang dilewatinya saat sampai kemari.
"Kita tadi lewat jalan setapak, kalau baliknya nerobos kebun ketela, pada mau gak ?" kata mas Ju.
"Demi keamanan, okelah mas" kata Andi menyetujui pendapat mas Ju.
"Kalian yang cewek gimana?" tanya Andi.
"Kita nurut deh, tapi kita ditengah ya, yang depan sendiri nyarikan jalan, karna kita udah capek banget. Jadi, Andi aja yang di depan. Mas Ju jaga di belakang, gimana mas?" kata Ayu memberi pendapat.
"Kita berangkaaattt....!" kata Andi mengkomando.
Jalanan menerobos kebun ketela memang tak mudah, apalagi batang pohon ketela tak selalu lurus, ada yang bercabang dan menjulang tinggi keatas. Sebenarnya masih bisa terlihat jika tersorot cahaya, apalagi cahaya motor si Rama. Tapi mereka berusaha pasang telinga se jeli mungkin. Supaya jika terdengar suara motor, mereka dengan sigap mematikan lampu senter untuk sementara.
Disaat perjalanan baru sekitar 500 meter, mereka melihat cincin Lala bercahaya. Lala kebingungan.
"Kenapa tuh, La?" tanya Ana.
"Gatau nih, udah jalan aja lah" Kata Lala sambil mengangkat kedua bahunya.
Mereka melanjutkan perjalanan lagi. Hingga di depan sana, mereka samar-samar mendengar suara motor Rama kembali. Sebelum mereka berdua menyadari ada penyusup, Andi dan mas Ju mematikan senter mereka.
Mereka terua berjalan dengan tergesa-gesa meskipun hanya mengandalkan cahaya yang terpancar dari cincin Lala.Sudah pukul 04.15 WIB. Mereka nampak bingung, sebentar lagi subuh. Mereka masih terjebak di kebun singkong dan belum menemukan ujungnya. Mereka terus berjalan saja meski kaki Andi lecet terkena batang pohon singkong yang menghalangi kakinya saat berjalan sehingga dia tersungkur ke tanah yang tandus.
Mereka belum mendengar motor Rama putar balik, apa mereka belum menyadari persiapan mereka sudah jadi abu, ataukah mereka sudah menyadarinya dan membuat siasat mengejar tanpa kendaraan supaya tak ketahuan ?
Kecurigaan mas Ju pun terbesit difikiran Lala."Andi, Aku aja yang di depan, kita belok ke kiri. menghindari kembali ke jalan setapak. Dan menghindari menuju gubuk itu. Bismillah ya.. kita berdoa bersama, semoga jalan yang kita pilih adalah jalan keluar terbaik dan tercepat tentunya" kata Lala mengusulkan.
Mereka setuju saja. Karena difikir-fikir juga jalan yang mereka tuju memang arah gubuk. Jadi seharusnya mereka mencari jalur lain menjauhi gubuk, meskipun akan memutar jauh menuju jalan utama.
Lala memimpin perjalanan, bukan berarti dia di depan, tetap Andi yang mencarikan jalan, tapi Lala tepat dibelakang Andi memberi arahan dengan kompas yang dia bawa.
Kreekkkk...
Andi menginjak sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
KIRIMAN ( TAMAT )
TerrorCerita ini ditulis berdasarkan kisah nyata yang dikembangkan. Ada beberapa part yang bukan merupakan kisah nyata, hanya pendukung saja supaya alurnya lebih panjang. Kisah ini perpaduan antara persahabatan, cinta, dan makhluk ghaib. Latar cerita ini...