Kematian tak wajar

1.9K 205 3
                                    

Seminggu kemudian

Akhirnya Lala lega setelah apa yang dia alami selama ini. Hari ini telah berakhir kutukan terburuk dalam hidupnya. Lala bersujud kepada Allah telah memberikan banyak hikmah luar biasa untuk hidupnya.

Hari ini adalah hari minggu. Lala sedang membantu di toko Ayu, meski tak ada jin yang mengikuti Lala lagi, toko tetap ramai pembeli. Hanya saja tidak seramai saat dia diikuti Jin.
Lala iseng membuka facebook saat jam istirahat makan siang, dia berjejer bersama Ayu saja. Karena karyawan mama nya sedang ijin.

Lala mendapati status hubungan Rama dengan Melly tertulis berpacaran. Saat itu Lala kepo banget dengan profil facebook Melly.
Saat Lala membuka profil facebook Melly, dia menemukan status teratas yang membuatnya tercengang.

Melly Swiit . 02.45 WIB
Gatau knp lo berubah sm gue..
Emng salah gue apa sm lo ?
Sakit..😭

Hanya itu status teratas yang dibuat Melly. Apakah status itu untuk Rama atau dia ada masalah dengan temannya ?
Otak Lala berfikir keras, Lala tak ingin memikirkannya lagi.
Tapi jika benar Rama juga menyakiti Melly bagaimana ?

Disaat Lala sedang melamun, dia mendapatkan panggilan masuk dari Eci.

📲
Lala : Halo Ci, knapa ?

Eci : Ini Dillah, sejak kapan kamu putus sama Rama ?

Lala : Udah sebulanan lah, kenapa emang ?

Eci : Sorri banget, aku gak tau apapun tentang Rama. Ya kan sekedar temen biasa..

Lala : Iya , knapa sih tiba-tiba telpon ?

Eci : Nggak kok di fb nya pacaran sama cewek yang jelas bukan kamu,

Lala : Iya biarin aja, ga penting itu

Eci : Oke.. yaudah HP nya tak balikin ke Eci lagi, mau ngobrol gak ?

Lala : Nggak deh, ini lagi bantuin jaga toko Ayu, salam aja ke Eci.

Eci : Siap !

Lalu pembicaraan di telepon mereka berakhir. Ayu yang sedari tadi menguping, dia pun memberitahu Lala kalau suara di telpon tadi aneh didengar. Lala tak mendengarkan se jeli itu. Sedangkan Ayu mendengar suara Dillah seperti bapak-bapak. Namun dia tak mau berburuk sangka. Ayu dan Lala pun melanjutkan kegiatan mereka di toko.

=========

Mentari sudah menyingsing ke arah barat, meskipun belum akan tenggelam. Namun Ayu ingin menutup toko mamanya lebih awal. Lala pun senang karena bisa pulang sore. Disaat mereka sedang menutup rolling dor, tiba-tiba handphone milik Lala berbunyi, ada pesan masuk dari Eci.

Eci
La, tolong temenin aku kesini dong..
Penting cepetan ya tak tunggu dirumah..

Lala
Iya, sama Ayu boleh ?

Eci
Iya cepetan..

Sepetinya urgent banget Eci sampai meminta tolong pada Lala. Biasanya dia dibantuin Dillah.
Lala menepis prasangkanya dan membonceng Ayu kerumah Eci.

Sesampainya di rumah Eci, mereka berdua melesat masuk karena semakin kesini hati Ayu tidak enak. Dan terlihat rumah Eci sepi sekali.
Mereka menemukan Eci sedang menunggui Dillah di depan televisi.

"Loh Ci, knapa nangis ? itu darah apa ?" tanya Ayu heran.

"Dillah... tadi dia muntah darah itu, aku belum sempet beresin, aku panik. Dia.. D-dia langsung pingsan" jawab Eci yang masih menangis

"Gimana bisa ? ortumu kemana emang?" tanya Lala

"Ortu lagi ke luar kota seminggu, adekku ke rumah mbah ku. Tadi itu Dillah habis telfon kamu kan, dia pamit ke dapur ambil minum di kulkas. Eh pas balik kayak ada yang nyekik leher dia. Pas aku berusaha bantu lepasin tangannya yang megang leher, badan dia panas banget sampek gak kuat aku bantuin. Tiba-tiba suaranya berubah kayak bapak-bapak gitu, trus dia muntah dan pingsan" Eci pun menjelaskan sedetail mungkin sambil terisak-isak.

