Akhir dari semua

2.1K 203 6
                                        

Malam sudah semakin larut. Terdengar suara seseorang dari balik dinding gubuk. Lala yang terbangun pun pura-pura tetap memejamkan mata, namun telinganya mendengar langkah seseorang mendekat dibalik dinding.

Seseorang itu masuk ke dalam gubuk dan melepaskan ikatan tangan Lala. Lala yang tersadar langsung menampar seseorang dihadapannya. Dia memakai buff tertutup yang hanya memerlihatkan bagian matanya saja. Sesegera mungkin seseorang itu menarik kedua tangan Lala dengan paksa dan mengikatnya kembali. Lalu dibawanya pergi keluar dari gubuk. Lala berteriak meminta segera dilepaskan, namun sia-sia.

Di hutan ini sepi sekali. Lala ingat, jalan yang dilewatinya saat ini sama seperti arah ke tempat ritual yang pernah dia bakar dulu. Dia mengingatnya karena melihat jalan setapak dengan kebun singkong. Apakah yang membawanya saat ini adalah... paman Hari ? Lala menyimpan tenaganya untuk tidak berteriak lagi, dia akan berteriak lagi jika ada seseorang yang lewat, mungkin saja warga yang tersesat saat mencari kayu.

Lala sangat lelah, dia ingin sekali mengambil minuman di dalam ranselnya. Namun tangannya terikat.
Setelah sampai di tempat ritual, Lala dilemparkan begitu saja dengan tangan dan badan yang di ikat. Lala tak bisa lari lagi meskipun kakinya tidak di ikat. Dia sangat kelelahan.

Setelah melempar Lala, seseorang itu memanggil orang didepannya yang berdiri membelakangi. Dipanggilnya,"Dia sudah kubawa kemari, mau diapakan dia ?", Ucap suara yang familiar ditelinga Lala.

Kemudian orang itu menoleh menatap Lala dengan tatapan sombong dan licik. Dia, paman Hari.
Kemudian seseorang yang memakai buff tertutup tadi membuka penutup kepalanya, dia paman Alim.

"Kalian ?", Lala kaget.

"Maafkan saya mbak Lala, tapi ini semua demi keselamatan nyawa saya sendiri. Lagipula, kenapa kamu mau ikut campur ? Kamu fikir kamu siapa, bocah ?!!", Bentak paman Alim pada Lala yang masih shock.

Lala sudah tau jika paman Alim ikut terlibat, namun dia tak menyangka jika paman Alim ikut serta pergi ke tempat terkutuk ini.

"Lepaskan aku paman !!!", Teriak Lala marah.

"Coba kamu lepaskan sendiri kalau bisa, hahahaha..", Ledek paman Alim.

"Aku arep mulai ritual kanggo ngirimi ajian pemikat wong Ayu mbak Indah calon bojoku, awasono bocah iki. Enek wayae dewe bakal tak tumbalne jin ku, hahahahahaha" kata paman Hari.

( Aku akan mulai ritual untuk mantra pemikat nyonya cantik Indah calon istriku, tolong awasi anak ini. Ada saatnya sendiri dia akan kujadikan tumbal jin pengikutku )

"Tidak... tidak akan kubiarkan!!!" Batin Lala geram.

Paman Alim mencari rokoknya di saku jaketnya, dan tak sengaja menjatuhkan koreknya. Lala tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia mencoba meregangkan salah satu tangannya untuk melepaskan ikatan tali yang menjerat. Tali ini sepertinya sedikit rapuh, jadi Lala terus menggeseknya di pohon terdekatnya sampai tali terputus.

"Sial, dimana koreknya?", gumam paman Alim yang tak menemukannya sama sekali.

Paman Hari sudah mulai membaca mantra, Rama belum terlihat sampai sejauh ini. "Kemana sih Rama?", batin Lala.

Lala berhasil melepaskan ikatan ditangannya. Dia kemudian membuka ranselnya untuk mengambil air minum. Setelah meneguknya, Lala mengambil korek api. Namun Lala lupa tak membawa bahan bakar.

Lala teringat jika dulu, dia meninggalkan sisa bawaannya di dekat sini. Dia pun menemukan sisa minyak tanah.
Tanpa berfikir panjang, Lala melangkah. Langkahnya tertahan ketika dia melihat ada, POCONG???
Matanya merah menyala, kafan yang sudah lusuh dan wajah yang menghitam. Lala takut sekali, ada sekitar 5 POCONG menatapnya tajam.

KIRIMAN ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang