Hari ini pertandingan futsal antar sekolah tetangga sedang berlangsung. Diga menatap lapangan dengan nanar. Harusnya dia juga ada di sana. Pikirannya berputar ke masa lalu. Masa dimana ia dan gadis itu menginjak masa SMP.
"Emangnya cowok kriteria lo gimana sih?" tanya Diga pada gadis di sampingnya. Waktu itu, mereka sedang duduk di atas pohon mangga milik tetangga.
Gadis itu tampak berpikir, "Pokoknya, yang penting dia laki-laki," jawabnya terlalu simple. Diga mendengkus pelan. Lelaki itu kembali bersuara,
"Gue laki-laki loh," sahutnya, mencuri kesempatan.
"Iya, tau kok."
"Kriteria lainnya?" tanyanya, cukup penasaran.
"Hmm..." Gadis itu kembali berpikir, ia mencabut satu daun mangga, lantas meremuknya. "Kalau bisa sih, dia jadi bapaknya bola."
"Hah?"
"Apa?" tanya gadis itu.
"Gimana-gimana? Bapaknya bola?"
"Masa lo gak tau sih! Itu loh, si Romi teman sekelas kita. Dia kan jadi bapaknya bola sejak kelas 8."
Diga tampak berpikir keras. Entah apa yang sedang dibicarakan gadis di sampingnya ini. "Maksud lo ketua tim futsal?"
"Iya!"
Diga kembali bersuara, "Kenapa harus jadi itu?"
"Biar bisa nyeludupin gue ke tim-nya pas tanding."
Diga terperangah. Dia tak menyangka dengan alasan gadis itu. Lelaki itu berdehem pelan, "Kalau gue jadi ketua tim futsal pas SMA, lo mau jadi pacar gue dong?
Gadis itu menatapnya, sembari berkerut heran. "Pasar?"
Diga tersadar dari lamunannya saat mendengar suara berisik dari lapangan. Anggota dari tim ekskulnya kini sedang berkumpul. Diga mau tak mau juga ikut menyusul.
Raihan - salah satu anggota tim futsal yang ikut tanding hari ini, sedang terkulai lemas di lantai. Tak lama setelah itu, beberapa anggota PMR datang. Penyakit asma lelaki itu kambuh. Guru pembimbing mereka bahkan tak menyangka akan hal itu. Beliau memarahi Elga karena tak becus memilih anggota tim yang handal.
Wajar saja, kejadian itu terjadi saat pertandingan sedang berlangsung. Dan sekarang, pertandingan terpaksa dijeda karena masalah ini.
Setelah memarahi Elga, guru pembimbing itu kini beralih pada anggota tim futsal yang sedang berkumpul.
"Diga, kamu gantikan Raihan!" ucap guru pembimbing to the point. Diga terkejut, sekaligus tidak menyangka. Namun ia juga senang luar biasa. Di sisi lain, Elga mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
"Siap, Pak!" jawab Diga, antusias.
***
Timmy ikut menonton pertandingan futsal itu di tepi lapangan. Gadis itu tampak excited. Ia bahkan mengeluarkan sebuah kursi dari kelas demi bisa menonton pertandingan dengan khusyuk. Sean dan laki-laki lainnya memilih untuk menonton sambil berdiri. Timmy tampak seperti ratu yang dikawal oleh prajurit saat ini. Gadis itu bahkan tak segan-segan meneriaki nama sahabatnya.
"DUA! SEMANGAT!!!"
"WOI DUA! BOLANYA DI BELAKANG LO ELAH!"
"BEGO LO, DUA!!!"
Ya, kira-kira seperti itulah bunyi teriakan gadis ajaib itu. Beberapa orang di sekitar Timmy menatap gadis itu aneh. Terlebih dengan kaum perempuan yang sedang membuat vlog. Suara Timmy benar-benar mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[SEBAGIAN PART DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] SEQUEL of FIREFLIES Satu ... Dua ... Tiga ... Empat. Tiga adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Eits! Tiga di sini bukan angka loh ya. Dia Tiga, si gadis aneh, konyol dan menyebalkan. Tiga...