Suara riuh burung hantu bersahut-sahutan. Angin berhembus sangat kencang. Suasana menjadi dingin mencekam. Saat tiupan angin tiba-tiba menghilang, suasana menjadi mencekam. Tak ada suara apapun lagi.
Ana sudah sadar.
Mereka memberi Ana minum.
Syukurlah, semua baik-baik saja.
Ayu menahan rasa takut, dia ingin pulang saat itu. Namun dia tak mungkin kembali sebelum semua selesai."Kita semua harus melindungi, sepertinya paman Rama banyak sekali membuat jebakan supaya kita pisah satu sama lain". Kata mas Ju berfikir.
Gadis-gadis hanya mengiyakan sambil tertunduk lesu. Mereka semua lelah.
Tiba-tiba terlihat seorang warga lewat di depan mereka membawa kayu bakar dipunggungnya.
"Permisi pak, kalau boleh tau, jalan setapak ini ujungnya masih jauh apa tidak?" tanya mas Ju pada warga tersebut.
"Ngetutne aku ae le, gak suwe wes nyampek, onok deso cilik neng ujung dalan iki"
( Ikuti aku saja nak, tak lama sampainya, ada desa kecil diujung jalan ini )
Kata warga itu sambil menunjuk jalan yang dia maksudkan.Mas Ju memang kurang yakin, tapi dia tak ada pilihan lain. Disini berbahaya. Dia tak mungkin mengajak adik dan teman-temannya menginap di tempat seperti ini.
"Baik pak, terimakasih" Kata mas Ju.
Lalu mereka berjalan mengikuti warga yang membawa kayu bakar tersebut.
Tibalah mereka di sebuah desa kecil. Tak ada orang berlalu lalang meski saat ini masih jam 8 malam.
Mungkin warga lain ada di dalam rumah semua.Mereka dipersilahkan untuk menginap di gubuk warga tadi. Hanya itu gubuk yang kosong dan bisa ditempati.
Mereka berterimakasih dan menutup pintu gubuk.
Mereka sejenak ingin memejamkan mata sebelum melanjutkan perjalanan."Kita tidur 1 jam saja ya, pasang alarm gih. Siapa tau benar di desa ini Rama berada. Setelah jam 9 malam, mungkin saja semua warga sudah terlelap, kita bisa memeriksa satu persatu rumah disini. Lagipula hanya ada beberapa rumah saja". Kata mas Ju.
Mereka mulai memejamkan mata.
Lala pun juga tertidur pulas. Hingga dia bermimpi."Nak.. Kalian harus pergi darisini sebelum pagi.. ayo ajak teman-temanmu!" Dalam mimpi tersebut, Lala mendapati seorang laki-laki memakai jarik batik dan baju adat. Namun wajahnya samar-samar terlihat.
"Anda siapa.. ? lalu kenapa..?" tanya Lala.
Tiba-tiba orang itu menghilang. Samar-samar Lala melihatnya, berniat mengejar tapi tak menemukannya. Sampai dia terbangun mendapati mereka semua ternyata tidur di tepi jurang.
"An, Ayu, mas.. bangun...!!!!" teriak Lala.
Mereka semua bangun dengan lesu. Setelah menyadari mereka ada di tepi jurang, mereka menjauh segera dan berlari mencari tempat yang cukup jauh dari jurang itu.
"B-bagaimana bisa ?" tanya Ayu.
"Entah yu, aku bermimpi lagi ada yang menyuruh kita pergi dari sini. Eh pas bangun langsung nyadar kita ditepi jurang" Jelas Lala.
"Trus gimana nih? mana kita kehilangan jalan setapak, apa warga tadi Jin yang menjelma biar kita nyasar?" Kata Ana asal, tapi mungkin saja benar.
"Iya aku curiga karena kata warga yang kita titipi mobil, disini kan jarang dijamah, mana mungkin ada desa kecil?" kata Ayu.
"Mungkin aja ada, tapi......" kata Lala.
"Tapi apa La?" tanya Ana.
"Nggak tau deh, buruan yuk.. takut nih. mana udah malem gini belum ketemu juga." Lala saat ini bingung harus bagaimana.
Mereka berjalan mengikuti kompas yang Lala bawa. Dan mereka menemukan sebuah gubuk.
Ya. Gubuk yang cukup bagus bila berada di tempat seperti ini.
Gubuk nya terbuat dari kayu jati, meski tidak terlalu luas gubuk itu.Perlahan mereka mendekati gubuk itu. Mereka tersentak kaget melihat motor Rama terparkir di belakang gubuk itu. Mereka yakin, tujuan mereka sudah di depan mata.
Tinggal harus bersembunyi dan mengatur siasat untuk bisa masuk kedalam tanpa ketahuan.
=========
Mereka melihat Rama bersama pamannya sedang keluar dari gubuk itu. Sepertinya mereka membawa motor Rama. Dan ini kesempatan untuk mencari dimana Jerami Lala disembunyikan. Kalau bisa, bakar sekalian sama gubuk Jati ini.
Setelah mereka beranjak pergi. Segera Mereka menyelinap masuk.
Sial...!!
Pintunya dikunci, harus lewat mana sekarang ?
"Gimana nih mas ? ada jalan lain nggak ? coba mas kebelakang deh, kita takut nih disini " Mohon Ana pada mas Ju.
"Bentar deh, aku lihat.. mana senternya ?" kata mas Ju.
Lalu Ana memberikan senter miliknya dan mas Ju berjalan kebelakang mencari jendela atau pintu belakang. Mungkin saja bisa dibuka.
Kreeekkkkk....
"Sini An, pintu belakang tidak dikunci" panggil mas Ju.
Mereka berjalan kearah sana. Ana, Lala, dan Ayu masuk untuk mencari jerami yang dimaksud mas Chandra. Sedangkan mas Ju berjaga di luar.
Setelah lama mereka mengobrak abrik isi gubuk ini, Ayu menemukan foto Lala yang berukuran 4R terjatuh di lantai.
Sedangkan Ana tak melihat ada sesajen atau apapun. Disini seperti gubuk biasa yang mungkin hanya digunakan untuk tempat beristirahat.
Lalu dimana jerami nya???
Mereka keluar dan memberitahu mas Ju.
"Mas, jerami nya nggak ada. Apa mungkin mereka tau kalau kita kesini ?" tanya Lala.
"Tenang, La.. Jangan panik, kita solat isya disini saja ya mumpung ada air, kita memohon pada Gusti Allah supaya diberikan petunjuk" Ajak mas Ju.
Mereka mengangguk dan solat bergantian.
Setelah solat, seperti biasa. Mas Ju membaca surat Yaasin terlebih dahulu didepan pintu belakang.
Hawa semakin dingin saat mas Ju membaca surat Yaasin. Setelah selesai. Ya begitulah, hawa menjadi biasa saja dan lebih tenang.
Tak ada ketegangan seperti tadi.Tiba-tiba cincin Lala bercahaya dan terlepas dari jarinya. Cincin itu melayang ke arah 100m dari gubuk ini.
Kemana kira-kira ?

KAMU SEDANG MEMBACA
KIRIMAN ( TAMAT )
HorrorCerita ini ditulis berdasarkan kisah nyata yang dikembangkan. Ada beberapa part yang bukan merupakan kisah nyata, hanya pendukung saja supaya alurnya lebih panjang. Kisah ini perpaduan antara persahabatan, cinta, dan makhluk ghaib. Latar cerita ini...