Timmy menelusuri koridor dengan tumpukan buku Sejarah di tangannya. Kata Bu Endang, ini adalah hukuman. Diga tak kuasa menahan tawa melihat Timmy yang diceramahi oleh guru Sejarah mereka tadi. Ya, Diga memang definisi teman yang sesungguhnya.
Sesampainya di perpustakaan, Timmy disuruh meletakkan buku-buku itu kembali ke rak buku oleh petugas perpustakaan. Mau tak mau, Timmy harus menurut.
Timmy melepas sepatunya lebih dulu, lantas berjalan menuju rak kelas sepuluh. Timmy berhenti tepat di deretan buku sejarah yang serupa dengan tumpukan buku di tangannya. Gadis itu mulai menyusunnya. Mumpung dia lagi rajin.
Brukk!!!
Bunyi suara jatuh, mengalihkan perhatian Timmy. Gadis itu celingak-celinguk menatap sekitar, dan ternyata tak jauh darinya, seorang lelaki sudah tergeletak konyol di lantai. Buku-buku milik lelaki itu juga ikut tercecer di lantai. Timmy tak bisa menahan tawanya.
Lelaki itu bangkit. Wajahnya tampak memerah, menahan malu. Tadinya dia disuruh untuk mengambil buku paket oleh gurunya, padahal dia sedang dalam keadaan mengantuk. Sialnya, dia malah terjatuh di hadapan gadis siluman!
"Lo sengaja kan?!" tuduhnya seraya menunjuk Timmy dengan murka.
Timmy terpaksa menghentikan tawanya, "Kok malah gue?"
"Lo nginjak tali sepatu gue setan!" Lelaki itu adalah Elga Ramadhan. Entah kenapa, bertemu dengan Timmy mampu membangkitkan rasa emosi di dadanya.
Timmy menunduk, dan benar saja. Kakinya yang berbalut kaus kaki putih itu kini sedang menginjak tali sepatu milik lelaki singa di hadapannya. Gadis itu mengangkat kakinya, hingga tali sepatu itu terlepas.
"Bukan salah gue dong! Siapa suruh masuk perpus pakai sepatu!" elak Timmy.
Elga mengepalkan kedua tangannya kuat. Dadanya bergerak naik turun. Gadis siluman itu harus diberi pelajaran!
Elga beralih pada buku-bukunya yang tercecer di lantai. Lelaki itu mengambil satu buku, lantas melemparnya ke arah Timmy. Dan tepat sasaran! Buku itu menampar wajah Timmy secara tidak manusiawi.
Mendapat serangan secara mendadak itu, Timmy melongo tak percaya. Barusan, lelaki singa itu melakukan kekerasan fisik padanya kan? Oh, tentu saja ini tidak bisa dibiarkan!
Timmy ikut mengambil buku Sejarah yang tadinya baru ia susun. Buku itu jauh lebih tebal dari buku yang menampar wajahnya tadi. Tanpa aba-aba, Timmy langsung melempar buku itu ke arah Elga.
Elga yang tadinya sedang membungkuk, guna merapikan ulang bukunya, langsung tersentak, saat sebuah buku tebal mendarat tepat di bokongnya.
Elga berbalik menatap Timmy dengan kesal. "Bangsat!"
Bukannya takut, Timmy malah tertawa terpingkal-pingkal. Hal itu jelas semakin membuat darah Elga terasa mendidih. Lelaki itu kembali mengambil buku secara asal di rak buku. Dia kembali melemparnya pada Timmy.
Satu buku...
Dua buku...
Timmy juga melakukan hal yang sama. Mereka terlibat perang buku. Keduanya tampak bersemangat melempari satu sama lain. Tidak peduli dengan keadaan buku perpustakaan yang menjadi sasaran kemarahan mereka.
"ASTAGFIRULLAH! ALLAHU AKBAR! APA YANG KALIAN LAKUKAN DENGAN BUKU-BUKU SAYA!"
***
Kurang lebih sepuluh jumlah buku paket tergeletak memilukan di atas meja. Keadaannya jauh dari kata baik-baik saja. Ada yang sampulnya robek, bahkan halaman di dalamnya terlepas dan ikut tercecer.
Timmy dan Elga kini berada di ruang Bimbingan Konseling. Mereka duduk di kursi panjang. Masing-masing dengan jarak yang berjauhan. Elga memasang wajah kesal setengah mati. Sementara Timmy, tampak santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga [Sudah Terbit]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Eits! Tiga di sini bukan angka loh ya. Dia Tiga, si gadis aneh, konyol dan menyebalkan. Tiga...