Setelah tiba di halaman rumah mewah Elga, lelaki itu lantas keluar dari mobilnya. Timmy mengikutinya dari belakang. Gadis itu celingak-celinguk, mencari keberadaan seseorang. Elga menghentikan langkahnya secara mendadak, dan Timmy yang belum siap akan hal itu, tak sengaja pula menabrak punggungnya. Elga mendengkus kasar, sebelum akhirnya berbalik menghadap Timmy.
"Tunggu di sini!" tegasnya. Lelaki itu hendak berbalik, namun ia urungkan. "Jangan sentuh apapun yang ada di sini. Dan jangan bertanya apapun!" lanjutnya. Timmy mengangguk patuh. Detik selanjutnya, Elga melangkah menaiki tangga.
Elga memasuki kamarnya, lantas meraih tisu basah di meja rias. Dengan kasar, ia menghapus jejak liptint yang sengaja ia oleskan sebelum berkunjung ke rumah si gadis siluman tadi. Jangan tanya dimana Elga mendapatkannya! Elga malu mengingatnya. Dan sialnya, si gadis siluman itu sempat terpana dengan wajah perempuannya, dan mengatakan bahwa ia cantik. Tentu saja itu sebuah penghinaan besar. Elga jelas-jelas seorang lelaki tulen! Ini kali pertama ia mengenakan baju perempuan dan berdandan layaknya perempuan. Elga pastikan, ini adalah momen pertama dan terakhir kalinya. Ia tak akan sudi merubah diri menjadi gadis perawan lagi!
Sementara di lantai bawah, Timmy mengedarkan pandangannya. Gadis itu melangkah menuju meja buffet di sudut ruangan. Tentu saja dia tak akan menuruti ucapan si singa jantan. Timmy akan melakukan apapun yang dia suka di sini. Termasuk melihat-lihat foto yang terpampang di figura kecil yang terpajang di atas meja buffet itu.
Beberapa foto Harrel terpajang apik di sana. Wajah tampan itu benar-benar tampak memikat. Ada pula foto balita yang baru berumur lima tahunan. Timmy tebak, balita di foto itu pasti adalah Harrel di masa kecil. Lagipula, tidak mungkin itu Elga. Wajah balita itu terlihat sangat tampan, dan tak ada mirip-miripnya sama sekali dengan Elga.
Timmy beralih pada foto lainnya. Terdapat sebuah foto Harrel dengan seorang perempuan. Tampaknya itu adalah foto lama. Pasalnya, Harrel dan perempuan itu sedang mengenakan seragam SMA.
Jika diperhatikan lamat-lamat, seragam yang dikenakan Harrel dan perempuan itu tampak tak asing oleh Timmy. Bukankah itu seragam khas SMA Purnama?
"Shit!" umpat seseorang, sembari menarik tangan Timmy sedikit lebih jauh dari sana. Timmy benar-benar dibuat kaget. Orang itu kembali bersuara, "Jangan.sentuh.apapun!"
Sudah bisa ditebak jika orang itu adalah Elga. Lelaki itu bahkan sudah mengganti pakaiannya dengan baju futsal. Alih-alih berbalik marah seperti perempuan kebanyakan, Timmy malah tampak tenang. "Mana Om Harrel?"
Kening Elga berkerut tak suka. Sempat-sempatnya gadis itu menanyakan keberadaaan Harrel padanya. Masih dengan sorot murka, Elga kembali bersuara, "Jangan.tanya.apapun!"
Setelah mengucapkan kalimat penuh penekanan itu, Elga melangkah meninggalkan Timmy. Namun Timmy tentu tak tinggal diam. Gadis itu kembali bersuara,
"Kenapa di ruangan ini gak ada satupun foto lo?"
Kalimat sialan itu mampu membuat batin Elga tersentil. Ia menghentikan langkahnya. Napasnya tampak memburu. Berani-beraninya gadis itu menanyakan hal yang begitu sensitif seperti itu! Kedua tangan Elga terkepal sempurna. Tanpa menjawab pertanyaan dari siluman itu, Elga kembali melanjutkan langkahnya.
***
Pukul 2 siang.
Sudah satu jam Diga gunakan untuk duduk di bawah jendela kamar Timmy. Dan terhitung lima kali, ia bolak-balik ke tempat ini, guna mengintip ke kamar gadis itu. Namun hasilnya nihil. Timmy tidak ada di kamarnya sejak pukul sembilan tadi.
Kemana perginya gadis itu?
Apa dia sedang pergi bersama orang tuanya?
Rasanya tak mungkin. Mobil Vano dan Rea bahkan terpampang apik di halaman rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga [Sudah Terbit]
Ficção Adolescente[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Eits! Tiga di sini bukan angka loh ya. Dia Tiga, si gadis aneh, konyol dan menyebalkan. Tiga...