Ayu memberinya minum dan tisu untuk membersihkan darah yang bercecer.

"Kita bawa ke UGD yuk, kasian ini anak orang butuh pertolongan cepet" kata Lala panik.

"Coba telfon mama nya Dillah dulu, Ci!" pinta Ayu. Eci pun langsung menelpon orang tua Dillah. Dan mereka kaget dengan kejadian yang menimpa anaknya. Setahu mereka, Dillah tidak punya riwayat sakit apapun. Orang tua Dillah akan sampai ke rumah Eci 15 menit lagi.

=======

Sesampainya orang tua Dillah membawa paman Dillah yang juga seorang ustadz.

"Astaghfirullah.. Siapa yang tega mengirimi Dillah jin untuk dijadikan tumbal ?", ucap paman Dillah, Pak Alim. Tentu semua orang panik.

Paman Dillah menunjuk jika keponakannya saat ini sedang dikerumuni 3 Jin.
Semua Jin terlihat memakai jubah hitam dengan wajah hancur dan kepala miring.
Bau muntahan Dillah terasa amis bagi yang lain, tapi tercium busuk bagaikan bangkai yang membusuk bagi penciuman paman Dillah.

"Lalu gimana mas? tolong bantuin ponakanmu ini mas.. kasian dia belum bangun juga", mama Dillah menangis meratapi anaknya yang terkulai lemas tak berdaya diatas matras.

"Mari kita bacakan surah Yaasin bersama, semoga Jin yang mengganggu Dillah segera pergi. Sementara paman akan mencoba membebaskan Dillah dari seseorang yang menginginkannya menghadap Allah", ucap paman Alim.

Suasana menjadi dingin, matahari semakin tenggelam. Sebentar lagi maghrib, tentu Jin akan kepanasan mendengar suara adzan.

Harapan itu sirna ketika maghrib tiba namun terjadi pemadaman listrik di desanya Eci. Ambulance ke UGD juga tak kunjung datang. Mereka kebingunan untuk melanjutkan membaca Yaasin hanya mengandalkan senter dari handphone.
Keadaan semakin tegang. Jin itu berusaha mengganggu mereka membaca Yaasin, dengan menjatuhkan perabotan di dapur. Membuat suara suara yang menakutkan.

Rumah Eci agak berjauhan dengan tetangga, karena sisa lahan disamping kanan dan kiri cukup luas. Sedangkan depan rumah Eci adalah ruko yang sebagian besar tutup di hari minggu.

Gangguan dari mereka semakin menjadi-jadi. Ditengah ketakutan, Dillah bangun dengan mata membulat tajam dan mengerang seperti kepanasan.

Mama Dillah hanya bisa menangis dan tak kuasa melihat anaknya seperti itu.
Saat Dillah menjerit dengan hebat, mama Dillah mendengar seperti suara tulang yang patah dan remuk. Lalu mereka semua yang disana melihat Dillah meregang nyawa hanya dengan meneranginya dengan senter handphone.
Eci dan mama Dillah menangis histeris. Kejadian ini begitu cepat.

Paman Alim belum mengetahui siapa pelakunya. Rumah paman Alim agak jauh dari rumah Dillah, dan sudah dua bulan tidak pernah saling bertemu. Paman Alim merasa menyesal. Seandainya dia mengetahui sebelum ini, semua tidak akan terlambat. Jin itu yang memaksa arwah Dillah meninggalkan raganya. Bukan atas kehendak Allah.

Setelah lama mereka menangis, listrik pun menyala. Mereka menyadari wajah Dillah berubah sangat pucat seperti kehabisan darah. Pinggir matanya menghitam. Dan wajahnya terlihat seperti ketakutan. Kemudian sirine ambulance datang dan membawa jasad Dillah ke rumah. Karena mama Dillah tidak jadi membawanya ke UGD, semua sudah terlambat.

Mereka semua menuju rumah Dillah untuk prosesi pemakaman.
Banyak warga yang bertanya-tanya sebab kematian Dillah, tapi keluarga memilih bungkam dan berkata supaya pelayat hanya mendoakan saja.
Pemakaman berjalan lancar tanpa ada halangan apapun.
Eci masih sangat trauma atas kejadian ini, apalagi terjadi dirumahnya. Eci tidak berani pulang saat ini juga, dia ingin menginap dirumah mama Dillah sampai pagi datang.
Lala dan Ayu berpamitan pulang.

********

KIRIMAN ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang